Permadi Arya alias Abu Janda berjalan meninggalkan ruang pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Senin (1/2). | Republika/Thoudy Badai

Nasional

Pemeriksaan Abu Janda Dilanjutkan Kamis

Abu Janda berkilah tak menggeneralisasi umat Islam.

JAKARTA -- Pegiat media sosial Permadi Arya alias Abu Janda telah selesai menjalani pemeriksaan di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/2/2021) pukul 19.37 WIB. Abu Janda diperiksa selama 12 jam dan dicecar sekitar 50 pertanyaan oleh penyidik Bareskrim Polri.

Pemeriksaan tersebut terkait dengan pernyataannya di media sosial yang menyebut "Islam Arogan". "Saya diperiksa sudah 12 jam, pertanyaan sudah tidak terhitung lagi, mungkin 50 pertanyaan itu sudah lebih. Ternyata proses pemeriksaan hari ini, sepertinya sudah tuntas dan akan dilanjutkan lagi untuk panggilan selanjutnya pada hari Kamis," ujar Abu Janda yang mengenakan kemeja flanel warna abu-abu, di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/2).

Abu Janda menjelaskan dirinya diperiksa oleh penyidik Bareskrim sebagai saksi atas komentarnya yang menyebut Islam arogan di akun Twitter miliknya, @permadiaktivis1. Ia mengaku telah menjelaskan kepada para penyidik bahwa cuitannya tersebut merupakan jawaban dirinya kepada Ustaz Tengku Zulkarnain. Cuitanya tersebut juga sebagai respons atas tweet Teuku Zulkarnain yang dianggap provokatif.

"Jadi di situlah keluar kata arogan itu. Dan ketika saya mengatakan Islam sebagai agama yang datang dari Arab, itu saya tujukan kepada Ustaz Tengku Zulkarnain," ungkap Abu Janda. 

photo
Permadi Arya alias Abu Janda berjalan meninggalkan ruang pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Senin (1/2). - (Republika/Thoudy Badai)

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa yang dimaksud Islam arogan adalah Islam yang dianut oleh Ustaz Tengku Zulkarnain. Kemudian aliran Islam yang dianut Ustaz Tengku Zulkarnain datang terakhir di Nusantara. Di samping itu, menurutnya, ada bagian-bagian yang dipotong atau dilewatkan dalam cuitannya terkait Islam arogan, sehingga terjadi kesalahapahaman yang berujung pada pelaporan ke polisi. 

"Jadi itu memang pembicaraan saya dengan Ustaz Tengku Zulkarnain, yang saya maksud adalah aliran Islamnya si Tengku Zulkarnain, aliran yang memang datangnya belakangan dari Arab, Islam transnasional yang namanya Salafi Wahabi itu," tutur Abu Janda. 

Sebelumnya, cuitan Permadi Arya alias Abu Janda yang menyebut 'Islam arogan' berawal dari twit war dengan Tengku Zulkarnain. Pada awalnya, Tengku Zulkarnain lewat akun Twitter @ustadztengkuzul, berbicara soal arogansi minoritas terhadap mayoritas di Afrika.

Lalu, Tengku Zulkarnain menyebut tidak boleh ada arogansi, baik dari golongan mayoritas ke minoritas maupun sebaliknya. Cuitan tersebut dipublikasikan hari Ahad (24/1/2021).

"Dulu minoritas arogan terhadap mayoritas di Afrika Selatan selama ratusan tahun, apartheid. Akhirnya tumbang juga. Di mana-mana negara normal tidak boleh mayoritas arogan terhadap minoritas. Apalagi jika yang arogan minoritas. Ngeri melihat betapa kini ulama dan Islam dihina di NKRI," cuit Tengku Zulkarnain lewat akun Twitter @ustadztengkuzul, seperti dilihat, Jumat (29/1).

Kemudian Abu Janda membalas cuitan Tengku Zulkarnain. Dia menyebut Islam adalah pendatang dan Islam pula yang 'arogan' karena mengharamkan kearifan lokal di Indonesia.

Abu Janda juga sempat dilaporkan ada dugaan ujaran kebencian terhadap tokoh Papua, Natalius Pigai. Dalam cuitanya, Abu Janda mempertanyakan apakah Natalius sudah berevolusi.

"Yang arogan di Indonesia itu adalah Islam sebagai agama pendatang dari Arab kepada budaya asli kearifan lokal. Haram-haramkan ritual sedekah laut, sampai kebaya diharamkan dengan alasan aurat," cuit Abu Janda lewat akun @permadiaktivis1.

Kecaman

Terlepas dari pembelaannya, sejumlah pihak telah melayangkan kecaman. Terutama, dari pihak Nahdliyin yang merasa selama ini dicatut Abu Janda untuk bebas berkicau di medsos. “Sebagai warga nahdliyin saya menyarankan, sudah saatnya PBNU secara resmi bersikap tegas terhadap Abu Janda. Dia memanfaatkan nama besar NU untuk kepentingan pribadi yang kalau dibiarkan akan merusak keutuhan NU,” ujar tokoh NU, KH As'ad Said Ali, dalam keterangan tertulis yang dikonfirmasi Republika, Sabtu (30/1).

Beberapa tahun yang lalu, selaku Ketua Dewan Penasihat Ansor, Kiai As’ad Ali sebenarnya telah memrpertanyakan kepada pimpinan GP Ansor tentang sosok Abu Janda. Karena, Abu Janda saat itu kerap memproklamirkan dirinya sebagai orang yang pernah ikut dalam Banser dan Ansor.

“Saya mempertanyakan kepada pimpinan GP Ansor tentang Abu Janda setelah dia bicara ngawur tentang NU di TV. Kesimpulan saya, dia penyusup ke dalam Ansor atau NU, sehingga perlu ditelusuri mengapa bisa ikut pendidikan kader Ansor atau Banser,” ucapnya.

Setelah diperiksa lebih lanjut, menurut dia, ternyata tidak ada rekomendasi dari cabang atau wilayah Banser sesuai dengan persyaratan untuk diterima sebagai peserta kaderisasi Ansor. “Ia diterima atas rekomendasi seorang tokoh NU, saya kira dengan pertimbangan prasangka baik dan tidak mengecek latar belakang siapa sebenarnya Abu Janda,” katanya.

Dia menambahkan, kerusakan provokasi yang ditimbulkan di lingkungan NU selama ini cukup besar. Beberapa pondok pesantren merasa terusik dan bahkan ada yang menjauhi struktur NU, seperti halnya di daerah sekitar Bogor.

Menurut dia, semua itu karena apa yang disampaikan oleh Abu Janda bertolak belakang dengan fikrah an-Nahdliyah. “Saya mensinyalir ada Abu Janda-Abu Janda lain yang berpura pura membela NU melalui medsos, tetapi sesungguhnya musang berbulu domba,” ungkapnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat