Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono (tengah) menjelaskan tentang penemuan alat sea glider, di Jakarta, Senin (4/1/2021). | M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO

Nasional

TNI Masih Selidiki Asal Sea Glider

Masuknya sea glider asing dinilai berpotensi menjadi ancaman.

JAKARTA -- Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengatakan, pihaknya masih menyelidiki asal sea glider yang ditemukan nelayan di Laut Selayar, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. Dia menargetkan waktu satu bulan untuk mengungkap kejelasan benda yang diduga sebagai drone asing di Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal).

"Bersama-sama dengan kementerian/lembaga terkait, saya beri waktu satu bulan Pak Kapushidros untuk bisa menentukan atau membuka hasilnya biar ada kepastian," ujar Yudo di Kantor Pushidrosal, Jakarta Utara, Senin (4/1).

Menurut dia, pihaknya belum membongkar alat tersebut. Dia berharap kerja sama dengan berbagai pihak dapat melacak dari mana asal sea glider itu. Terlebih, sea glider itu ditemukan dengan tidak terdapat ciri-ciri tulisan negara pembuatnya.

"Mudah-mudahan nanti bisa kita track poin pertamanya di mana saja, terus arahnya ke mana saja. Tentunya nanti bisa kita cek untuk itu karena, mohon maaf, belum kita bongkar ini," ujar dia.

Alat diduga drone atau unmanned underwater vehicle (UUV) milik Cina itu ditemukan seorang nelayan di Sulawesi. UUV diangkat dari air oleh nelayan setempat pada 20 Desember 2020, tapi baru dilaporkan ke pihak berwenang enam hari kemudian. Alat itu memiliki panjang 225 sentimeter dengan lebar sayap 50 sentimeter dan antena 93 sentimeter. 

photo
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono menjelaskan tentang penemuan sea glider saat konferensi pers di Pushidrosal, Ancol, Jakarta, Senin (4/1/2021). KSAL menjelaskan bahwa sea glider yang ditemukan oleh nelayan di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan tersebut berupa alat yang berfungsi untuk mengecek kedalaman laut dan mencari informasi di bawah laut itu akan diteliti lebih lanjut, - (M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO)

Yudo memastikan benda itu merupakan sea glider, alat untuk riset bawah laut. Alat tersebut juga dapat digunakan untuk keperluan industri, bahkan pertahanan. "Alat ini lebih pada untuk riset, riset bawah laut, karena memang alat ini tidak bisa mendeteksi kapal. Jadi, bukan untuk kegiatan mata-mata dan sebagainya," ujar dia.

Yudo tak ingin penemuan sea glider dipolitisasi dan dianggap seolah-olah merupakan alat untuk kegiatan mata-mata. Oleh karena itu, pihaknya akan berfokus mengungkap data yang ada di alat itu.

Biasanya, sea glider diluncurkan dari kapal dan meluncur ke dasar laut dengan memancarkan sensor untuk mendeteksi kedalaman, oksigen, objek bawah laut, dan data bawah laut lainnya. Sensor tersebut mengirimkan data dan posisi alat tersebut ke permukaan lewat satelit.

Juru Bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, juga meminta publik tidak berpolemik mengenai temuan alat tersebut. Kemenhan menyatakan akan menangani masalah tersebut bersama dengan Mabes TNI, khususnya TNI AL.

photo
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono menjelaskan tentang penemuan alat berupa sea glider saat konferensi pers di Pushidrosal, Ancol, Jakarta, Senin (4/1) - (M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO)

"Menhan Prabowo Subianto berharap rakyat Indonesia terus mendukung TNI bekerja keras untuk pertahanan Indonesia dan mari bersama memperkuat pertahanan rakyat semesta untuk memastikan NKRI yang lebih kuat," kata Dahnil dalam keterangan tertulis, Senin (4/1). 

Anggota Komisi I DPR, Sukamta, berharap pemerintah segera mengungkap pemilik barang tersebut. Jika hal itu terbukti berbahaya bagi kedaulatan Indonesia, ia meminta pemerintah bertindak secepatnya. 

Isi sea glider perlu diselidiki oleh lembaga terkait. Sebab, alat tersebut ditakutkan tengah merekam dan meneliti kondisi laut Indonesia. "Ini sekadar orang iseng atau nelayan yang mau cari ikan atau Pertamina yang sedang mencari ladang minyak baru atau itu mata-mata negara asing?" ujar Sukamta lewat pesan singkat, Senin (4/1). 

Anggota Komisi I lainnya, Muhammad Farhan, mengatakan masuknya sea glider asing berpotensi menjadi ancaman. Oleh karena itu, Badan Keamanan Laut (Bakamla) harus diperkuat. "Pentingnya penguatan Bakamla sebagai Indonesian coast guard dengan kapasitas yang mumpuni," ujar Farhan, Senin (4/1).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat