Para panelis dalam Forum Group Discussion bertemakan Para panelis dalam Forum Group Discussion bertemakan | Republika/nur hasan murtiaji

Khazanah

Masjid Sebagai Oase di Kala Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 sebagai peluang agar masjid semakin hadir dalam mendampingi masyarakat.

OLEH ZAHROTUL OKTAVIANI 

Hingga kini, dunia masih diliputi pandemi virus korona baru. Di Indonesia, sebanyak 497.668 orang tercatat mengidap Covid-19. Dari data per Ahad (22/11) lalu tersebut, 15.884 orang di antaranya meninggal dunia.

Covid-19 sebagai epidemi global tidak hanya mengancam umat manusia dari sisi kesehatan. Dampaknya pun terasa di berbagai lini kehidupan, termasuk ekonomi dan sosial masyarakat. Kondisi yang cukup merisaukan juga terjadi di Tanah Air. Tak sedikit warga yang terpaksa kehilangan mata pencaharian atau kehilangan tulang punggung keluarga akibat terpaan wabah.

Upaya untuk memulihkan kondisi di tengah pandemi tidak hanya datang dari negara, tapi juga elemen-elemen masyarakat. Sebagai negeri berpenduduk mayoritas Muslim, kiprah umat Islam turut menentukan proses pemulihan tersebut. Hal itu diakui Ketua Dewan Syura Takmir Masjid Jogokariyan, Ustaz Muhammad Jazir ASP.

Menurut dia, pandemi Covid-19 dapat dipandang sebagai peluang agar masjid semakin hadir dalam mendampingi masyarakat. Sejak 2004 silam, Masjid Jogokariyan yang berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), telah berperan sebagai masjid tanggap bencana. Peran tersebut dipilih karena Indonesia termasuk negara yang rentan akan bencana.

photo
Panelis sedang memaparkan materi dalam Forum Group Discussion bertemakan Peran Masjid di Era Pandemi yang diadakan Republika bekerja sama dengan BNPB, Sabtu (21/11). - (Republika/nur hasan murtiaji)

“Masjid harus menjadi benteng pertahanan umat dari berbagai sisi,” ujar Ustaz Jazir dalam acara seminar daring yang digelar Republika bekerja sama dengan Satgas Penangangan Covid-19 BNPB, bertajuk "Peran Masjid di Era Pandemi", Sabtu (21/11).

Total dana yang berhasil dihimpun Masjid Jogokariyan sejak awal pandemi Covid-19 berjumlah Rp 400 juta. Berbekal itu, pihaknya langsung melakukan berbagai upaya perlindungan kepada jamaah dan masyarakat.

Di antaranya adalah pembagian masker secara gratis. Untuk pengadaan masker tersebut, tutur Ustaz Jazir, pihaknya memberdayakan para pekerja harian yang telah kehilangan profesinya akibat pandemi Covid-19. Setiap masker yang sudah jadi dihargai Rp 1.500.

“Ada 36 pekerja yang menjahit, sehari minimal menghasilkan 75 masker. Bahkan, ada yang bisa menghasilkan 150 masker per hari,” kata peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2018 itu.

Menurut Ustaz Jazir, kaum Muslimin hendaknya tetap optimistis meskipun diterpa musibah. Sebab, dalam musibah itu insya Allah terdapat peluang untuk bangkit. Ia mencontohkan, sejumlah pengrajin batik di Yogyakarta sempat lesu karena menurunnya permintaan pasar. Pihaknya lantas mengajak mereka untuk bekerja sama.

“Kami inisiasi membuat sajadah batik dan menggunakan logo Jogokariyan. Ini kesempatan agar ekonomi bangkit,” ucapnya.

photo
Panelis sedang memaparkan materi dalam Forum Group Discussion bertemakan Peran Masjid di Era Pandemi yang diadakan Republika bekerja sama dengan BNPB, Sabtu (21/11). - (Republika/nur hasan murtiaji)

Ustaz Absar Jannatin mengatakan, pandemi Covid-19 dapat menjadi sebuah kesempatan bagi masjid-masjid di Tanah Air untuk belajar menanggulangi musibah. Takmir Masjid al-Ikhlas Jatipadang, Jakarta Selatan, itu mengingatkan kaum Muslimin untuk tidak mudah menyerah dan terus memperkuat rasa persaudaraan (ukhuwah).

Masjid al-Ikhlas sendiri, lanjut dia, terbiasa menghadapi berbagai bencana di Ibu Kota, termasuk banjir yang meluap dari anak Sungai Ciliwung. 

“Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana belajar dengan cepat menghadapi pandemi,” tutur Ustaz Absar, kemarin.

Salah satu fokus Dewan Takmir Masjid al-Ikhlas terkait kondisi pandemi ialah penerapan protokol kesehatan. Selain itu, ada pula program bagi-bagi masker gratis serta penyemprotan disinfektan pada seluruh bangunan masjid itu.

Pihaknya menyediakan alat pendeteksi suhu tubuh. Jamaah yang shalat di masjid dua lantai itu juga selalu diimbau menerapkan jaga jarak. Ia mengatakan, Masjid al-Ikhlas mendukung kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan secara daring. Anak-anak dan para pelajar dapat menikmati jaringan wifi gratis di sana.

“Selama pandemi, kita sediakan ruang belajar bagi yang tidak memiliki akses teknologi. Kita siapkan komputer ataupun Wi-Fi. Mereka boleh datang ke masjid untuk belajar,” lanjutnya.

Aktivis Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) Agis Nurholis mengatakan, pihaknya turut membantu pelayanan medis di tengah situasi pandemi. Baru-baru ini, kampus tersebut berhasil menciptakan alat ventilator yang disebut “Vent-I.”

“Salah satu karya kita adalah menciptakan ventilator made in Indonesia, sebagai inisiasi dari pembina kami, Dr Syarif Hidayat. Dari masjid, lahirlah alat ventilator Vent-I,” kata Agis, kemarin.

Hingga kini, sekitar seribu unit Vent-I telah disalurkan ke 300 rumah sakit di seluruh Tanah Air. Pembagian alat medis tersebut utamanya menyasar DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur karena besarnya kebutuhan di tiap-tiap provinsi.

“Pengumpulan dana ZIS (zakat, infak, dan sedekah) juga naik signifikan. Kita membagikan bantuan kepada masyarakat dan tenaga medis berupa nutrisi imun dan hand sanitizer. Kita bagikan sembako di beberapa kecamatan di Bandung,” ujarnya.

photo
Panelis sedang memaparkan materi dalam Forum Group Discussion bertemakan Peran Masjid di Era Pandemi yang diadakan Republika bekerja sama dengan BNPB, Sabtu (21/11). - (Republika/nur hasan murtiaji)

Ketua Pemuda Dewan Masjid Indonesia (DMI) M Arief Rosyid berharap, generasi muda dapat terus hadir di masjid-masjid untuk menguatkan masyarakat di kala pandemi. Ia mengingatkan, total masjid di Tanah Air mencapai 800 ribu hingga satu juta unit. Sementara itu, jumlah remaja mencapai 62,9 persen dari total populasi Indonesia.

Jika dua kekuatan itu digabung, lanjut dia, masa depan negara ini diprediksi akan semakin baik. “Anak muda merupakan masa depan bangsa dan umat. Masjid juga memiliki peran yang sangat strategis, tidak hanya sebagai tempat beribadah vertikal (habluminallah), tapi juga ibadah sosial,” ujar mantan ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu, kemarin.

photo
Panelis sedang memaparkan materi dalam Forum Group Discussion bertemakan Peran Masjid di Era Pandemi yang diadakan Republika bekerja sama dengan BNPB, Sabtu (21/11). - (Republika/nur hasan murtiaji)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat