manusia perak mengamen di jalanan. | Republika/Thoudy Badai

Jakarta

Manusia Perak, Covid-19, dan Kesulitan Ekonomi

 

Fenomena manusia perak yang marak ditemukan di Jakarta Pusat (Jakpus) disebut sebagai imbas dari pandemi Covid-19. Manusia silver adalah sekelompok orang yang melumuri badannya dengan cat warna perak dan beraksi di jalanan untuk mengumpulkan uang.

Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat (Sudinsos Jakpus), Ngapuli Peranginangin, mengatakan, saat ini, makin banyak orang kesulitan mendapatkan penghasilan. Hal itu juga melahirkan manusia silver, yang kerap ditemukan di jalanan. "Kalau dulu bisa kita lihat, tidak ada yang seperti itu. Artinya, ini situasi pandemi yang memengaruhi ekonomi di masyarakat," kata Ngapuli saat ditemui di kantor Wali Kota Jakpus, Rabu (11/11).

Ngapuli mengatakan, jajarannya kerap menemukan dan menjaring manusia silver yang ternyata merupakan kalangan remaja, yang masih memiliki orang tua. Karena alamat tempat tinggal mereka jelas, pihaknya meminta orang tuanya untuk menjemput anaknya yang mencari uang dengan menjadi manusia silver.

"Kami selalu menjangkau mereka. Kami sudah beri mereka (orang tua) pemahaman agar menjaga anaknya agar tidak lagi melakukan itu karena tidak baik juga," kata Ngapuli.

Menurut dia, manusia perak yang beroperasi di Jakpus dideteksi sering muncul pada hari kerja di tiga kecamatan, yaitu Gambir, Tanah Abang, dan Menteng. Di tiga lokasi itu memang menjadi pusat pekerja kantoran aktivitas berdagang. Ngapuli mengatakan, Satpol PP Jakpus rutin menggelar patroli keliling untuk menjaring penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), seperti manusia perak dan pengemis.

Sayangnya, mereka kerap lari dan bersembunyi ketika petugas datang, sehingga lolos dari penjaringan PMKS. "Tim kami selalu keliling. Tapi, kucing-kucingan. Tim bergerak ke lokasi mereka (PMKS), mereka pun kabur. Ya gitu terus," ujar Ngapuli.

Pihaknya pun mengimbau masyarakat agar tidak lagi bersedekah atau memberi donasi kepada manusia silver yang meminta-minta. Jika masyarakat ingin bersedekah, Ngapuli menyarankan agar donasi diberikan lewat badan amal supaya tepat sasaran. "Ya salurkan lewat lembaga-lembaga sosial yang dipercaya sehingga di situ akan lebih manusiawi dan lebih baik," ujar Ngapuli.

photo
Seorang pengemis manusia silver terjaring penertiban petugas gabungan saat makan di Medan, Sumatera Utara, Kamis (11/6/2020). Petugas gabungan Dinas Sosial Pemkot Medan, Satpol PP dan Polrestabes Medan menggelar razia Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) akibat meningkatnya jumlah gelandangan dan pengemis musiman yang bermunculan di jalanan di tengah pandemi COVID-19 - (SEPTIANDA PERDANA/ANTARA FOTO)

Korban eksploitasi

Tiga anak diduga menjadi korban eksploitasi jalanan, saat ditemukan menangis di bawah kolong Jembatan Pasar Pagi, Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat (Jakbar), Senin (9/11) pagi WIB.

“Ketiga anak kecil tersebut mengaku disuruh ngelem (menghirup lem), merokok, dan minum-minuman keras, mengemis dan mencuri oleh anak remaja,” ujar Koordinator Petugas Pelayanan Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Sudinsos Jakbar, Amirullah, Rabu.

Dia menjelaskan, petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Roa Malaka menemukan ketiga anak itu saat sedang bersih-bersih kawasan tersebut. Kemudian, petugas PPSU mengamankan mereka dan dibawa petugas Sudinsos Jakbar ke Gedung Olahraga (GOR) Cengkareng untuk menjalani perawatan.

Menurut Amirullah, ketiga anak kecil tersebut dua di antaranya berjenis kelamin laki-laki. Dari hasil keterangan sementara, kata dia, ketiga bocah tersebut mengaku memiliki orang tua yang tinggal di kawasan Kemayoran, Jakpus. “Emang si anak ini belum tahu alamat lengkapnya, cuma dia tahu arah jalannya. Makanya kita mau antar ke rumahnya,” kata Amirullah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat