Situasi umrah di masa pandemi | AP/HOGP/Saudi Ministry of Hajj and Umrah

Khazanah

Minat Umrah tak Setinggi Saat Normal

Tak sedikit jamaah yang menunda rencana perjalanan umrah mereka.

JAKARTA – Menunaikan ibadah umrah di tengah pandemi Covid-19 saat ini bukanlah hal mudah. Selain biayanya lebih mahal dari sebelumnya, jamaah juga wajib memenuhi beragam aturan. Karena itulah, antusiasme umat Islam di Tanah Air untuk menunaikan ibadah umrah pada masa pandemi dinilai tak setinggi sebelumnya, ketika situasi masih normal.

"Minat masih ada namun tidak seantusias saat normal," kata Ketua Umum Syarikat Penyelenggara Umrah dan Haji (Sapuhi) Syam Resfiadi kepada Republika, Senin (9/11).

Menurut dia, tak sedikit jamaah yang memutuskan untuk menunda rencana umrah mereka. "Mereka masih merasa nggak nyaman dengan persyaratannya," kata Syam. 

Ia menyebutkan, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi untuk menunaikan umrah di masa pandemi ini. Di antaranya, memiliki paspor dengan masa berlaku sekurangnya enam bulan dari tanggal kedatangan di Arab Saudi. Jamaah berusia 18-50 tahun.

Jamaah juga diwajibkan sudah melakukan tes PCR selambatnya 72 jam sebelum tiba di Saudi, bukan 72 jam sebelum keberangkatan, dengan disertai bukti yang sah. Mereka juga wajib mematuhi protokol kesehatan seperti mengenakan masker, menjaga jarak, dan tidak saling bersentuhan.

Syarat lainnya, lanjut Syam, jamaah tidak pernah mengunjungi atau transit di negara-negara tertentu, seperti India, Brasil, dan Argentina dalam 14 hari terakhir sebelum kedatangan di Saudi. Diwajibkan pula memiliki asuransi perjalanan lengkap, termasuk perlindungan asuransi dari risiko terpapar Covid-19.

Sementara, Sekretaris Jendral Himpunan Penyelanggara Umrah dan Haji (Himpuh) Firman Taufik menilai, masyarakat Muslim di Indonesia masih cukup antusias untuk menunaikan ibadah umrah di tengah pandemi, meski ada begitu banyak peraturan dan harga yang lebih tinggi. 

Namun, ia mengamati, tingginya minat itu disebabkan sebagian jamaah belum teredukasi dengan baik perihal Covid-19.

"Bisa jadi karena belum teredukasi dengan baik mengenai risiko tinggi berumrah di masa pandemi ini,’’ katanya.

Sebaliknya, lanjut Firman, masyarakat yang sudah teredukasi dengan baik mengenai Covid-19, biasanya akan berpikir ulang atau menunda keberangkatannya ke Tanah Suci. 

Mengenai biaya umrah di masa pandemi, baik Syam dan Firman, sama-sama mengatakan bahwa harga referensi umrah di masa pandemi Covid-19 berada di kisaran Rp 26 juta. 

"Standar biaya umrah di masa pandemi akan ditentukan Kemenag (Kementerian Agama) dalam waktu dekat, bocorannya hasil pembicaraan dengan lima asosiasi, di angka minimal Rp 26 juta," ungkap Firman.

Sebelumnya, saat ditanyakan soal harga referensi umrah, Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kemenag Arfi Hatim mengatakan, hal itu masih dalam pembahasan. 

"Untuk harga referensi masih dalam pembahasan," kata Arfi, Selasa (3/11).

Sementara itu, Wakil Menteri Agama KH Zainut Tauhid Sa'adi sempat mengisyaratkan bahwa biaya umrah di masa pandemi Covid-19 akan lebih mahal dibandingkan sebelumnya. 

Ia menjelaskan, pandemi Covid-19 telah berdampak pada semua sektor penyelenggaraan ibadah umrah, baik transportasi maupun akomodasi. Karena itu, biaya umrah pasti lebih mahal dari sebelumnya.

"Logikanya begini, kalau menerapkan physical distancing itu pasti harga, baik transportasi, akomodasi di sana pasti mahal. Itu pasti menjadi pertimbangan," ucap Wamenag kepada Republika, belum lama ini. 

Kemenag, menurut dia, tidak memiliki kewenangan terhadap besaran biaya umrah yang ditetapkan biro perjalanan umrah. Namun, menurut dia, Kemenag perlu menetapkan biaya referensi atau biaya standar penyelenggaraan umrah. Pada masa sebelum pandemi, biaya referensi umrah yang ditetapkan Kemenag sebesar Rp 20 juta.

Perketat pengawasan

Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily  menduga adanya tiga jamaah umroh yang positif tersebut lantaran disinyalir  menggunakan tes PCR yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. 

"Untuk itu, PPIU (Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umroh) atau travel agar lebih ketat dalam menerima hasil tes swab PCR para jamaah umroh itu," kata Ace.

Dirinya menyarankan agar sebaiknya para calon jamaah umroh Indonesia melakukan uji swab di Rumah Sakit (RS) atau laboratorium yang memang sudah memiliki kreadibilitas dan terpercaya. Selain itu, ia juga berharap para jamaah dapat berkoordinasi dengan PPIU atau travel terkait lokasi PCR yang disarankan.

"RS, klinik atau laboratorium ini harus terdaftar berdasarkan atas assesment dari Kementerian Kesehatan RI. Dengan demikian, hasil swab Covid-19 betul-betul terpercaya. Hal ini dilakukan agar para calon jamaah ini betul-betul negatif Covid-19," ujarnya.

Politikus Partai Golkar itu akan mengusulkan untuk membahas penyelenggaraan ibadah umroh di era pandemi ini dalam Rapat Komisi VIII di masa sidang ini. "Kementerian Agama sendiri telah mengeluarkan KMA (Keputusan Menteri Agama) dan kami akan membahas bagaimana pelaksanaannya saat ini," ucapnya.

Sebelumnya Komisi Haji KJRI Jeddah, Endang Jumali membenarkan kabar jamaah umroh Indonesia yang dinyatakan positif covid-19. Menurut Endang, ada tiga orang jemaah yang memiliki hasil tes positif setelah dilakukan swab ulang di Arab Saudi

"Iya memang betul ada terdeteksi tiga jamaah, kemungkinan pada saat di Indonesia symptoms belum muncul," kata Endang saat dikonfirmasi dalam pesan tertulis, Kamis (5/11).

Terhadap tiga jamaah Indonesia yang positif ini, telah dilakukan isolasi terpisah dari jamaah lainnya sebagaimana ketentuan edaran Kemenhaj Arab Saudi. Mereka akan diizinkan melakukan umrah apabila hasil swab selanjutnya menunjukkan negatif virus corona.

"Yang bersangkutan akan dilakukan test ulang setelah tiga hari mendatang kemudian melakukan umroh jika sudah negatif," ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat