Bupati Sleman Sri Purnomo menjalani proses vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Ngemplak II di Sleman, Yogyakarta, Kamis (14/1). | Wihdan Hidayat / Republika

Kabar Utama

Bupati Sleman Akui Sempat Longgarkan Prokes 

Bupati Sleman mengaku baru merasakan sakit flu pada hari keempat setelah divaksinasi.

JAKARTA -- Bupati Sleman Sri Purnomo membagi pengalamannya saat dinyatakan positif Covid-19 seusai mendapatkan vaksin Sinovac, Kamis (14/1). Purnomo mengaku baru merasakan sakit flu pada hari keempat setelah divaksinasi.

"Saya mulai merasa gejala pada Senin (18/1) atau empat hari setelah divaksinasi," ujarnya saat mengisi konferensi virtual bertema "Sesi Berbagi Tentang Vaksinasi, Positif Covid-19 Setelah Vaksinasi?", Selasa (26/1) malam.

Pada hari itu, kebetulan ia baru selesai mengantar Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono di Sleman. Sekira pukul 12.30 siang, ia merasa seperti akan sakit flu. Namun, ia tetap pergi ke kantor dan bekerja sampai sore harinya. 

Ia mengaku masih tidak merasakan apa-apa, tetapi meminum obat flu. Keesokan harinya atau pada hari kelima seusai imunisasi Covid-19, ia beraktivitas joging, tetapi persendiannya mulai sedikit sakit sehingga hanya bisa jalan cepat.  

Malam harinya, ia mulai mengalami batuk-batuk dan suhu tubuhnya sedikit demam 37,6 derajat Celcius. Namun, Purnomo masih ke kantor keesokan harinya atau hari keenam setelah imunisasi. Dia kemudian mengikuti rapid test dan swab PCR. Hasilnya, ia terkonfirmasi positif Covid-19. 

Ia mengaku sempat longgar dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) setelah divaksin. Menurut dia, hal itu menjadi kesempatan virus memasuki tubuhnya. "Tetapi saya sudah divaksin, kemudian ketika kena (terinfeksi) tidak merasakan apa-apa. Mungkin itu manfaat vaksin," katanya. Kini, ia mengaku dalam kondisi sehat.  

Soal Bupati Sleman itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, Jumat (22/1), menjelaskan, Vaksin Sinovac berisi virus mati (inactivated virus).

"Jadi, hampir tidak mungkin menyebabkan seseorang terinfeksi. Jika melihat sequence waktunya, sangat mungkin pada saat bupati divaksin, beliau dalam masa inkubasi, yaitu sudah terpapar virus, tapi belum bergejala," ujarnya.

Meski begitu, kasus Bupati Seleman tetap dilaporkan sebagai kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI). 

Dalam diskusi yang sama, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Tonang Dwi Aryanto mengatakan, vaksinasi Covid-19 disuntikkan pada tubuh seseorang dengan harapan kondisinya tidak memburuk. "Vaksinasi dengan dosis terukur kemudian masuk tubuh direspons dengan suatu imunitas alami, akhirnya terjadi kekebalan tanpa harus sakit," ujarnya.

Tonang menjelaskan, dalam memilih vaksin, ada beberapa yang menjadi poin utama. Pertama, profil keamanan. Setelah itu, potensi vaksin, perlunya zat pengawet, dan ketersediaan produk vaksin. 

Level berikutnya, apakah bisa vaksin yang dipilih itu menimbulkan gejala atau minimal mencegah gejala berat. "Saat ini kita di level ini, untuk mencegah timbulnya gejala. Kami berharap kalau diberikan masyarakat mampu mencegah infeksi dan bertahan berapa lama," katanya. 

Karena itu, pihaknya sengaja memilih vaksin Sinovac yang menggunakan virus yang dimatikan. Sebenarnya, dia menambahkan, metode seperti ini sudah digunakan pada vaksinasi anak-anak yang masih balita.

"Artinya kita sudah pengalaman dengan vaksin jenis ini karena pernah diberikan di bawah setahun atau balita. Oleh karena itu, vaksin ini mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) BPOM Vaksin Korona Sinovac," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat