Pemain Wolverhampton Wanderers. Kaos bernomor punggung sembilan rekan setimnya Raul Jimenez saat melakukan perbaikan sebelum pertandingan sepak bola Liga Primer Inggris antara Liverpool dan Wolverhampton Wanderers di Stadion Anfield, Liverpool, Inggris, M | AP/Peter Powell/Pool EPA

Olahraga

Narasi Nomor Punggung Pesepak Bola 

Kiwari sepak bola bahkan mengultuskan jika nomor punggung bisa menjadi altar suci pemain bola.

JAKARTA -- Sepak bola bukan hanya menyoal angka pada hasil akhir di papan skor, pun statistik aksi pemain saat berada di atas lapangan. Seni olah bola juga meninggalkan kisah menarik dari sejarah panjang nomor punggung yang hingga saat ini menjadi narasi paling berkesan untuk para penggemar.

Diego Maradona, Roberto Baggio, Francesco Totti, dan Alessandro Del Piero dijuluki 'il Dieci' karena mereka merupakan otak dalam permainan sebuah tim. 'Dieci' sendiri merupakan pemain dengan kostum bernomor punggung 10. Serupa dengan deretan legenda di atas, Cristiano Ronaldo juga kerap 'dilabeli' CR7 karena inisialnya 'CR' dan nomor 7 yang kerap melekat di punggungnya. 

Apabila para pemain tersebut sudah menjadi pesepak bola pada medio 1928, predikat 'il Dieci' sama sekali tak pernah ada. Pasalnya, sebelum Perang Dunia (PD) II berlangsung sepak bola sama sekali tak mengenal nomor punggung. 

Pada akhirnya, sepak bola terus berkembang, menanggalkan cerita lama bahwa seni kulit bundar hanya untuk kaum borjuis yang dimainkan oleh para buruh kasar. Kiwari sepak bola bahkan telah mengultuskan jika nomor punggung bisa menjadi altar suci bagi para pemain dan para tifosi. Lihat saja bagaimana AC Milan melipat dalam-dalam seragam bernomor punggung 6 milik Franco Baresi dan selektifnya Napoli menyematkan jersi nomor 10 sebagai penerus sang legenda, Maradona. 

Itu menjadi refleksi yang mengganggu para penggemar ketika melihat Samuel Eto'o mengenakan nomor 5 saat bergabung dengan Everton serta William Gallas mengenakan nomor 10 bersama Arsenal dan perasaan membingungkan saat Ivan Zamorano memilih nomor 1+8 ketika Ronaldo Luiz de Lima merapat ke Inter Milan.

Konsepsi tersebut memang jelas terasa sepele, meski pada kenyataannya membuat para pencinta sepak bola merasa kesal karena naluri dan pilihan tersebut muncul. Dalam catatannya, Selasa (2/2), Worldsoccertalk menyuguhkan perjalanan panjang bagaimana sepak bola berkembang dalam konteks ini. Kesebelasan asal Inggris, Arsenal dan Chelsea, disebut sebagai kedua kesebelasan revolusioner.

Manajer the Gunners saat itu, Herbert Chapman, yang memelopori ide jersi bernomor saat bertanding melawan Sheffield Wednesday pada 1928. Pria kelahiran Kiveton Park, Inggris, 19 Januari 1878 jelas menjadi revolusi 2.0 untuk sepak bola yang siasatnya sangat membantu seluruh aspek dalam dunia olahraga kulit bundar. 

Menyerap ide dari Chapman, sepak bola lambat laun memiliki regenerasi dalam soal teknis dan susunan pemain. Dalam era sepak bola modern skema 4-4-2 menjadi formasi yang sangat digandrungi dan pergeseran terjadi pada nomor punggung 5 dan 6 yang ditarik lebih ke belakang membentuk empat bek sejajar.

Pada ranah sepak bola Italia nomor 10 merupakan romansa paling indah. Pemilik nomor punggung 10 menjelma menjadi altar pemujaan yang disebut sebagai fantasista. Pemain yang dibebaskan dari banyak tugas agar bisa membuat satu hal, berfantasi, kredo yang dahulu membuat bangsawan dan kepausan memelihara fantasista, seperti Michelangelo dan Da Vinci.

Tak ayal, nomor 10 merupakan ruh dalam permainan sebuah tim. Orang-orang, seperti Paolo Rossi, Del Piero, Baggio, Totti, serta Maradona menjelma menjadi pionir bagi bilangan yang sangat keramat saat itu. Nomor punggung bukanlah aspek terpenting dari permainan, tetapi nomor itu membawa simbolisme yang indah dan relevansi yang berharga bagi sejumlah pemain sepanjang sejarah sepak bola.

Penjaga gawang veteran asal Italia, Gianluigi Buffon, bahkan sempat dicap sebagai penganut paham Nazi. Banyak komunitas Yahudi di Italia mengeklaim keputusan Buffon memilih nomor 88 saat bersama Parma adalah bentuk perwakilannya kepada Hitler alias 'Hail Hitler'.

 
Saya telah memilih nomor 88 karena mengingatkan saya pada empat bola (lingkaran delapan) dan di Italia kita semua tahu apa artinya memiliki bola, kekuatan, dan determinasi.
 
 

"Tak ada pikiran seperti itu. Saya telah memilih nomor 88 karena mengingatkan saya pada empat bola (lingkaran delapan) dan di Italia kita semua tahu apa artinya memiliki bola, kekuatan, dan determinasi," kata Buffon dikutip the Guardian.

Impresi yang sama juga ditunjukkan oleh pemain anyar Fenerbahce, Mesut Oezil. Pesepak bola asal Jerman berdarah Turki tersebut membuat keputusan yang mengejutkan dengan memilih nomor punggung 67. Padahal Oezil telanjur identik dengan nomor punggung 10. Eks pemain Arsenal memutuskan memilih nomor 67 karena itu adalah dua nomor pertama dari kode pos kampung halamannya di Zonguldak, Turki. Rasanya Oezil menjadikan pilihannya sebagai momentum untuk memberikan penghormatan kepada keluarganya.

Nomor punggung bukanlah aspek terpenting dari permainan dengan cara apa pun, tetapi nomor itu membawa simbolisme yang indah dan relevansi yang berharga bagi sejumlah pemain sepanjang sejarah sepak bola. Praktis, selain sebagai identitas, nomor punggung juga bisa lebih digunakan banyak hal seperti merek dagang sang bintang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat