Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8). | Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO

Tajuk

Dukung Riset Vaksin Merah Putih

Negara ini rasanya sudah memunggungi riset terlalu lama.

Di balik kesusahan yang dibawa oleh virus Covid-19, apakah itu kesehatan, perekonomian, sosial, politik, ada pintu-pintu kesempatan baru yang terbuka. Salah satunya adalah riset vaksin. Pagebluk Covid-19 membuat industri farmasi seolah berlomba-lomba kembali ke laboratorium mereka. Riset, riset, dan riset. Tujuannya adalah menemukan satu vaksin unggulan yang mampu menjinakkan virus yang berawal dari Wuhan, Cina.

Tidak terkecuali dari dalam negeri. Tanpa banyak menarik perhatian, ilmuwan-ilmuwan kita sekarang sibuk memandang mikroskop mereka berjam-jam. Mempelajari pergerakan si virus bulat bermahkota itu dengan sel-sel. Kementerian Riset dan Teknologi mencatat, ada enam institusi yang kini mendalami riset vaksin Covid-19. Keenamnya adalah Lembaga Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Airlangga.

Pemerintah menyebut mereka sebagai riset vaksin Merah Putih. Ini untuk menunjukkan perbedaan yang tegas dengan vaksin yang tengah dikembangkan oleh lembaga riset internasional. Dari keenam institusi ini, ada tiga yang risetnya sudah mencapai tahapan lebih lanjut, yakni Eijkman, Unair, dan UI. 

 
Kita tentu harus mengapresiasi kerja keras para ilmuwan ini. Meski belum menunjukkan hasil riil, langkah mereka adalah vital. 
 
 

Tahapan riset mereka kini masuk ke uji hewan. Setelah melewati tahap ini, mereka bisa lanjut ke tahap uji manusia skala lebih besar. Bila hasil uji klinis itu menggembirakan, tanpa ada kendala berarti yang dialami para sukarelawan, kita makin dekat memiliki vaksin sendiri. Pemerintah menargetkan vaksin Covid-19 lokal ini bisa terlihat tahun depan, kemudian pada 2022 mulai produksinya oleh Bio Farma.

Kita tentu harus mengapresiasi kerja keras para ilmuwan ini. Meski belum menunjukkan hasil riil, langkah mereka adalah vital. Riset vaksin oleh peneliti lokal ini paling tidak menunjukkan dua kepentingan utama. Pertama adalah prestise riset nasional, yang selama ini mungkin dipandang sebelah mata, tenggelam oleh banyak cibiran dan kritikan karena riset rendah aplikasinya di dunia nyata. Kedua, riset vaksin lokal menunjukkan bahwa kita memahami situasi kedaulatan, keamanan, dan pertahanan nasional.

Riset vaksin Merah Putih harus dimanfaatkan oleh para lembaga riset yang terlibat untuk memperlihatkan kepada pemerintah. Memperlihatkan bahwa kedudukan riset di dalam satu negara itu amat penting dan strategis. Karena itu, pemerintah harus menunjukkan keberpihakannya secara politis ataupun secara kebijakan untuk mendukung pertumbuhan riset nasional. Ini yang dibutuhkan para peneliti kita sekarang. Bukan sekadar dukungan morel, melainkan juga dukungan riil. 

Negara ini rasanya sudah memunggungi riset terlalu lama. Memalingkan muka dari riset atas nama kebutuhan perekonomian dan rakyat kecil. Padahal, riset nasional adalah salah satu buah termanis sumber daya manusia kita.

 
Negara ini rasanya sudah memunggungi riset terlalu lama. Memalingkan muka dari riset atas nama kebutuhan perekonomian dan rakyat kecil.
 
 

Indonesia adalah negara berpenduduk 260 juta jiwa. Kurang lebih separuhnya harus divaksin untuk menimbulkan efek imunitas kelompok, yang bisa melawan Covid-19. Mengandalkan seluruh kebutuhan vaksin kita kepada industri farmasi asing membuat posisi negara kita menjadi rentan. Kedaulatan kita bisa jadi pertaruhan. Secara ekonomis, ini juga membuat dampak yang buruk bagi APBN, karena kita harus memborong vaksin besar-besaran dari luar.

Situasi borong-memborong ini sudah terlihat dalam sepekan terakhir. Ketika kabar bahwa kerja sama riset vaksin Pfizer-BioNTech memperlihatkan bahwa uji klinis tahap tiga vaksin mereka manjur 90 persen. Saham Pfizer di bursa saham Eropa dan Amerika Serikat membubung tinggi. Memperlihatkan optimisme berlebihan para pelaku pasar. Negara-negara besar kini antre di depan membeli vaksin Pfizer lebih dulu. Kita bisa bayangkan bila negara ini menyerahkan diri sepenuhnya kepada mekanisme pasar liberal untuk mendapatkan vaksin Covid-19.

Dukungan pemerintah tentu dibutuhkan dalam riset skala besar dan penting ini. Tidak bisa semua lembaga bergerak sendiri-sendiri. Harus ada yang menjadi penggerak utama, pendorong besar. Di sinilah tugas pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Ma'ruf Amin. Dukungan, baik itu infrastruktur maupun pendanaan riset, kita harapkan, tetap mengalir kepada ilmuwan-ilmuwan tersebut. Jangan ada politisasi, penjegalan kebijakan, apalagi turut campur kelompok-kelompok oportunistis ke dalam laboratorium ilmuwan tersebut. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat