Tenaga kesehatan bersiap melakukan perawatan pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet, Jakarta, Selasa (26/1). Data Satgas Covid-19 pada Selasa (26/1) mencatat kasus positif mencapai 1.012.350 terhitung sejak 2 Maret 2020. | Republika/Putra M. Akbar

Tajuk

Tembus Satu Juta

Kebijakan yang setengah-setengah mengakibatkan dari sisi kesehatan pandemi tak kunjung bisa diatasi.

Hari ini kasus Covid-19 di Indonesia menyentuh angka psikologis, lebih dari satu juta orang. Data Satgas Penanggulangan Covid-19 menyebut, pada Selasa (26/1), angka positif Covid-19 mencapai 1.012.350 orang. Angka kesembuhan mencapai 820.356 orang. Sedangkan jumlah yang meninggal sudah 28.468 orang.

Merujuk pada wordometer.info, dengan jumlah tersebut, angka pengidap Covid-19 di Indonesia berada pada posisi 19 terbanyak di dunia. Sedangkan untuk jumlah kematian menempati urutan ke-17.

Jika dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara, Indonesia menempati  posisi puncak. Mengikuti di belakangnya, Filipina dengan 500 ribu kasus. Sedangkan di Asia, Indonesia berada di posisi ketiga setelah India dan Iran.

Angka-angka ini tentu bukan prestasi. Tentu pula bukan hal yang menggembirakan. Sampai saat ini, laju penambahan kasus masih berada di atas 10 ribu per hari, dan belum ada tanda-tanda pandemi akan berhenti.

 
Sampai saat ini, laju penambahan kasus masih berada di atas 10 ribu per hari, dan belum ada tanda-tanda pandemi akan berhenti.
 
 

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengadang laju Covid-19. Namun, seperti yang ditunjukkan angka-angka itu,  serangan Covid-19  belum mampu ditundukkan. Bahkan, trennya makin mengkhawatirkan.

Perkembangan yang tak menggembirakan ini mestinya, menjadi perhatian serius kita semua. Apa yang salah dengan penanganan Covid-19 di Indonesia? Mengapa di negara-negara lain tren penurunan kasus Covid-19 sudah terjadi,  sedangkan di Indonesia sebaliknya?

Apakah ada kebijakan yang kurang tepat? Atau masyarakat Indonesia yang memang tidak bisa disiplin menjaga protokol kesehatan, sehingga korban-korban  terus berjatuhan?

 
Kebijakan yang setengah-setengah mengakibatkan dari sisi kesehatan pandemi tak kunjung bisa diatasi. 
 
 

Soal kebijakan, mesti ada evaluasi, apakah langkah-langkah yang dilakukan selama ini sudah tepat. Yang paling mencolok dalam penanganan Covid-19 ini adalah ketidakseragaman masing-masing daerah dalam menyikapi pandemi ini. Dalam kondisi seperti  itu, pemerintah pusat juga terlihat seperti gagap bertindak.

Pengetatan aktivitas, baik melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maupun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terlihat setengah hati di lapangan. Akibatnya, kebijakan ini menjadi tarik ulur, dihentikan saat kasus menurun, dan diterapkan lagi saat kasus naik.

Kebijakan yang setengah-setengah mengakibatkan dari sisi kesehatan pandemi tak kunjung bisa diatasi. Sedangkan dari sisi ekonomi, masyarakat makin menderita.

Dari sisi masyarakat, disiplin untuk menerapkan protokol kesehatan berupa mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak alias 3M, tidak bisa berjalan sepenuhnya. Apalagi, penegakan aturan juga tidak terlalu ketat. Padahal, dalam kondisi seperti saat ini, 3M saja sudah tidak cukup. Masyarakat juga perlu menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas (5M).

 
Pemerintah ambillah komando. Pimpin rakyat untuk memenangi perang melawan pandemi ini bersama-sama.
 
 

Pemerintah harus menunjukkan kepemimpinan  yang nyata dalam kondisi kritis seperti  ini. Harus  ada satu komando yang diikuti bersama untuk menanggulangi pandemi. Daerah tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, hanya memikirkan daerahnya.

Yang tak kalah penting adalah peran serta masyarakat. Protokol kesehatan 3M atau 5M itu tak bisa berupa imbauan saja. Itu harus menjadi kewajiban. Dan penegakan aturan mesti tegas. Tanpa langkah pendisiplinan masyarakat, apa pun langkah yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah akan sia-sia saja.

Kita tentu tak ingin angka penderita Covid-19 terus melaju. Saat ini kesulitan yang dihadapi masih berat dari sisi kesehatan. Jika pandemi ini terus tak bisa ditanggulangi, bencana lain akan siap menyusul, dengan dampak lebih besar, yaitu masalah ekonomi.

Pemerintah ambillah komando. Pimpin rakyat untuk memenangi perang melawan pandemi ini bersama-sama. Kepada masyarakat, inilah saatnya kita menentukan pilihan, bersama-sama memenangkan peperangan melawan Covid-19 ini, atau binasa satu per satu.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat