Petugas medis memeriksa kesehatan relawan sebelum di vaksin pada simulasi vaksinasi Covid-19 di Puskesamas Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/11). | ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Kabar Utama

Antisipasi Kapasitas Vaksinasi Puskesmas 

Puskemas dengan luas kurang memadai akan menghadapi masalah jika vaksinasi dilakukan secara masif.

JAKARTA -- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin meminta pihak terkait mengantisipasi proses vaksinasi di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang tidak memadai. Hal itu disampaikan KH Ma'ruf merujuk pada simulasi vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Cikarang, Kamis (19/11).

Juru Bicara Wapres, Masduki Baidlowi, mengatakan, Wapres KH Ma'ruf menilai puskemas dengan luas yang kurang memadai akan menghadapi masalah jika vaksinasi dilakukan secara masif. "Cuma antisipasinya ternyata kalau nanti itu berjalan secara masif, maka diperkirakan puskesmas itu akan timbul masalah karena banyak kantor-kantor puskesmas itu kecil, jadi tidak memadai," ujar Masduki dalam konferensi video, Jumat (20/11).

Oleh karena itu, Masduki mengatakan, KH Ma'ruf memiliki gagasan agar vaksinasi dilakukan di tempat-tempat yang lebih luas dan memadai. Ma'ruf menekankan, lokasi vaksinasi harus mendukung penerapan protokol kesehatan.

"Ada gagasan dari Wapres bersama Gubernur Jabar (Ridwan Kamil), bagaimana kalau menggunakan kantor TNI/Polri atau yang lain yang memungkinkan bagaimana vaksinasi itu bisa berjalan lancar, bagus, dan tidak panas, dan tidak ada kerumunan yang berarti karena menimbulkan persoalan," kata Masduki.

photo
Petugas medis memberikan vaksin Covid-19 disaksikan Wali Kota Bogor Bima Arya (kiri) pada simulasi vaksinasi Covid-19 di Puskesamas Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/11). Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengatakan, pemerintah menargetkan imunisasi Covid-19 akan diberikan kepada 67 persen dari 160 juta penduduk berusia 18-59 tahun atau sebanyak 107,2 juta orang. - (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Wapres meninjau pelaksanaan simulasi vaksinasi Covid-19 di Puskemas Cikarang, Bekasi, Kamis (19/11). KH Ma'ruf didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, serta Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja.

Dalam siaran pers Sekretaris Wakil Presiden, Wapres beserta rombongan terbatas selama 20 menit berkeliling meninjau simulasi proses vaksinasi Covid-19 di puskesmas tersebut sembari mendengarkan paparan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Sri Enny. 

KH Ma'ruf memastikan tahapan proses sekaligus prosedur operasi dan vaksinasi dijalankan dengan baik, mulai dari pendaftaran peserta, screening (pemeriksaan) kesehatan dasar peserta, penyuntikan vaksin, hingga observasi setelah vaksinasi. "Simulasi ini merupakan bagian daripada persiapan pelaksanaan daripada vaksinasi secara keseluruhan nanti yang sudah direncanakan oleh pemerintah," ujar KH Ma'ruf.

Wapres menilai perlunya berbagai persiapan agar dalam proses vaksinasi berjalan lancar, termasuk simulasi vaksinasi. Sebab, dalam simulasi dapat ditinjau sejauh mana petugas siap melakukan vaksinasi Covid-19. 

Oleh karena itu, semua petugas sudah dilatih, bahkan cara mengelola limbah-limbah dari vaksin tersebut juga sudah direncanakan. "Itu bagian dari semua persiapan itu, jadi ini persiapan betul-betul cukup matang sehingga ketika nanti terjadi vaksinasi itu tidak ada hambatan apa-apa," katanya. 

Sejauh ini, sejumlah vaksin potensial dilaporkan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Vaksin yang dikembangkan perusahaan AS, Moderna dan Pfizer, disebut telah mencapai efektivitas 90 persen. Sementara itu, perusahaan asal Cina, Sinopharm, menyatakan telah menyuntikkan vaksin kepada sejuta warga tanpa ada efek samping membahayakan. 

Meski begitu, pakar epidemiologi dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, menilai kabar baik tersebut belum berarti pandemi sudah berakhir. Di sisi lain, Indonesia masih punya permasalahan besar dengan pengetesan dan penerapan protokol kesehatan. 

“Keberhasilan setiap program vaksinasi akan dipengaruhi strategi kesehatan masyarakat yang sukses. Maka dari itu, dibutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum vaksin aman dan efektif dapat diproduksi dan didistribusikan secara global,” katanya kepada Republika, Jumat (20/11).

Kemudian, ia melanjutkan, untuk keluar dari situasi pandemi, setiap negara dan wilayah wajib melakukan upaya testing, tracing, treatment, isolasi, dan karantina. Masyarakat juga perlu digerakkan untuk membiasakan cuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, dan membatasi keramaian/kumpulan massa di dalam atau di luar ruangan untuk mengurangi penularan Covid-19 di komunitas sekaligus melandaikan kurva pandemi. 

Saat ini, vaksin yang paling potensial digunakan di Indonesia berasal perusahaan Sinovac yang dalam tahap uji klinis fase III di Bandung, Jawa Barat. "Harapannya, Januari vaksin Sinovac mendapatkan EUA (izin penggunaan darurat—Red) pada pekan ketiga atau keempat Januari 2021 apabila data-data lengkap," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito, Kamis (19/11).

Vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe mengungkapkan, Indonesia disebut telah memiliki infrastruktur cukup lengkap untuk mendukung distribusi vaksin Covid-19. Dirga mengungkapkan, itu karena Indonesia memiliki pengalaman puluhan tahun dalam memproduksi, mendistribusikan, hingga mengimplementasikan vaksin ke dalam tubuh masyarakat luas. 

Ia menuturkan, mayoritas vaksin disimpan pada suhu 2-8 derajat celsius, kecuali vaksin polio yang minus 20 derajat celsius. Sejak diproduksi sampai digunakan di rumah sakit, puskesmas, dan dalam tahap transportasinya, suhu vaksin mesti terjamin. “Dan jangan khawatir, kita sudah berpengalaman. Kita sudah siap," ujar Dirga dalam dialog virtual yang digelar oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Jumat (20/11). 

Sistem cold chain atau rantai dingin dalam proses distribusi produk biologis seperti vaksin sebenarnya sudah berjalan lama di Indonesia. Dirga yakin Indonesia secara prinsip sangat siap mendistribusikan vaksin Covid-19 hingga ke pelosok negeri untuk digunakan seluruh masyarakat. 

"(Sebanyak) 97 persen sistem cold chain ini berjalan dengan baik, jadi enggak perlu khawatir. Jadi, mulai dari pabrik sampai yang menerima di puskesmas, misalnya di Aceh, di Papua, itu semua sudah siap," kata Dirga. 

Selain infrastruktur yang sudah siap, sumber daya manusia (SDM) termasuk petugas distributor dan vaksinator pun sudah Indonesia miliki. Dirga menyebutkan, Indonesia memiliki sejumlah pabrik farmasi besar yang selama ini telah memproduksi vaksin, seperti PT Bio Farma. Produsen vaksin dan pemerintah, ujarnya, sudah memiliki petugas andal yang memahami cara mengantar vaksin dengan aman hingga ke fasilitas kesehatan. 

"Ada petugas di pabrik, nanti ada driver sampai disuntikkan ke tenaga kesehatan, itu semua dijamin dan sudah ada sistem yang berjalan bertahun-tahun di Indonesia," kata Dirga.  

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat