Naura Nadhifatul (8) mengerjakan tugas sekolah secara daring melalui kiriman video dari gurunya di warung milik orangtuanya, Kelurahan Panggung, Tegal, Jawa Tengah, Jumat (20/11). | ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Opini

Selepas Sekolah Dibuka

Kombinasi pembelajaran daring dan luring menjadi gambaran lumrah sekolah masa depan.

DIYAN NUR RAKHMAH, Analis Data pada Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang dan Perbukuan, Kemendikbud 

Agaknya, kita perlu menyepakati analisis Mark Warschauer, ahli pembelajaran digital, terkait lanskap pendidikan selepas pandemi Covid-19. Ia menyatakan, pandemi  memaksa terjadinya revolusi pola pembelajaran yang diprediksi bertahan lebih lama.

Pandemi akan mempercepat peralihan sistem pendidikan konvensional, termasuk memasukkan lebih banyak elemen berbasis daring dalam aktivitas belajar-mengajar guru dan siswa. Pandangan ini rupanya juga terbangun di ranah kebijakan.

 
Kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka di sekolah harus kembali dilakukan meskipun pandemi belum terlihat akan berakhir.
 
 

Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Akademik 2020/2021 Masa Pandemi Covid-19 pada 20 November 2020 lalu, menjadi salah satu pembuktiannya.

Kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka di sekolah harus kembali dilakukan meskipun pandemi belum terlihat akan berakhir.

Banyak yang bersepakat, belajar-mengajar di sekolah perlu kembali normal, dengan berbagai kemungkinan dan konsekuensi: konsep sekolah akan berbeda dengan sekolah sebelumnya dan berbagai pihak harus siap dengan tantangan yang akan dihadapi.

Perubahan fundamental akan terjadi pada sekolah-sekolah kita. Guru akan mengutamakan pendekatan pembelajaran lebih fleksibel, terbuka, dan efektif dengan menjunjung tinggi prinsip pendidikan masa depan: kontekstual dan bermakna.

Banyak riset menyatakan, penutupan sekolah memperburuk krisis pembelajaran. Sebab, mengurangi kesempatan anak paling rentan merasakan pendidikan layak, seperti mereka yang tinggal di daerah miskin atau perdesaan, anak perempuan, pengungsi.

Bank Dunia dalam laporannya, “Estimates of Covid-19 Impacts on Learning and Earning in Indonesia: How to Turn the Tide” yang rilis Agustus 2020 menyatakan, penutupan sekolah karena pandemi berpotensi menurunkan capaian hasil belajar siswa pada masa depan.

 
Di banyak kasus, integrasi teknologi dalam pembelajaran meningkatkan akses siswa melalui penyediaan alternatif sumber belajar yang fleksibel, terbuka, dan mudah. 
 
 

Namun, perlu diakui bahwa pandemi menumbuhkan inovasi. Salah satunya, optimalisasi pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Bersekolah mengalami perubahan fundamental melalui konsep belajar yang tidak pernah terbayang sebelumnya.

Di banyak kasus, integrasi teknologi dalam pembelajaran meningkatkan akses siswa melalui penyediaan alternatif sumber belajar yang fleksibel, terbuka, dan mudah. Namun, dengan segala keunggulannya, pembelajaran daring tetap memiliki kelemahan.

Salah satunya, guru tak dapat melakukan pendampingan pendidikan karakter kepada siswa karena tidak ada interaksi langsung melalui tatap muka. Dalam perspektif ini, kombinasi pembelajaran daring dan luring akan menjadi gambaran lumrah sekolah pada masa depan.

Beberapa riset di negara lain misalnya, menyatakan, siswa mulai menginginkan aktivitas belajar dan kursus secara kombinasi, tatap muka dan daring. Ini juga dipersepsikan, baik oleh guru maupun siswa daripada tatap muka atau daring sepenuhnya.

Alasannya, blended-learning menawarkan kemudahan, fleksibilitas, keterbukaan akses sumber belajar, bahkan mampu meningkatkan kesempatan pendidikan yang terbatas karena benturan budaya lokal. 

Charles Graham dalam The Handbook of Blended Learning: Global Perspectives, Local Designs menyatakan, meski mustahil dengan pasti memperkirakan seperti apa pendidikan mendatang, kita pantas meyakini  tren pembelajaran campuran akan meningkat.

 
Kedua, kombinasi luring dan daring harus mampu meningkatkan praktik belajar-mengajar dalam segala situasi dan kondisi.
 
 

Sekolah-sekolah di Denmark yang telah membuka pembelajaran tatap muka pada Juni lalu, dapat menjadi contoh. Siswa belajar tatap muka di sekolah melalui sistem penjadwalan untuk mengurangi potensi kerumunan. Selebihnya, siswa belajar secara virtual. 

Guru dengan masalah kesehatan atau memiliki anggota keluarga berisiko, dapat mengajar daring dari rumah. Begitu pun dengan siswa. Waktu bersekolah lebih singkat, dengan memberikan keleluasaan siswa memanfaatkan berbagai sumber belajar.

Blended-learning akhirnya mengondisikan guru dan siswa mempertimbangkan karakteristik teknologi digital yang adaptif dan menawarkan fleksibilitas pada setiap personal untuk menyesuaikan kebutuhan belajarnya. Karena itu, banyak tantangan yang perlu diantisipasi agar blended-learning mampu mendorong efektivitas pembelajaran. Pertama, blended-learning seharusnya memungkinkan kemudahan akses dan fleksibilitas siswa dan guru dalam belajar.

Kedua, kombinasi luring dan daring harus mampu meningkatkan praktik belajar-mengajar dalam segala situasi dan kondisi.

Sekolah harus tetap berorientasi pada pemenuhan hak belajar siswa, lebih fleksibel terhadap siswa dan guru, seperti kondisi kesehatan, kepemilikan akses dan perangkat digital, serta pertimbangan psikologis setiap personal dalam memandang pandemi.

Ketiga, pembelajaran masa depan harus mampu mengubah cara individu dalam belajar dan memaknai aktivitas belajar. Belajar tak sekadar membentuk pedagogi, psikomotorik, dan karakter siswa, tetapi media untuk lebih memaknai kehidupan yang sedang dijalani.

Jika ketiganya gagal dipenuhi, blended-learning justru berpotensi memperlebar kesenjangan belajar yang telah ada, khususnya bagi guru dan siswa yang tidak memiliki akses, perangkat, dan dukungan belajar memadai. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat