Warga melihat permukiman yang terdampak banjir bandang di Kampung Gunung Mas, Tugu Selatan, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/1/2021). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor menyatakan 474 warga berhasil dievakuasi dari | Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO

Bodetabek

Banjir Bandang di Puncak Bogor Bisa Terulang

Tim pakar merekomendasikan agar dilakukan penanaman bambu di sepanjang DAS sekitar Puncak Bogor.

JAKARTA -- Pakar tata ruang Dr Ernan Rustiadi mengatakan, kejadian banjir bandang pada 19 Januari 2021 di kawasan Puncak Bogor, Jawa Barat, kemungkinan bisa terulang kembali di masa mendatang. Ernan mengatakan, kejadian serupa juga pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

“Kejadian banjir bandang akan berulang. Bencana seperti ini pernah terjadi juga,” kata Ernan, Rabu (27/1).

Pakar yang juga Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University ini mengatakan, menurut penuturan warga, pada saat itu terjadi empat kali banjir dalam satu hari di lokasi kejadian yang berada di area PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. Yang paling terdampak, yaitu Kampung Blok C dan Rawa Dulang. Melihat kondisi tersebut, Tim IPB University pada 21-23 Januari 2021 melakukan kunjungan khusus untuk menelaah terkait kejadian banjir itu.

Untuk itu, Ernan memberikan rekomendasi jangka pendek dengan upaya pencegahan atau pembatasan aktivitas permukiman dan wisata di area terdampak. Khususnya hingga berakhirnya masa puncak musim hujan.

Monitoring harian menggunakan teknologi pemantauan jarak jauh dengan menggunakan teknologi drone dan lainnya di area-area rawan longsor semasa musim hujan juga perlu dilakukan,” kata dia.

Untuk rekomendasi jangka menengah dan panjang, pihak-pihak yang berwenang perlu membangun sistem pemantauan rutin secara terpadu dan teknologi informasi-komunikasi di kawasan rawan longsor. Area-area tangkapan air dan sistem sempadan sungai yang memadai untuk mengantisipasi dan menampung potensi banjir-banjir bandang alami juga perlu disediakan.

Selain itu juga perlunya mengembangkan sistem proteksi atau penghalang buatan dan biologi berupa rumpun bambu dan juga tata kelola pengendalian tata ruang dan pertanahan berbasis teknologi informasi dan kelembagaan koordinasi lintas pihak.

“Rekomendasi tersebut secara umum berlaku untuk area sekitarnya dengan pertimbangan karakteristik geomorfologis masing-masing. Rekomendasi ini sudah kami disampaikan kepada kawan-kawan di PTPN VIII. Tentunya ini juga jadi masukan bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang terkait pengendalian tata ruang,” ujar dia.

Pakar geomorfologi dan kebencanaan IPB University Dr Boedi Tjahjono mengatakan, secara geomorfologis Kampung Blok C dan Rawa Dulang berada di bawah area cekungan (sub-daerah aliran sungai/DAS) yang dominan berlereng curam. Tanahnya juga berbahan induk vulkanis (piroklastik dan lava) di mana material asal piroklastik yang sifatnya lepas, bersifat mudah bergerak atau longsor, sehingga longsoran dapat membendung sungai.

“Akumulasi air sungai dapat menjebol pembendungan air yang menyebabkan banjir bandang. Beberapa area di sekitarnya juga memiliki kecenderungan pergerakan tanah yang aktif," kata Boedi.

Hal yang sama juga disampaikan Kepala Departemen Ilmu Tanah dan Sumber daya Lahan, Fakultas Pertanian IPB University sekaligus pakar mitigasi bencana Dr Baba Barus. Menurut Baba, daerah tersebut banyak yang tidak stabil. Secara alami, ada wilayah yang rawan longsor dan menjadi potensi longsor selanjutnya.

“Peluang munculnya longsor kemungkinan terjadi jika tidak ada upaya untuk mencegahnya,” kata Baba.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan drone, populasi rumpun bambu di sepanjang sungai ternyata mampu membelokkan banjir bandang. Rumpun bambu tersebut efektif memperkuat dinding-dinding sungai.

“Jadi, kami rekomendasikan agar dilakukan penanaman bambu di sepanjang DAS untuk mengurangi dampak banjir bandang yang kemungkinan terjadi di masa yang akan datang, terutama di musim hujan yang ekstrem,” ujar dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Badan Informasi Geospasial (infogeospasial)

Antisipasi

Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi meminta para lurah dan camat di wilayah itu untuk memantau dan mengaktifkan pengukur curah hujan mengingat intensitas hujan semakin tinggi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Selain mengaktifkan pengukur curah hujan, lurah dan camat harus mencatat intensitas curah hujan saat hujan turun.

"Ini harus diorganisir. Semua pengukur hujan diaktifkan dan dicatat berapa hasilnya. Dibuat form khusus untuk mencatat hasilnya," kata Irwandi, Rabu.

Camat dan lurah harus terus mengantisipasi banjir dan jika ada genangan akibat hujan maka tidak boleh lebih enam jam. Selain itu, tidak boleh ada genangan di jalur tertentu termasuk jalan nasional.

Di Jakarta Barat, pengerjaan dua embung pencegah banjir di Semanan dan Tegal Alur Kalideres telah mencapai 95 persen. Kedua proyek embung itu bertempat di Rusun Lokbin Tegal Alur, tepatnya di permukiman RT 15/03 dan serta Kampung Bulak RT 10/1, Semanan, tepatnya belakang Rusun Pesakih.

“Progres di Semanan sudah 95 persen, di Tegal Alur juga sama, kecuali kalau ada tambahan lokasi dan perluasan,” ujar Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto.

Meski demikian, Uus mengatakan, masih dibutuhkan pengerjaan tambahan untuk saluran masuk dan keluar air yang tertampung di dua embung tersebut saat hujan deras mengguyur. Hingga kini, pengerjaan masih dilakukan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat