Anggota polisi dengan bantuan Unit Satwa K9 Mades Polri di Rumah Sakit Mitra Manakarra yang runtuh akibat gempa di Mamuju, Sulawesi Barat, Ahad (17/1/2021). Apa yang dilakukan para relawan dalam penanganan bencana harus diapresiasi setinggi-tingginya. | AKBAR TADO/ANTARA FOTO

Laporan Utama

Kemuliaan Para Relawan Bencana

Apa yang dilakukan para relawan dalam penanganan bencana harus diapresiasi setinggi-tingginya.

Datangnya bencana silih berganti memanggil jiwa-jiwa para relawan. Mereka datang dari berbagai daerah untuk membantu proses penang gulangan bencana. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof KH Didin Hafidhuddin menilai, tak mudah untuk menyalurkan rasa simpati terhadap sebuah musibah orang lain dalam aksi nyata.

Menurut dia, apa yang dilakukan para relawan dalam penanganan di Indonesia harus diapresiasi setinggi-tingginya. "Sikapnya relawan itu mengungkapkan rasa empati yang sangat kuat. Ini (usaha relawan) harus dihargai oleh pemerintah," kata Kiai Didin saat dihubungi Republika, Rabu (20/1).

Dalam menanggulangi bencana ataupun permasalahan bangsa, pemerintah tak patut untuk merasa paling benar sendiri. Dia menegaskan, prinsip gotong royong serta musyawarah merupakan tradisi Indonesia yang telah lahir sejak lama. Mantan ketua Baznas ini mencontohkan bagaimana peran dari sejumlah lembaga filantropi dan juga organisasi masyarakat dalam membantu penanggulangan bencana.

Di dalam Islam, Kiai Didin menambahkan, rasa simpati yang muncul dari seseorang terhadap musibah orang lain adalah hal yang berharga. Dengan maraknya aksi simpatik dari para relawan bencana, Kiai Didin menyatakan, ini menjadi peluang bagi pemerintah untuk mengajak setiap elemen untuk bersama-sama membangun bangsa.

"Termasuk (kepada) mantan-mantan laskar FPI (Front Pembela Islam), mereka juga banyak membuat kebaikan. Laskar FPI ini banyak peduli terhadap umat dan bencana. Pemerintah pusat harus mengajak, rekonsiliasi yang adil, tokoh masyarakat harus diajak bicara. Pemerintah tidak boleh merasa benar sendiri," ujar dia.

Di sisi lain, kata dia, maraknya musibah yang terjadi di Indonesia harus dijadikan sebagai ajang untuk bertafakur. Bencana alam yang terjadi tak lepas dari faktor kelalaian serta kejahilan manusia. Contohnya, bencana longsor di Jawa Barat ataupun banjir yang terjadi di sejumlah wilayah. Masyarakat dan pemerintah kerap melupakan kewajiban menjaga dan memelihara alam usai mengeksploitasinya.

Untuk itu, Kiai Didin mengimbau kepada segenap pihak agar mampu menjadikan musibah sebagai ajang muhasabah untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tak lupa, dia juga mengajak umat untuk memohon ampun kepada Allah SWT dan menghindari maksiat serta perbuatan-perbuatan mubazir.

"Kita mohon ampun kepada Allah SWT. Sekarang harus sudah mulai dihentikan cara-cara ibadah yang niatnya hanya pencitraan, beribadahlah dengan tulus, mohon ampunan kepada Allah," ujar dia.

Dai kondang Ustaz Das'ad Latif juga mengajak umat dan bangsa untuk melakukan muhasabah atas hadirnya rententan bencana yang menguji Indonesia. Menurut dia, bencana alam yang menerjang Indonesia tak lepas dari perilaku manusia itu sendiri. "Sebagai orang yang beragama, kita harus bermuhasabah. Mungkin selama ini kita nggak bersahabat dengan alam, sehingga bencana datang silih berganti," kata Ustaz Das'ad.

Musibah berupa bencana yang terus mendera Indonesia memang tidak boleh dihadapi dengan berpangku tangan. Menurut Ustaz Das'ad, setiap elemen sebaiknya meniru semangat para relawan bencana yang selalu sigap membantu apa saja manakala bencana datang.

Ustaz Das'ad pun Mengutip hadis Rasulullah SAW, "Khairunnas anfa'uhum linnas," yang bermakna sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Ustaz Das'ad menjelaskan, orang yang terbaik di sisi Allah adalah mereka yang menjalankan ibadah individual secara baik dan mampu mengaplikasikan ajaran agama ke sekitarnya.

republikaonline

Tutorial menyalakan lampu darurat dengan air garam saat bencana ##LampuDarurat ##TiktokBerita original sound - Republika

"Berarti, saya bukanlah orang yang baik jika shalat saya khusyuk, tadarusan, tahajudan tiap malam, tapi saya acuh terhadap orang lain. Karena yang lebih penting ketaatannya pada Allah itu adalah yang diaplikasikan pada hal-hal sosial," ujar dia.

Dalam konteks penanggulangan bencana, bantuan yang dapat diberikan setiap individu boleh beragam. Dari bantuan tenaga, harta, hingga bantuan doa atau mendoakan orang yang tertimpa bencana agar diberi kemudahan oleh Allah. Menurut dia, ketika Indonesia dilanda beragam bencana, terdapat hikmah serta momentum yang perlu dimanfaatkan.

Dia menjelaskan, musibah dijadikan sebagai ladang amal kebajikan bagi tiap-tiap umat untuk dapat berlomba-lomba dalam kebaikan. Dia pun menganjurkan agar setiap insan mampu menebar benih-benih kebaikan sesuai dengan profesi dan keahlian masing-masing dari tenaga medis, pengusaha, pemerintah, hingga golongan apa pun yang mampu berkontribusi dalam penanggulangan bencana.

Selanjutnya Ustaz Das'ad mengingatkan, dalam menyikapi musibah ini, sesungguhnya Allah menguji hamba-Nya. Dari uji an itu, ditebarkan pilihan apakah dengan uji an yang diberi maka seorang hamba akan mendapatkan kemuliaan atau justru mendapatkan kehinaan. Harusnya ujian yang Allah berikan bisa menjadi peningkat ke takwaan kita, ujar dia.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat