Kotak hitam pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 Jakarta - Pontianak diperlihatkan di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Kotak hitam tersebut selanjutnya akan dibawa ke laboratorium KNKT untuk dilakukan investisigasi | ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Nasional

Tuas Tenaga di Detik Akhir Sriwijaya Air SJ 182

Masalah pada tuas itu terungkap dari kotak hitam yang ditemukan di antara puing pesawat SJ 182.

OLEH RAHAYU SUBEKTI

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum percaya diri untuk menyimpulkan penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1). Meski begitu, flight data recorder (FDR) telah bercerita banyak apa yang terjadi pada sistem pesawat dalam empat menit penerbangan nahas itu.

Investigasi terhadap riwayat kesehatan pesawat juga menunjukkan setidaknya ada kerusakan yang berkaitan dengan cerita FDR. “Saat ini yang kita tahu, autothrottle (tuas pengatur mesin) kiri bergerak mundur. Apakah yang rusak kiri, kita belum tahu. Keduanya (kanan dan kiri) menunjukkan sikap yang berbeda, mengalami anomali,” kata Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam konferensi video, Rabu (10/2).

Masalah pada tuas pesawat itu terungkap oleh FDR kotak hitam yang ditemukan di antara puing pesawat tiga hari setelah kecelakaan. Sekitar 30 detik menjelang pesawat hancur, tuas kiri kemudi itu mundur terlalu jauh, sementara yang kanan sama sekali tidak bergerak atau macet.

Awalnya, Boeing 737-500 rute Jakarta-Pontianak tersebut lepas landas tanpa masalah pada pukul 14.36 WIB dari runway 25R di Bandara Soekarno-Hatta. Pada saat melewati ketinggian 8.150 kaki, tuas sebelah kiri pesawat mundur yang mengindikasikan tenaga berkurang. Sementara itu, throttle sebelah kanan tetap.

photo
Petugas KNKT membawa kotak hitam (black box) pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 Jakarta - Pontianak di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Kotak hitam tersebut selanjutnya akan dibawa ke laboratorium KNKT untuk dilakukan investisigasi lebih lanjut. - (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Pukul 14.39 WIB, pesawat belok ke arah kiri ketika melewati ketinggian 10.600 kaki. Saat itu, Nurcahyo mengatakan, tuas tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur, sementara yang kanan masih tetap.

ATC kemudian memberikan instruksi untuk naik ke ketinggian 13 ribu kaki dan dijawab oleh pilot. Itu merupakan komunikasi terakhir ACT dengan pesawat yang membawa 56 orang penumpang itu.  

Pada pukul 14.40 WIB lewat lima detik, pesawat berada di ketinggian tertinggi, yaitu 10.900 kaki. FDR menyatakan, saat pesawat dalam posisi naik, sikap pesawat miring ke kiri atau roll. Secara bersamaan, tuas sebelah kiri kembali berkurang, sedangkan yang kanan tetap. "Kemudian pesawat mulai turun. Autopilot tidak aktif ketika arah pesawat pada 16 derajat," kata dia.

Pukul 14.40 WIB lewat 10 detik, FDR mencatat autothrottle tidak aktif lagi dan sikap pesawat menunduk. "Sekitar 20 detik kemudian, FDR berhenti merekam data." 

KNKT memastikan, selama penerbangan, Sriwijaya tidak melintasi awan yang signifikan dan tidak berada di area hujan. Artinya, pesawat tidak mengalami turbulensi. Namun, KNKT belum bisa menyimpulkan kondisi autothrottle tersebut yang menyebabkan pesawat jatuh.

Nurcahyo beralasan, autothrottle berkaitan dengan 13 komponen lain di pesawat yang masih diinvestigasi. 

Penyebab kecelakaan itu akan terbuka lebar jika cockpit voice recorder (CVR) sudah ditemukan. Saat ini, KNKT masih mencari rekaman pembicaraan pilot dan kru kabin pesawat tersebut.

“Pengaruhnya signifikan (jika CVR tidak ditemukan), sehingga kami tidak punya data terkait diskusi para pilot, komunikasi keduanya, dan apa yang terjadi di kokpit,” kata Nurcahyo.

photo
Petugas KNKT membawa Kotak hitam (black box) pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 Jakarta - Pontianak di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Kotak hitam tersebut selanjutnya akan dibawa ke laboratorium KNKT untuk dilakukan investisigasi lebih lanjut. - (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Riwayat kerusakan

Dalam paparannya, KNKT juga mengaku menemukan dua kerusakan yang dialami Sriwijaya Air satu pekan sebelum kecelakaan. Pada 25 Desember 2020, ditemukan penunjuk kecepatan atau mach ata airspeed indicator di sisi sebelah kanan rusak. Namun, indikator itu diganti pada 4 Januari 2021 sehingga kembali baik. 

Pada Ahad (3/1), pilot melaporkan autothrottle tidak berfungsi dan dilakukan perbaikan dengan hasil baik. Pada Senin (4/1), autothrottle dilaporkan kembali tidak berfungsi dan ini merupakan kerusakan kedua yang ditunda perbaikannya.

Pada Rabu (6/1) atau tiga hari sebelum kecelakaan, tuas mesin itu diperbaiki dengan hasil baik sehingga status penundaan perbaikan karena belum berhasil atau deferred maintenance item (DMI) ditutup. "Setelah tanggal 5 Januari 2021 hingga kecelakaan tidak ditemukan catatan adanya DMI di buku catatan perawatan," kata Nurcahyo. 

Maskapai Sriwijaya Air mendukung investigasi KNKT. "Kami akan terus memberikan dukungan penuh kepada KNKT selama proses investigasi ini berlangsung," kata Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (10/2).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat