Sejumlah penumpang mengantri untuk memasuki area peron di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Selasa (1/12). | Prayogi/Republika

Opini

Tantangan Transportasi pada Masa Pandemi

Tren arus barang dan manusia terus meningkat dan menuju arah normal kembali seperti sebelum pandemi.

ABDULHAMID DIPOPRAMONO, Staf Khusus Menteri Perhubungan

Sebentar lagi, kita memasuki libur Natal 2020 dan tahun baru 2021. Pemerintah semula menambah cuti bersama sehingga libur akhir tahun menjadi 11 hari, tetapi akhirnya diubah. Antara libur Natal dan tahun baru menjadi terjeda tiga hari masuk kerja.

Total libur Natal, termasuk Sabtu dan Ahad, hanya empat hari dan libur tahun baru dua hari. Llibur yang panjang pada masa pandemi Covid-19 selalu disertai kekhawatiran meningkatnya jumlah orang yang terpapar virus tersebut.

Setidaknya hal ini terbukti saat libur panjang Agustus lalu, yang telah meningkatkan jumlah orang terkonfirmasi positif sebesar 58-110 persen, secara variatif bergantung pada daerahnya, dan meningkat lebih tinggi lagi saat libur panjang bulan Oktober lalu.

 

 
BPS dalam rilis surveinya akhir September memaparkan, kesadaran masyarakat memakai masker naik, tetapi untuk mencuci tangan dan menjaga jarak terus menurun.
 
 

 

Kasus terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah meski tingkat kesembuhan juga terus meningkat.

Data Satgas Covid-19 pada 9 Desember menunjukkan, secara nasional jumlah terkonfirmasi bertambah menjadi 592 ribu kasus dengan 487.445 orang sembuh dan 18.171 orang meninggal. Banyak faktor penyebab penularan Covid- 19 terus terjadi.

BPS dalam rilis surveinya akhir September memaparkan, kesadaran masyarakat memakai masker naik, tetapi untuk mencuci tangan dan menjaga jarak terus menurun.

Lokasi penularan Covid-19 bisa di mana-mana, tetapi pada umumnya ada di tempat-tempat kerumunan orang, seperti pasar, mal, lokasi wisata, tempat hiburan, restoran, perkantoran, hotel, aksi massa, bahkan rumah sakit dan tempat-tempat berolahraga.

Sarana-prasana transportasi juga bisa menyebabkan penularan Covid-19. Pesawat, kapal, kereta api, ataupun bus dan kendaraan umum lainnya, bandara, pelabuhan, stasiun, terminal bisa menularkan virus.

Belum diketahui persentase penularan lewat sarana-prasarana transportasi terhadap keseluruhan orang yang terinfeksi. Namun, sarana-prasarana transportasi harus dikelola agar tak menjadi media penularan Covid-19. Apalagi pada masa liburan.

 
Peningkatan jumlah armada tak lain untuk tetap menjaga jarak antarpenumpang. Untuk itu, pemerintah selalu memberikan subsidi.
 
 

Merespons hal itu, sejak awal pandemi Kementerian Perhubungan mengeluarkan berbagai kebijakan. Antara lain, Permenhub Nomor 18, 25, dan 41 Tahun 2020. Beleid itu bertujuan agar penularan Covid-19 bisa dikendalikan, tetapi mobilitas manusia dan barang tetap lancar.

Untuk masa liburan nasional, selain mengetatkan protokol kesehatan, pemerintah menambah armada angkutan umum karena jumlah penumpang meningkat, terutama saat Lebaran, Natal, dan tahun baru serta cuti bersama lainnya.

Peningkatan jumlah armada tak lain untuk tetap menjaga jarak antarpenumpang. Untuk itu, pemerintah selalu memberikan subsidi.

Tantangan ke depan

Kita tidak tahu kapan pandemi berakhir. Namun, kehidupan tetap harus bergairah, masyarakat harus sehat, serta perekonomian terus bergerak, tumbuh, dan berkelanjutan. Karena itu, sektor transportasi juga harus menjawab tantangan ini.

Masing-masing negara di dunia memiliki kebijakan yang dipandang tepat, demikian juga Indonesia. Beberapa negara menerapkan lockdown pada awal pandemi, mulai Maret lalu. Di dalam negeri Indonesia, pun banyak yang menganjurkannya.

Bahkan, beberapa kepala daerah ada yang berkeinginan melakukannya. WHO pada awal pandemi juga menganjurkan hal itu.

Pandemi memang datang tiba-tiba dan merupakan pengalaman baru di abad ini sehingga ada yang meresponsnya secara radikal dan hitam putih. Presiden Jokowi memilih cara berbeda, yang membuat rakyat tetap sehat, tetapi juga tidak mati secara ekonomi.

Bahkan pada Juli, dibentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam satu komando. Mandeknya perekonomian akan berdampak negatif dalam jangka panjang dan bisa menyebabkan kerusuhan sosial.

Belakangan ini, Oktober lalu, WHO mengeluarkan rilis berupa anjuran agar negara-negara di dunia tidak memberlakukan lockdown karena terbukti menyebabkan kemunduran ekonomi dan kemiskinan rakyat di beberapa negara, yang menerapkannya.

 
Menteri Perhubungan selalu mengingatkan tentang disiplin protokol kesehatan, baik di bandara, pelabuhan, stasiun, terminal, maupun lainnya.
 
 

Anjuran baru WHO ini membuktikan, kebijakan Indonesia sejak awal pandemi dan konsisten hingga hari ini, sudah tepat.

Dan tantangan sektor transportasi/perhubungan ke depan adalah memastikan agar penyediaan sarana-prasarana transportasi memadai sesuai tuntutan kelancaran arus manusia dan barang/logistik, tetapi tidak menjadi media penularan Covid-19.

Sejak awal penerapan normal baru dan masa-masa berikutnya menunjukkan, tren arus barang dan manusia terus meningkat dan menuju arah normal kembali seperti sebelum pandemi.

Tiga peraturan menteri yang telah diterbitkan sudah komprehensif sebagai beleid pada masa pandemi dan masa normal baru. Tinggal konsistensi dan kedisiplinan dalam penerapannya.

Menteri Perhubungan selalu mengingatkan tentang disiplin protokol kesehatan, baik di bandara, pelabuhan, stasiun, terminal, maupun lainnya. Langkah lain yang diperlukan adalah peningkatan kerja sama dan koordinasi lebih erat dengan pihak-pihak terkait.

Di antaranya, Satgas Covid-19 dan PEN, Kementerian Kesehatan, operator sarana-prasarana transportasi, asosiasi-asosiasi usaha sektor transportasi, dan pemerintah daerah. Covid-19 bukan masalah satu atau dua instansi, melainkan masalah kita semua. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat