Pegawai sekolah membersihkan ruangan kelas di salah satu SMK di Badung, Bali, Selasa (5/1). Kegiatan pembelajaran secara tatap muka di wilayah Kabupaten Badung yang awalnya direncanakan dimulai pada awal bulan Januari 2021 ditunda sampai batas waktu yang | FIKRI YUSUF/ANTARA FOTO

Nasional

Nadiem: Pembelajaran Harus Tetap Berjalan

Setidaknya ada empat cara yang dilakukan orang tua, guru, dan masyarakat untuk mendukung pembelajaran anak.

JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan, pihaknya terus berupaya mengurangi terjadinya learning lost dengan berbagai kebijakan yang menjamin berjalannya pembelajaran. Learning lost adalah kondisi kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar pada siswa.

Menurut Nadiem, hal pertama yang harus dilakukan adalah sekolah tatap muka. Namun, hal ini hanya bisa dijalankan di lokasi yang aman dari Covid-19. "Terpenting adalah sekolah-sekolah yang sulit melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) harus masuk tatap muka lagi. Itu satu-satunya solusi. Biar mereka tidak lebih lagi ketertinggalan," kata Nadiem dalam diskusi daring "Merdeka Belajar Transformasi Pendidikan Indonesia", Jumat (22/1).

Sekolah tatap muka ini, kata dia, adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Dia menegaskan, pemerintah pusat akan mendampingi pemerintah daerah terkait pembukaan sekolah.

Nadiem menjelaskan, learning lost adalah sesuatu yang pasti terjadi, khususnya selama masa pandemi ini. Tidak hanya Indonesia, tapi juga seluruh dunia menghadapi ancaman serupa.

"Kita tahu semua guru, semua orang tua mengerti bahwa proses adaptasi PJJ ini sangat sulit dan menimbulkan banyak skenario situasi yang tidak maksimal," kata dia.

Kemendikbud masih belum bisa mengukur seberapa besar learning lost yang terjadi. Nadiem berharap, asesmen nasional (AN) yang dilakukan September mendatang akan menggambarkan bagaimana situasi pendidikan Indonesia tersebut.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Suprayitno dalam rapat dengan Komisi X DPR, Kamis (21/1), mengatakan, tanda-tanda learning lost sudah mulai terjadi. Hal ini berdasarkan hasil asesmen diagnostik yang dilakukan guru selama masa pandemi. "Learning lost tanda-tandanya sudah mulai tampak, meskipun ini baru hasil analisis guru berdasarkan asesmen diagnostiknya," kata dia.

Totok mengatakan, sebagian besar guru menilai separuh siswa tidak memenuhi standar kompetensi berdasarkan asesmen diagnostik yang dilakukan. Secara persentase, sebanyak 47 persen sekolah/guru mengatakan, hanya 50 persen siswa memenuhi standar kompetensi.

Selain itu, sebanyak 20 persen sekolah/guru menilai sebagian kecil siswa memenuhi standar kompetensi. Artinya, siswa yang memenuhi standar kompetensi hanya di bawah 50 persen.

Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Dudung Nurullah Koswara menilai lost learning bisa dikurangi dampaknya dengan meningkatkan sinergitas pemangku kepentingan pendidikan. Pemangku kepentingan yang dimaksud, yakni orang tua, guru, masyarakat, dan siswa itu sendiri.

Setidaknya ada empat cara yang dilakukan orang tua, guru, dan masyarakat untuk mendukung pembelajaran anak. Ia menyingkat empat cara tersebut sebagai PDAM virtual. "Apa itu PDAM virtual? P adalah pemantuan, tentu secara visual. Kemudian D, yaitu (anak) didampingi secara virtual. A-nya apresiasi secara virtual juga. dan terakhir M adalah motivasi. Semuanya dilakukan secara virtual," kata Dudung, kemarin.

Dukungan secara psikologis pada anak dalam melakukan pembelajaran menjadi penting selama masa pandemi ini. Sebab, akan mendorong anak untuk lebih mudah menerima ilmu yang diajarkan. Akhirnya, diharapkan lost learning bisa diminimalisasi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat