Meski bersumpah atas nama Allah diperbolehkan, tapi perlu hati-hati dalam menggunakannya. | Pixabay

Fatwa

Bolehkah Bersumpah Atas Nama Allah?

Kita harus hati-hati bersumpah atas nama Allah SWT.

OLEH ANDRIAN SAPUTRA

Sering kali kita mendengar seseorang mengucapkan pernyataan atau kesaksian pada sebuah kejadian dengan dikuatkan menggunakan kalimat sumpah. Tak tanggung-tanggung, seseorang dengan mudah meng ucapkan kalimat sumpah bukan lagi atas nama dirinya, melainkan dengan menyebut nama Allah, seperti demi Allah.

Bagaimana sebenarnya hukum menggunakan kalimat sumpah atas nama Allah?

Pengasuh Pondok Pesantren Pasca Tahfidz Bayt Al Quran yang juga dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ustaz Syahrullah Iskandar menjelaskan, dalam Alquran terdapat beberapa ayat yang menekankan sakralnya sumpah. Salah satunya yakni terdapat pada surat al-Maidah ayat 89. Ayat tersebut berbunyi:

"Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah- sumpah yang kamu sengaja, maka kafarat (melanggar) sumpah itu ialah memberi makan 10 orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kafaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kafarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)."

Ustaz Syahrullah menjelaskan, kalimat wahfadzuu aimaanakum dalam ayat tersebut dijelaskan Ibnu Ajibah al-Hasani dalam al-Bahr al-Madid pada juz II, halaman 210, sebagai perintah untuk menjaga lidah dari banyak bersumpah.

Ustaz Syahrullah mengatakan, kalimat sumpah semacam menjadi pembatas bagi penuturnya untuk tidak melanggarnya. Sebab itu sumpah tidak sembarangan diucapkan melainkan hanya saat diperlukan seperti persaksian ataupun situasi penting lainnya.

Begitu pun dalam penyampaian redaksi sebuah berita atau kabar informasi. Pada umumnya itu dapat dilakukan normal tanpa memerlukan kalimat sumpah sebagai penguat atau pengukuhan. Namun, terkadang seseorang juga kerap membubuhi berita atau kabar yang disampaikan dengan kalimat pengukuhan (kalimat taukid). Bahkan, ada yang menempelkan kalimat sumpah atas nama Allah.

 
Bisa jadi seseorang yang seringkali menggunakan kalimat sumpah dalam kabar berita yang disampaikannya menjadi penanda sudah hilangnya kepercayaan orang lain padaya
 
 

Menurut Ustaz Syahrullah, kondisi ini kemungkinan dapat terjadi manakala penyampai berita atau informasi merasa sangat perlu menggunakan kalimat sumpah karena mendapati orang yang mendengar ucapannya tidak percaya dengan kabar yang dibawanya. Namun, bisa jadi seseorang yang seringkali menggunakan kalimat sumpah dalam kabar berita yang disampaikannya menjadi penanda sudah hilangnya kepercayaan orang lain pada dirinya.

Lebih lanjut, Ustaz Syahrullah menjelas kan, al-Raghib al-Ashfahani dalam karyanya Muhadharat al-Udaba wa Muhawarat al-Syu'ara wa al-Bulaghapada juz II, halaman 133, melansir beberapa ungkapan terkait sumpah ini. Ia mencantumkan salah satu ungkapan yang dinisbahkan ke pada al-Muhasibi. Al- Raghib menu lis kan bahwa indikasi seseorang yang berbohong adalah murah bersumpah meski tidak dimintai sumpah.

Sementara itu, Salman al-Farisi meriwayatkan bahwa ada tiga golongan yang tidak diajak bicara oleh Allah, tidak disucikan, bahkan memperoleh siksa yang pedih pada hari kemudian. Salah satunya adalah orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya.

Keterangan ini dapat ditemukan redaksi lengkapnya pada hadis riwayat at-Thabarani. "Orang yang menjadikan sumpah atas nama Allah sebagai komoditas kepentingan duniawinya dapat saja tergolong kelompok ini," ujar Ustaz Syahrullah.

Selain itu, Ustaz Syahrullah mengatakan, ada sebuah bait syair dari al-Mutanabbi yang patut menjadi bahan renungan tentang akibat dari mudahnya bersumpah. Dalam syairnya, al-Mutanabbi mengatakan, akhir dari sumpah ataupun pengujung dari peperangan (tiada lain) adalah penyesalan. Karena itu, meski bersumpah atas nama Allah diperbolehkan, namun menurut Ustaz Syahrullah perlu hati-hati dalam menggunakannya.

Penyair kenamaan ini mendudukkan sumpah dan peperangan dalam garis yang sama. Ada benarnya juga, dalam peperangan memang berlaku prinsip menang jadi arang, kalah jadi abu, sama-sama merugikan. Bersumpah sembarangan berbuntut buruk bagi pelakunya.

"Waspadalah menjadikan sumpah sebagai hiasan tuturmu. Jangan paksa orang percaya dengan sumpahmu. Kita harus hati-hati bersumpah atas nama Allah SWT," ujar Ustaz Syahrullah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat