Warga AS bersiap menyalurkan pilihan di TPS di Marlboro, Maryland, Senin (2/11) waktu setempat. | EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS

Tajuk

Memaknai Pilpres AS

Kesuksesan Pilpres AS berdampak besar bagi peta geopolitik ataupun geoekonomi global.

Hasil penghitungan suara Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) menentukan bagaimana kebijakan Pemerintah AS ke depan. Presiden AS terpilih ini yang selanjutnya membawa wajah negara adikuasa itu seperti apa.

Tidak hanya warga AS yang cemas menunggu, tetapi juga warga negara lain menanti kabar itu. Sebab, Joe Biden dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik memiliki kebijakan berbeda, yang bisa membawa AS pada dua kiblat yang bisa jadi tidak sama.

Kesuksesan Pilpres AS tentu membawa dampak besar bagi peta geopolitik ataupun geoekonomi global.

Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia --meski ada laporan yang menyebutkan bahwa Cina sejatinya telah menyalip ekonomi Amerika-- kebijakan rezim yang berkuasa menentukan ke mana arah Pemerintahan AS.

 
Dalam isu Palestina-Israel, kedua capres berbeda keberpihakan. Trump telah banyak membuat kebijakan pro-Israel.
 
 

Sejumlah kebijakan dua kubu--Partai Republik dan Partai Demokrat-- dalam beberapa isu tertentu memang diametral. Donald Trump dari Partai Republik cenderung ‘isolasionistis’, Joe Biden yang diusung Partai Demokrat lebih condong pada ‘internasionalis’.

Dalam isu Palestina-Israel, kedua capres berbeda keberpihakan. Trump telah banyak membuat kebijakan pro-Israel. Lihat saja, Trump menyetujui pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Kebijakan yang memicu protes Muslim dunia.

Demikian pula, soal normalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab. Trump mengarahkan agar lebih banyak lagi negara Muslim membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Kasus Sudan, memperlihatkan peran AS mengutamakan negara Yahudi itu.

Lain halnya Biden. Bukan tidak mungkin, Biden menjadikan isu Palestina sebagai prioritas utama politik luar negerinya. Pilihannya pun bisa menjauhkan diri dari kebijakan presiden sebelumnya.

Kecil kemungkinan Biden dan partainya meneruskan kebijakan Trump mengenai pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem. Atau bisa jadi, sikap jalan tengah Biden dan Demokrat adalah Kedubes AS tetap di Yerusalem, tetapi dubesnya berkedudukan di Tel Aviv.

Banyak analis berpendapat, Biden bakal membuka kembali Kedubes Palestina di Washington, yang ditutup Trump pada 2018. Bantuan untuk Palestina melalui lembaga UNRWA yang semasa Trump dihentikan, bukan tidak mungkin akan dibuka Biden.

 
Perang dagang AS-Cina meruncing dengan kebijakan Trump, yang menerapkan tarif mahal untuk produk impor Cina. 
 
 

Termasuk soal permukiman ilegal Yahudi di sejumlah wilayah pendudukan. Trump sejauh ini menyetujui penambahan permukiman Yahudi. Biden bisa jadi bertolak belakang, kendati tetap tidak ada jaminan Partai Demokrat mendukung penuh.

Tak heran bila banyak pengamat yang menyebutkan, Israel ketar-ketir bilamana Trump tak kembali ke Gedung Putih. Dalam isu Cina, Trump jelas sekali sikapnya. Pada masa Trump, ketegangan baru AS-Cina terbentuk.

Perang dagang AS-Cina meruncing dengan kebijakan Trump, yang menerapkan tarif mahal untuk produk impor Cina. Kebijakan Trump dalam relasi AS-Cina condong pada mengutamakan dalam negerinya sendiri. Trump lebih membiarkan negara lain mengurus diri sendiri.

Berbeda dengan Biden, yang bakal mengajak negara lain menyikapi perseteruan dagang AS-Cina ini.

Makna Pilpres Amerika ini bagi Indonesia, tentu mengharapkan yang terbaik untuk kepentingan nasional. Biden atau Trump yang memimpin di Gedung Putih tidak ada masalah asalkan kebijakan mereka memberikan penekanan positif untuk Indonesia.

Siapa pun yang jadi presiden AS, ekspor dari Indonesia tidak diganjal dengan aturan tarif yang tinggi dan memberatkan. Demikian pula, dengan kuatnya dukungan bagi investasi AS di Tanah Air. Kita juga berharap pengaruh AS di kawasan membawa stabilitas keamanan.

Presiden AS terpilih ini membuat kebijakan yang kondusif bagi aktivitas perekonomian domestik regional Asia. Bilamana keamanan di kawasan stabil, roda perdagangan antarnegara akan bertumbuh yang membawa pada kesejahteraan rakyat.

Sebaliknya, bila presiden AS terpilih ini menyukai kontroversi dalam kebijakannya, bukan stabilitas kawasan yang tercipta, melainkan kerentanan wilayah. Jelas ini bukan harapan kita semua.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat