Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan (kiri) menyaksikan pesepak bola Timnas U-19 yang berlatih di Stadion Madya, Kompleks Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Selasa (17/11/2020). Sebanyak 38 pemain Timnas Indonesia U-19 menjalani pemusatan latihan di Stadion | ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Olahraga

PSSI Seharusnya Malu

PSSI harusnya bisa meyakinkan semua pihak bahwa kompetisi tetap aman dengan protokol kesehatan.

Saya cukup tersentil dengan pernyataan pemain Persija Jakarta, Marc Klock. Beberapa waktu lalu, pemain naturalisasi ini menuliskan di media sosialnya bahwa ia membayangkan negara paling fanatis dengan sepak bola seperti Indonesia, tapi tak memiliki kompetisi sepak bola.

Apa yang Klock katakan sejatinya sudah terasa tanpa perlu dibayangkan. Hampir satu tahun telah terlewati tanpa adanya kompetisi sepak bola nasional. Para pencinta sepak bola Indonesia hanya bisa menikmati drama tarik ulur dan harapan palsu tentang kelanjutan kompetisi.

Indonesia sejauh ini gagal melanjutkan kembali kompetisi yang ditunda karena pandemi Covid-19 sejak Maret lalu. Beberapa wacana gagal direalisasikan karena tidak mendapat izin dari pihak kepolisian. Sementara Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai federasi belum juga memberikan ketegasan bahwa kompetisi musim 2020 dihentikan.

Ketidakpastian kompetisi sepak bola Indonesia ini membuat pemain dan klub putus asa. Sejumlah pemain, terutama legiun asing, telah memutuskan untuk hengkang dari klub untuk kembali ke negaranya atau menerima pinangan dari klub yang kompetisi di negaranya bisa berjalan. Sementara beberapa klub Liga Indonesia juga telah membubarkan tim pada awal 2021 karena ketidakpastian itu.

Indonesia seharusnya malu dengan negara-negara tetangga yang bisa melanjutkan liga meskipun dengan berbagai penyesuaian di tengah pandemi. Kita bisa melihat Filipina yang melanjutkan kompetisi setelah sempat ditunda pada Maret 2020. Negara yang olahraga nomor satunya bola basket justru bisa menggelar kompetisi sepak bola dengan mengubah format liga menjadi home tournament pada Oktober 2020.

Singapura bahkan tetap melanjutkan kompetisi mereka, Liga Utama Singapura (SPL) 2020, pada Oktober. Meskipun juara bertahan DPMM FC memutuskan tidak berpartisipasi karena tidak mendapatkan izin keluar dari Brunei Darussalam untuk melakukan perjalanan ke Singapura.

Sementara, Liga Malaysia dapat bergulir kembali setelah pemerintah setempat melonggarkan kebijakan lockdown. Semua pertandingan digelar tanpa penonton dan mereka berhasil mengakhiri musim 2020 dengan lancar pada 31 Oktober lalu. Sama juga dengan Myanmar berhasil menuntaskan musim pada Agustus walau sempat dihentikan pada Maret.

Benar, kegagalan ini bukan sepenuhnya kesalahan PSSI. Karena bagaimanapun, kelanjutan kompetisi sangat bergantung pada penanganan virus korona oleh pemerintah setempat. Negara-negara tersebut bisa melanjutkan kompetisi karena pemerintahnya bisa menekan angka positif Covid-19. PSSI juga telah merumuskan protokol kesehatan agar kompetisi bisa berjalan di tengah pandemi. Namun, kasus positif yang terus meningkat membuat pihak kepolisian enggan memberikan izin keramaian dan membuat Liga Indonesia berada dalam ketidakpastian seperti saat ini.

Meskipun begitu, PSSI tetap bertanggung jawab penuh untuk mencari jalan keluar atas persoalan ini. PSSI, yang sebagian besar pengurusnya pensiunan polisi, harusnya bisa meyakinkan semua pihak bahwa kompetisi tetap aman dengan protokol kesehatan. PSSI bisa meminta Kemenpora, yang terlihat pasif membantu kompetisi olahraga nasional bergulir, agar ikut memperjuangkan izin kepolisian turun.

Atau selemah-lemahnya sikap, PSSI bisa memutuskan nasib musim 2020 dapat berlanjut dengan format berbeda atau dihentikan sama sekali. Setelah itu segera mengalihkan fokus merancang kompetisi musim 2021.

Baru-baru ini PSSI telah menerima masukan dari klub untuk menghentikan kompetisi musim 2020. Belum ada kepastian apakah saran itu diterima atau tidak. Jika musim 2020 benar-benar dihentikan, buntut persoalan lainnya adalah terkait perjanjian dengan mitra komersial musim 2020/21 yang akan dihadapi oleh klub maupun PSSI.

Namun, biarlah itu menjadi konsekuensi yang harus diterima daripada membiarkan kompetisi, klub, pemain, dan para penggemar terkatung-katung dalam ketidakpastian.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh PSSI (pssi)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat