Buku Babad Diponegoro ditampilkan dalam pameran Pamor Sang Pangeran di Museum Nasional, Jakarta, Jumat (6/11). Pameran itu menampilkan pusaka peninggalan Pangeran Diponegoro. | Republika/Thoudy Badai

Nasional

Perbukuan Diminta Dukung Muatan Lokal

Dunia perbukuan diminta mendukung pemuatan budaya lokal tiap daerah.

JAKARTA—Dunia perbukuan diminta mendukung pemuatan budaya lokal tiap daerah. Sebab, salah satu cara melestarikan budaya daerah yang ada di masyarakat adalah memasukkannya dalam dunia perbukuan. Direktur Republika Penerbit Arys Hilman menilai, dunia perbukuan semestinya tidak boleh hanya mengenal pusat yang tunggal. 

"Tidak boleh ada pusat yang tunggal untuk perbukuan. Jadi, mari kita dukung, misalnya, tadi Makassar menjadi pusat perbukuan. Kalau misalkan ada buku yang sangat menarik di Sumatera Barat, mari kita dukung juga," kata Arys, dalam diskusi daring Menggarap Pasar Buku Muatan Lokal dan Pendidikan, Rabu (18/11). 

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) telah menyatakan mendukung masyarakat adat untuk melestarikan budaya mereka. Salah satu ekspresi budaya adalah melalui buku. Terkait hal ini, menurut Arys, penting untuk memasukkan muatan kearifan lokal dalam buku-buku yang diterbitkan. 

Ia menegaskan, jangan sampai buku hanya menggambarkan kondisi di kota-kota besar. Sehingga, masyarakat di daerah bisa merasa terhubung ketika membaca buku karena menggambarkan lingkungannya sendiri. Arys sebagai calon ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) nomor urut 1 ini mengatakan, masalah muatan kearifan lokal ini menjadi perhatiannya. 

photo
Warga membaca buku saat mengunjungi beranda pustaka (bursa buku) dalam Festival Seni Bali Jani (FSBJ) II di Taman Budaya Bali, Denpasar, Bali, Ahad (1/11). Kegiatan tersebut menampilkan 12 penerbit dengan 341 judul buku yaitu kategori fiksi dan non fiksi untuk mempublikasi serta mengapresiasi karya penulis Bali sekaligus menarik minat baca masyarakat. - (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

"Seharusnya kita memberikan penghargaan atas keberagaman, kemacam-macaman dari budaya kita. Ini juga harusnya terjadi pada dunia perbukuan," kata dia. Di saat yang sama, Arys berpendapat perlunya pemerintah menciptakan ekosistem perbukuan yang sehat sehingga masing-masing penerbit bisa bersaing sekaligus melestarikan budaya lokal. 

Sementara itu, Ketua Ikapi DKI Jakarta Hikmat Kurnia mengatakan, negara-negara maju, seperti Cina dan Korea Selatan, tidak pernah melupakan budaya mereka, di samping kemajuan teknologi. Indonesia di tengah arus globalisasi, di samping harus mengikuti kebiasaan dunia, tapi jangan sampai melupakan budaya lokal.

"Mungkin ada banyak cerita di Indonesia yang bisa kita teliti, kemudian kita tuliskan, kemudian menjadi bacaan lokal. Dan beberapa memang harusnya bisa tembus ke tingkat nasional, malah dunia, menurut saya," kata Hikmat. 

Direktur Penerbit Pustaka Refleksi dan Arus Timur Andi Wanua Tangke yang berdomisili di Sulawesi Selatan menggambarkan keadaan perkembangan buku di wilayahnya. Menurutnya, buku dengan muatan lokal harus menjadi idealisme suatu penerbit, di samping menerbitkan buku-buku jenis lain. 

Salah satu langkah yang ia lakukan adalah mencoba membuat proposal kepada pemerintah setempat untuk membuat tulisan mengenai daerahnya. Setelah buku selesai diterbitkan, dibuat perjanjian sekian eksemplar untuk sekolah-sekolah di wilayah tersebut. "Saya punya kesimpulan bahwa idealisme dalam membangun kearifan lokal ini sangat penting," ujar Andi. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat