Presiden Amerika Serikat Donald Trump sedang berjalan menuju Gedung Putih. | REUTERS/Carlos Barria

Internasional

Belum Ada Tuduhan Trump yang Terbukti di Pengadilan

Perusahaan Dominion Voting Systems dan Pennsylvania membantah klaim-klaim Trump.

WASHINGTON -- Pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat pada 3 November lalu diklaim sebagai pilpres teraman dalam sejarah AS. Pernyataan ini diunggah di laman resmi Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA), yaitu salah satu badan yang menangani keamanan siber AS.

“Pemilihan 3 November menjadi yang paling aman sepanjang sejarah Amerika. Tidak ada bukti adanya sistem suara yang menghapus atau menghilangkan suara, mengganti suara, atau dengan cara apa pun,” kata badan tersebut, Kamis (12/11).

“Sementara itu, kami tahu ada banyak klaim tak mendasar atau kesempatan untuk menyebar informasi palsu mengenai proses pemilu kami. Kami dapat pastikan pada Anda. Kami yakin dengan integritas dan keamanan pemilu kami, dan Anda juga harus yakin,” katanya menambahkan.

Pernyataan ini dirilis beberapa jam setelah Presiden Donald Trump mencicit ulang klaim yang menyatakan alat pemilu “menghapus” 2,7 juta suaranya di seluruh nasional. Penghapusan ini diklaim mengubah ratusan ribu suara yang memilihnya di Pennsylvania dan negara bagian lain menjadi suara untuk presiden terpilih, Joe Biden. Hal ini menjadi salah satu dari serangkaian tuduhan tanpa bukti Trump dan Partai Republik untuk menyebar informasi palsu mengenai kemenangan Joe Biden.

Perusahaan Dominion Voting Systems dan Pennsylvania juga membantah klaim-klaim Trump. Pernyataan dari lembaga-lembaga keamanan pemilu ini juga muncul setelah ada laporan yang mengatakan Trump dapat memecat Kepala CISA Chris Krebs. Pasalnya, Krebs menyangkal semua tuduhan tanpa dasar Trump.

Konspirasi teori mengenai pemilu dikorupsi telah membanjiri internet. Tim kampanye Trump juga telah mengajukan sejumlah gugatan dengan tuduhan terdapat campur tangan pada kertas suara ke berbagai negara bagian. Namun, sejauh ini tidak ada tuduhan yang berhasil dibuktikan di pengadilan.

photo
Donald Trump - (REUTERS/Carlos Barria)

Diduga Islamofobia

Dalam perkembangan lain, Trump menunjuk Anthony Tata sebagai kepala kebijakan Kementerian Pertahanan. Tata dikenal sebagai komentator stasiun televisi Fox News. Ia kerap melontarkan pernyataan bias yang mendiskreditkan Islam.

Tata dikenal setelah melontarkan ujaran bahwa ia yakin mantan presiden AS Barack Obama beragama Islam. Ia menuduh Obama pernah menjadi “pemimpin teroris”.

Kantor berita Associated Press melaporkan, pada 2018 lalu Tata mencicit di Twitter bahwa Islam “agama yang paling opresif yang saya tahu”. Cicitannya tersebut kemudian dihapus.

Penunjukan ini merupakan kedua kalinya Trump mencoba memasang Tata di jabatan kepala kebijakan Pentagon. Pada awal tahun ini Trump menunjuk Tata untuk posisi tersebut. Namun, dalam sidang dengar pendapat, Senat membatalkan pencalonannya karena tidak mungkin bagi lembaga legislatif yang dikuasai Partai Republik itu mengonfirmasi penunjukan Tata.

Tata menarik diri dari posisi tertinggi ketiga di Departemen Pertahanan AS. Trump kemudian menempatkan Tata untuk menjabat sebagai wakil menteri.

Ada kekhawatiran Trump mencoba untuk menggunakan militer sebagai pion politik. Hal ini terutama setelah ia kalah pemilu, menolak hasilnya, dan menempatkan orang-orang yang paling setia padanya untuk duduk di jabatan penting Pentagon.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat