Dua mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Jambi Seri yang merupakan warga Suku Anak Dalam mencari sinyal telepon seluler saat mengikuti masa taaruf, Jumat (2/10). | Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO

Opini

Kesejahteraan Umat

Muhammadiyah harus melakukan introspeksi dan reorientasi agar mampu berkiprah lebih banyak terkait peningkatan kesejahteraan umat.

EDY PURWO SAPUTRO, Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Solo

Milad ke-108 tahun Muhammadiyah pada 18 November 2020, tidak lepas dari tantangan yang kompleks.

Maka beralasan jika tema yang diangkat adalah “Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri”. Sebab, gerakan keagamaan mampu menciptakan kecerdasan dan kekuatan akidah umat.

Kiprah Muhammadiyah sebagai salah satu ormas terbesar, selain NU di Indonesia tidak diragukan lagi. Melalui berbagai amal usahanya, misalnya di sektor pendidikan dan kesehatan, Muhammadiyah mampu berperan dalam meningkatkan kesejahteraan umat.

Namun, dari segi ekonomi tidak bisa disangkal, peran Muhammadiyah masih kurang. Paling tidak, prinsip-prinsip ekonomi Islam yang dianjurkan ternyata masih tidak mampu diimplementasikan dalam kehidupan keseharian di masyarakat.

 
Muhammadiyah harus melakukan introspeksi dan reorientasi agar ke depannya, mampu berkiprah lebih banyak lagi, terutama terkait dengan peningkatan kesejahteraan umat. 
 
 

Muhammadiyah harus melakukan introspeksi dan reorientasi agar ke depannya, mampu berkiprah lebih banyak lagi, terutama terkait dengan peningkatan kesejahteraan umat. Pandemi Covid-19 menjadi tes bagi Muhammadiyah.

Salah satu tantangan Muhammadiyah ke depan adalah meningkatkan kesejahteraan umat. Muhammadiyah dituntut komitmennya mendukung kebangkitan ekonomi umat yang tidak lain adalah bagian dari implementasi ekonomi kerakyatan.

Muhammadiyah dengan basis umatnya yang tersebar sangat memungkinkan untuk bisa tumbuh dan berkembang sehingga harapan terhadap pencapaian kesejahteraan sangatlah mungkin.

Bahkan, pada era otonomi daerah dan komitmen pemerintah menumbuhkembangkan industri kreatif, secara tidak langsung memberikan peluang bagi Muhammadiyah memacu umatnya melalui berbagai kegiatan produktif.

Eksistensi gerakan Muhammadiyah dengan sebaran ranting dan cabangnya, memungkinkan memacu industri kreatif di semua daerah. Dengan kekuatan sumber daya yang dimiliki, semua yakin Muhammadiyah mampu mengembangkan diri di bidang ekonomi.

 
Intinya ke depan, jika Muhammadiyah mampu melakukan upaya pembangkitan ekonomi dengan memperbesar perannya.
 
 

Apanya yang kurang? Kemampuan melakukan terobosan di bidang ekonomi sangatlah cukup dan barangkali yang terasa kurang soal kemauan saja. Daripada energi habis untuk ke politik, bidang ekonomi tampaknya tidak kalah menarik untuk diseriusi.

Namun, tokoh Muhammadiyah juga tak haram berpolitik. Berpolitik memberi kesempatan bagi Muhammadiyah membawa perubahan dan mencapai tahapan kesejahteraan, juga meneguhkan gerakan keagamaan secara nasional.

Adanya nilai kepentingan terhadap kiprah Muhammadiyah bagi kesejahteraan umat  dan masyarakat, maka beralasan jika amal usaha Muhammadiyah menjadi bagian terpenting untuk mendukung itu semua.

Dibandingkan pendidikan dan keagamaan, diakui bahwa bidang ekonomi selama ini belum begitu banyak diperhatikan Muhammadiyah. Keterlibatan praktisi bisnis di PP Muhammadiyah masih minim daripada mereka yang berlatar belakang intelektual-akademisi.

Intinya ke depan, jika Muhammadiyah mampu melakukan upaya pembangkitan ekonomi dengan memperbesar perannya, kesejahteraan umat dan rakyat bisa terangkat dan harapan terhadap hal ini bukanlah mustahil.

Realitas ini merupakan tantangan meskipun sekaligus menjadi tema milad “Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri” untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran.

Potensi

Kekuatan besar berupa umat dan aset yang dimiliki Muhammadiyah merupakan potensi luar biasa dan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk mampu membangkitkan kesejahteraan umat dan rakyat.

 
Dari sini, pemerintah tidak bisa lagi mengelak dari tanggung jawab untuk dapat menciptakan lapangan kerja dan mereduksi kemiskinan. 
 
 

Artinya, jika masuk kepada usaha membangkitkan ekonomi sudah sampai pada kesadaran individu dan organisasi, Muhammadiyah ini pasti akan menjadi lebih besar dan kokoh dari keadaan sekarang.

Apalagi, jika dikaitkan dengan amal usaha yang terbesar dan tersebar di Indonesia, tidak ada alasan untuk tidak bertindak. Jadi, pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi Muhammadiyah untuk berkiprah nyata demi peningkatan kesejahteraan umat dan masyarakat.

Dalam UUD 1945, Pasal 34 mewajibkan pemerintah melindungi dan mengayomi kaum fakir miskin dan anak telantar. Bahkan, di Pasal 33 ditegaskan tekad menguasai aset vital yang menguasai hajat hidup orang banyak.

Dari sini, pemerintah tidak bisa lagi mengelak dari tanggung jawab untuk dapat menciptakan lapangan kerja dan mereduksi kemiskinan. Meskipun demikian diakui, pemerintah telah menetapkan berbagai program pembangunan.

Jika itu semua didukung ormas Islam, termasuk Muhammadiyah, pencapaiannya tentu akan bisa lebih cepat. Jadi, kini saatnya bagi Muhammadiyah untuk berkiprah.

“Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri” adalah tema kecil yang menjadi tantangan Muhammadiyah khususnya dan pemerintah pada umumnya untuk secepatnya bangkit dari pandemi Covid-19 dan resesi. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat