Belanja daring | Pixabay

Inovasi

Pandemi dan Lahirnya Social Commerce

Pandemi justru mengakselerasi industri e-commerce di Indonesia.

Pandemi yang terjadi, membawa dinamika baru dalam dunia retail. Perusahaan e-commerce enabler Sirclo, baru-baru ini merilis laporan tentang tren perkembangan e-commerce Indonesia di masa pandemi Covid-19. 

Laporan yang berjudul “Navigating Indonesia’s E-Commerce: COVID-19 Impact and The Rise of Social Commerce” ini dikembangkan melalui survey kepada 2.987 responden pada Juni 2020. Dua hal utama dari penemuan Sirclo adalah tingginya akselerasi adopsi e-commerce selama pandemi Covid-19 dan tumbuhnya tren social commerce, yaitu transaksi jual-beli daring, melalui aplikasi percakapan dan media sosial. 

CEO dan Founder Sirclo, Brian Marshal menjelaskan, adanya pandemi justru mengakselerasi industri e-commerce di Indonesia. Pandemi bahkan memunculkan prediksi pertumbuhan e-commerce mencapai sebesar 91 persen. 

Angka ini jauh melampaui proyeksi sebelumnya yang hanya sebesar 54 persen. “Hal ini bisa terjadi karena infrastruktur ekonomi digital Indonesia telah siap untuk melaju ke tahap berikutnya, terutama dengan tingginya penetrasi smartphone dan penggunaan internet di masyarakat,” ujarnya. 

Industri e-commerce, Brian melanjutkan, akan terus mengalami peningkatan pesat dan menjadi penggerak utama ekonomi digital Indonesia. 

Dirangkum dalam laporan tren perkembangan e-commerce Sirclo, 90 persen populasi Indonesia akan menggunakan smartphone pada 2025. Sejalan dengan hal tersebut, total pengguna smartphone yang mengadopsi internet pun akan meningkat hingga 77 persen. 

Dua hal ini turut mendorong industri ekonomi digital untuk meningkat tiga kali lipat dalam rentang tahun 2019-2025. Pada 2019, industri belanja daring menyumbang lebih dari setengah total transaksi ekonomi digital di Indonesia, yakni sebesar 21 milyar dolar Amerika Serikat (AS). 

Google pun telah merilis laporan resmi bahwa industri e-commerce Indonesia. Google memperkirakan, Indonesia  akan menjadi salah satu pasar dengan pertumbuhan tertinggi di dunia, hingga 36.1 persen per tahunnya. 

Andalkan Media Sosial

photo
M-Commerce atau belanja melalui perangkat mobile - (Freepik)

Berdasarkan laporan Sirclo, terdapat beberapa dampak pandemi Covid-19 terhadap perilaku konsumen dan perkembangan e-commerce Tanah Air. Diperkirakan, terdapat 12 juta pengguna e-commerce baru sejak pandemi berlangsung. 

Dimana 40 persen diantaranya mengatakan akan terus mengandalkan e-commerce, bahkan setelah pandemi berakhir. Dalam kondisi normal, akselerasi kenaikan jumlah pengguna ini bisa tercapai dalam kurun waktu 1,5 hingga dua tahun. 

Dari segi pembayaran, menurut survey Sirclo, preferensi penggunaan dompet digital untuk pembayaran transaksi e-commerce selama pandemi meningkat sebesar 11 persen. Sementara metode kartu kredit dan transfer bank turun masing-masing 10 persen dan dua persen. 

Tak hanya dalam transaksi e-commerce, Bank Indonesia juga mencatat, jumlah transaksi uang digital 16,7 persen lebih tinggi pada April 2020 dibandingkan bulan sebelumnya. Transaksi menggunakan kartu debit atau kredit justru menurun drastis sebesar 37 persen.

Menurut laporan dari Sirclo, tren social commerce akan terus bertumbuh dan menyumbang 40 persen dari total transaksi e-commerce pada 2022. Pasalnya, 94 persen responden menyatakan bahwa transaksi berbasis percakapan, misalnya di Whatsapp, Facebook, ataupun Instagram, sangat mempengaruhi keputusan pembelian mereka. 

Konsumen Indonesia pun ternyata lebih tertarik membeli produk jika penjual memberikan respons cepat pada pesan atau pertanyaan mereka. 

 
Industri e-commerce, akan terus mengalami peningkatan pesat dan menjadi penggerak utama ekonomi digital Indonesia. 
Brian Marshal, CEO dan Founder Sirclo
 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat