Pengunjuk rasa menuntut seluruh suara dihitung pada Pilpres AS 2020 dalam aksi di Portland, Oregon, Rabu (4/11) waktu setempat. | EPA-EFE/CHRISTIAN MONTERROSA

Kabar Utama

Pilpres AS Dirundung Ketakpastian

Apapun hasil Pilpres AS, Indonesia disebut bakal terdampak secara ekonomi.

WASHINGTON -- Kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat kian dekat dengan kemenangan pada Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2020. Meski begitu, tertundanya perhitungan suara, gugatan hukum dari pesaing, dan aksi unjuk rasa yang berkobar di berbagai kota di AS menimbulkan ketakpastian atas pemilihan bersejarah tahun ini.

Hingga Kamis (5/11) waktu Indonesia, Joe Biden unggul dengan 264 suara elektoral, sementara pejawat dari Partai Republik Donald Trump hanya 214 suara. Artinya, Biden hanya membutuhkan kemenangan di daerah dengan lebih dari enam suara elektoral untuk mencapai angka 270 dan terpilih sebagai presiden AS.

"Saya tidak berada di sini untuk mendeklarasikan kemenangan, tapi saya di sini untuk melaporkan ketika penghitungan suara selesai. Kami yakin kami adalah pemenangnya," kata Biden dalam konferensi pers, kemarin.

Keunggulan Biden secara mengejutkan diraih dari kemenangan Biden dengan margin tipis di Wisconsin (10 elektoral) dan Michigan (16). Kantor berita Associated Press juga menyatakan, Biden menang di Arizona sehingga ia mendapat tambahan 11 suara elektoral.

Sejauh ini, Trump masih unggul di sejumlah wilayah kunci, seperti Georgia (16), North Carolina (15), dan Pennsylvania (20). Meski begitu, seiring penghitungan surat suara postal dihitung, keunggulan tersebut kian menipis.

Dengan kondisi tersebut, suara paling menentukan saat ini adalah di negara bagian Nevada (6). Sejauh ini, dengan 85 persen suara terhitung, Joe Biden unggul dengan margin 8.000 pemilih saja.

Menambah ketegangan, komisi pemilihan umum di Nevada memutuskan bakal menangguhkan penghitungan suara. Tidak akan ada pembaruan hasil penghitungan hingga Kamis (5/11) pukul 09.00 waktu setempat atau Jumat (6/11) dini hari WIB.

Secara nasional Biden telah meraih 72.075.757 suara (50,4 persen), sedangkan Trump 68.600.187 (48 persen). Suara populer yang dikumpulkan Biden telah memecahkan rekor terbanyak dibandingkan capres mana pun dalam sejarah AS.

Dengan peluang kemenangan yang kian tipis, tim kampanye Donald Trump mengajukan tuntutan hukum yang bertujuan menuntut akses bagi pengamat kampanye di Pennsylvania, Michigan, dan Georgia yang merupakan negara bagian kunci. Ini adalah gugatan terbaru yang sebelumnya juga diajukan oleh tim hukum dari Partai Republik di Pennsylvania dan Nevada.

Tuntutan meliputi masalah surat suara yang dikirimkan melalui pos. Jutaan warga AS menyalurkan surat suara melalui pos tahun ini sehubungan merebaknya pandemi Covid-19 di negara tersebut.

Setidaknya 103 juta orang memberikan suara lebih awal, baik melalui surat maupun secara langsung. Jumlah itu setara 74 persen dari total suara yang diberikan dalam pemilihan presiden 2016.

Sementara itu, hasil perhitungan suara yang disalurkan melalui pos tersebut selalu condong ke Biden. Hal ini tak lepas dari sentimen di kubu Trump yang cenderung meremehkan pandemi dengan memaksa datang ke TPS.

Tim kampanye Trump juga mengumumkan bahwa mereka akan meminta penghitungan ulang di Wisconsin. Mereka menilai ada proses penghitungan yang mencurigakan di beberapa wilayah negara bagian tersebut.

Dalam langkah yang tak pernah dilakukan presiden AS terdahulu, Trump menuding proses politik AS tak lagi bisa diandalkan. "Pengacara kami sudah meminta akses, tapi apa gunanya? Kerusakan telah terjadi pada integritas sistem kita dan pada pemilihan presiden itu sendiri. Ini harus kita bicarakan!"cicitnya melalui Twitter, kemarin.

photo
Petugas kepolisian berjaga-jaga dalam aksi protes pada hari pemilihan, Selasa (4/11) di Los Angeles, Kalifornia. - (AP/Ringo H.W. Chiu/FR170512 AP)

Seturut gugatan hukum yang meminta perhitungan dihentikan itu, aksi-aksi unjuk rasa meletus di berbagai lokasi di AS. Kelompok demonstran pro Trump berkumpul sejak Rabu malam hingga Kamis pagi di depan Departemen Pemilihan Maricopa County.

Mereka memaksa masuk dan berniat untuk ikut menghitung hasil surat suara penentu Pilpres AS di Arizona. Mengutip Forbes, para pendukung Trump itu, selain membawa bendera Trump dan aksesori lain, beberapa di antaranya juga diketahui membawa senjata api.

Di luar gedung, di mana mereka tertahan, teriakan slogan-slogan Trump dan protes untuk dibiarkan masuk gedung terus berjalan. Dalam prosesnya, para wartawan dikeluarkan dari gedung untuk alasan keamanan sejak Kamis pagi.

Pada saat yang sama, petugas pemilu dilaporkan masih terus menghitung surat suara dengan dilindungi polisi setempat yang dipersenjatai dengan perlengkapan antihuru-hara, meskipun protes tersebut tidak berubah menjadi kekerasan.

Pendukung Trump juga berunjuk rasa di Detroit. Tidak seperti di Arizona, para demonstran di Detroit malah meneriakkan aspirasi untuk menghentikan penghitungan. Hal itu terjadi ketika keunggulan surat suara untuk Trump berpindah pada Biden.

photo
Suporter Joe Biden dan pendukung Donald Trump saling debat di situs perhitungan suara di Detroit, Rabu (4/11) waktu setempat. - (AP/David Goldman)

Di lain pihak, ribuan warga New York pendukung Biden turun ke jalan pada Rabu malam. Mereka menuntut agar setiap surat suara dihitung. Mereka melawan seruan pendukung Trump yang menginginkan proses penghitungan dihentikan.

"Kita perlu menghitung setiap suara dalam pemilihan ini. Donald Trump telah mengeklaim pemilu sebelum setiap suara dihitung dan kami mengirimkan pesan bahwa itu tidak dapat diterima," kata Sarah Boyagian, anggota Protect The Results Coalition.

Departemen Kepolisian New York (NYPD) mengatakan, mereka menangkap 50 orang dalam unjuk rasa yang menyebar di seluruh kota. Di Portland, kepolisian melakukan penangkapan dan menyita petasan, palu, dan senjata api dalam unjuk rasa. Gubernur Oregon Kate Brown mengaktifkan Garda Nasional untuk merespons kekerasan tersebut.

Kepolisian Portland mengatakan, mereka menangkap 10 demonstran yang memicu kerusuhan di pusat kota. Aksi di Portland telah mulai dilakukan seturut pembunuhan George Floyd, seorang Afrika-Amerika pada Mei lalu. Kebanyakan aksi unjuk rasa tersebut cenderung anti-Trump.

Kekacauan Pilpres AS ini tak luput dari perhatian negara-negara dunia, terutama yang selama ini menjadi pesaing AS di kancah global. "Siapa pun yang memenangkan Pilpres 2020, masyarakat Amerika tak akan mampu kembali ke keadaan semula, mereka telah tercabik-cabik kontestasi dan pemerintahan Trump," tulis koran Partai Komunis Cina, Beijing News.

"Amerika Serikat saat ini babak belur dan terpecah belah," tulis media Rusia, RT.

Dampak

Apapun hasil Pilpres AS 2020, Indonesia disebut bakal terdampak secara ekonomi. Namun, dari segi perpolitikan, Indonesia bisa belajar dari sengkarut pemilihan umum tersebut.

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai, kemenangan Joe Biden bisa meredakan eskalasi perang dagang antara AS dan Cina. “Biden akan memilih cara-cara yang lebih kompromis dalam menghadapi Cina karena ia lebih berpengalaman menjalin hubungan multilateral yang produktif pada era Obama,” kata pengamat ekonomi Indef, Bhima Yudhistira, Kamis (5/11).

Menurutnya situasi ini juga menguntungkan bagi Indonesia. Setidaknya pemulihan ekspor Indonesia lebih baik ke AS maupun sebagai pemasok bahan baku ke Cina. “Selama ini kebijakan proteksionisme oleh Donald Trump yang merupakan kandidat dari Partai Republik sudah banyak merugikan kepentingan Indonesia termasuk dalam hal ekspor,” jelasnya.

Hal tersebut terbukti, kata Bhima, kinerja ekspor sebelum pandemi sudah lesu karena rendahnya permintaan bahan baku ke Cina dan ekspor langsung ke Amerika Serikat.

photo
Warga Afghanistan membaca koran lokal yang memberitakan perkembangan pilpres di Amerika - (AP/Rahmat Gul)

Kemudian, Bhima menilai, stimulus ekonomi Partai Demokrat akan lebih besar mendorong pemulihan daya beli kelas menengah di AS yang merupakan pasar besar produk garmen dan alas kaki dari Indonesia. “Berbeda dengan Trump yang pro terhadap keringanan pajak bagi kelas atas atau elite,” ucapnya.

Biden juga mendorong upah minimum Federal naik menjadi 15 dolar AS per jam dan akan berimbas pada permintaan barang dari Indonesia yang semakin besar jika daya beli di AS juga meningkat. “Gelontoran stimulus di AS yang lebih besar akan mampu mempercepat pemulihan ekonomi global. Biden juga menaruh perhatian terhadap penanganan Covid-19 yang lebih serius dengan pendekatan sains,” ucapnya.

Dari sisi sektor keuangan, Bhima juga memprediksi jika Biden terpilih berdampak positif bagi kepentingan ekonomi Indonesia. Hal ini terlihat dari mulai masuknya dana asing ke bursa saham.

“IHSG sudah naik 5 persen dalam sebulan terakhir, sehingga berada level 5.207. Sesi pembukaan hari ini asing mencatat beli bersih atau nett buy Rp 136,5 miliar merespons positif hasil pemilu, Biden unggul dibanding Trump,” katanya. Tak hanya itu, Biden turut memberikan angin segar ke arus modal asing jika terpilih.

Sedangkan, anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, menilai Pilpres AS memperlihatkan gerakan politik warga yang sangat baik. Menurut dia, Indonesia dapat belajar dari pelaksanaan Pilpres AS, mengingat ada Pilkada Serentak di 270 daerah di Tanah Air.

"Bahwa pemilu adalah sarana terbaik untuk mengevaluasi kinerja kepemimpinan politik yang ada," ujar Titi kepada Republika, Kamis (5/11).

Ia menekankan pentingnya menjadi pemilih yang menyaring informasi dengan baik. Dengan demikian, banyaknya berita dan informasi yang bertebaran tidak membuat pemilih mudah terprovokasi atau terperdaya hasutan.

Menurut Titi, masyarakat perlu menyadari, polarisasi yang membelah karena muatan politik identitas sangat berbahaya bagi demokrasi. Dampaknya akan terus dirasakan meski pemilunya sudah selesai.

Oleh karena itu, Titi mendorong para aktor politik yang berkompetisi dapat menjadi contoh yang baik bagi warganya. Caranya dengan menghadirkan proses pemilihan yang benar-benar mendidik dan demokratis, sehingga pemilu bisa menjadi sarana integrasi warga.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat