Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) terpilih periode 2020-2025 Miftachul Akhyar menyampaikan sambutan saat penutupan Musyawarah Nasional X MUI di Jakarta, Jumat (27/11). | Republika/Thoudy Badai

Tajuk

Tantangan Berat Menanti MUI

MUI memiliki peran yang sangat penting untuk menjawab berbagai masalah yang dihadapi umat pada masa pandemi Covid-19.

Alhamdulillah. Musyawarah Nasional (Munas) ke-10 Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berlangsung di Jakarta pada 25-27 November 2020 berlangsung sukses. Munas ke-10 MUI yang digelar di tengah pandemi Covid-19 ini berhasil menetapkan kepengurusan baru. Lima tahun ke depan MUI akan dinakhodai oleh KH Miftachul Akhyar yang menggantikan Prof KH Ma’ruf Amin.

Susunan kepengurusan MUI Pusat masa khidmat 2020-2025 layak diapresiasi karena merangkul hampir seluruh ormas Islam di Tanah Air. Terakomodasinya seluruh ormas Islam tentu akan membuat MUI akan makin solid. Ini penting, mengingat tantangan yang akan dihadapi MUI lima tahun ke depan sangat berat. Salah satu tantangan yang berada di depan mata adalah pandemi Covid-19.

Sebagai organisasi pelayan umat, tentu MUI memiliki peran yang sangat penting untuk menjawab berbagai masalah yang dihadapi umat pada masa pandemi Covid-19. Salah satunya menghadirkan fatwa-fatwa dan tuntunan ibadah yang sesuai dengan kebutuhan umat di tengah pandemi yang tak kunjung usai. Hingga Jumat (27/11), total kasus positif Covid-19 di Tanah Air sudah mencapai 522.581 kasus. Bahkan, dalam 24 jam terakhir angka positif Covid-19 mencapai rekor baru, yakni 5.828 kasus.

Pada masa seperti ini, MUI juga harus hadir sebagai penuntun di tengah-tengah umat. Yakni, mengarahkan dan menuntun umat agar senantiasa menaati protokol kesehatan agar pandemi Covid-19 bisa segera berakhir. Seruan dan ajakan ulama tentu akan sangat didengar oleh umat. Karena itu, dalam berbagai forum keagamaan pesan-pesan tentang pentingnya disiplin menerapkan protokol kesehatan harus senantiasa digaungkan para ulama.

 
Sebagai organisasi pelayan umat, tentu MUI memiliki peran yang sangat penting untuk menjawab berbagai masalah yang dihadapi umat pada masa pandemi Covid-19.
 
 

Para ulama pun harus menjadi teladan dalam menegakkan protokol kesehatan. Untuk sementara, misalnya, menunda terlebih dahulu acara-acara keagamaan yang mengumpulkan massa dalam jumlah yang banyak. Pengajian atau ceramah-ceramah dapat disampaikan melalui media sosial maupun media pengeras suara yang dapat didengar umat dari rumah-rumah mereka. Umat tentu akan senantiasa meneladani para ulamanya.

Peran penting lainnya yang dapat dimainkan ulama pada masa pandemi menetapkan fatwa tentang kehalalan atau kebolehan vaksin Covid-19 sebelum diedarkan kepada masyarakat. Umat tentu menginginkan agar vaksin Covid-19 yang akan digunakan nanti benar-benar halal. Karena itu, MUI pun harus berupaya untuk mengawal proses audit kehalalan vaksin Covid-19 tersebut.

Pro kontra tentang vaksin Covid-19 yang terjadi di tengah-tengah umat juga membutuhkan perhatian dari MUI. Penting bagi MUI untuk melakukan edukasi kepada umat tentang vaksin Covid-19 ini. Sebagian umat yang masih menolak vaksin Covid-19 ini perlu mendapat pencerahan dari para ulama. Vaksinasi merupakan ikhtiar yang dilakukan untuk mengadang laju penyebaran Covid-19. Karena itu, sesuai harapan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, MUI dan segenap ormas, lembaga keagamaan, para pemuka agama, serta tokoh masyarakat dapat bersama-sama pemerintah untuk menyukseskan vaksinasi Covid-19. 

Pada era digital ini, Pengurus MUI Pusat periode 2020-2025 dihadapkan pada tantangan dakwah yang makin berat. Hasil penelitian Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta baru-baru ini menemukan fakta bahwa narasi paham keagamaan konservatif mendominasi media sosial di Tanah Air. Sementara narasi paham keagamaan moderat justru kurang aktif di media sosial. Karena itu, MUI sebagai lembaga penjaga akidah harus berperan agar umat tidak terpengaruh dengan paham dan aliran intoleransi, ekstrem, serta liberal.

MUI sebagai mitra pemerintah juga tak boleh lelah dalam memberi masukan, mengkritisi, dan menasihati penguasa agar roda pemerintahan berjalan pada rel yang benar. Umat dan masyarakat tentu menaruh harapan yang tinggi kepada pengurus MUI yang baru agar dapat menjalankan perannya dengan sebaik mungkin. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat