Petani menjemur bawang putih usai panen di sentra baru pengembangan bawang putih, Desa Taman Sari, Banyuwangi, Jawa Timur. (Ilustrasi) | Republika/ Wihdan

Ekonomi

Tujuh Korporasi Garap Food Estate Sumatra Utara

Total rencana pembukaan lahan untuk tahun ini seluas 1.000 hektare.

 

JAKARTA -- Sebanyak tujuh perusahaan swasta telah menanamkan modal untuk proyek lumbung pangan atau food estate khusus hortikultura di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatra Utara. Fokus komoditas yang akan dibudidayakan yakni bawang merah, bawang putih, dan kentang.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengatakan, pihak swasta yang telah menanamkan modal untuk pengembangan kawasan tersebut di antaranya PT Indofood, PT Calbee Wings, PT Champ, PT Semangat Tani Maju Bersama, PT Agra Garlica, PT Agri Indo Sejahtera, dan PT Karya Tani Semesta.

"Skema yang pas untuk menggerakkan agribisnis food estate ini adalah korporasi kemitraan antara petani dan investor. Petani sebagai sumber daya manusia yang ada di sini merupakan pemilik lahan sekaligus sebagai tenaga kerja produktif," kata Prihasto, Rabu (28/10).

Total rencana pembukaan lahan food estate itu untuk tahun ini seluas 1.000 hektare (ha). Seluas 215 ha di antaranya telah dibuka dengan pembiayaan langsung dari anggaran pemerintah. Sementara sisanya, seluas 785 ha rencananya digarap langsung oleh tujuh perusahaan tersebut.

Menurutnya, proyek itu tidak hanya mengejar peningkatan luas tanam dan produksi bawang merah, bawang putih, dan kentang. Namun juga untuk memperkuat kerja sama petani dengan industri sekaligus meningkatkan kapasitas petani serta membentuk kelembagaan ekonomi petani.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Tommy Nugraha mengatakan, para petani yang akan menggarap lahan akan membentuk korporasi petani. Korporasi itu nantinya bekerja sama dengan swasta yang berinvestasi dan akan diatur skema kerja samanya.

Namun, ia tak menjelaskan, seperti apa pengawasan yang akan dilakukan. Menurut dia, swasta yang terlibat salah satunya akan membantu dalam perbenihan. "Nanti kerja samanya akan diatur," kata dia.

Pakar Pertanian dari IPB University Muhammad Firdaus meminta pemerintah untuk mengawal ketat kerja sama yang diatur antara korporasi petani dengan perusahaan swasta di food estate hortikultura Sumatra Utara. Tanpa pengawalan, petani terancam menjadi pihak yang dirugikan.

"Seharusnya food estate bisa win-win kalau kontraknya dikawal oleh pemerintah sebagai penengah. Kalau dibiarkan tanpa pengawalan, bisa saja posisi tawar petani lemah," kata Firdaus.

Firdaus mengatakan, pembangunan food estate memang harus bekerja sama dengan petani yang berkorporasi. Hal itu agar manfaat dari hasil budi daya yang dilakukan bisa dirasakan oleh masyarakat setempat. Ia juga menekankan agar pembentukan korporasi petani dilakukan dengan tepat.

Korporasi akan berjalan jika sesuai dengan kebutuhan dasar petani. Sebab, petani itu sendiri yang akan mengelola korporasinya sendiri untuk bisa berkembang sesuai potensi setempat. "Prinsipnya dari, oleh, dan untuk petani itu harus bisa berjalan dan berdasarkan kebutuhan petani," kata Firdaus.

Khusus untuk bawang putih yang kerap menjadi polemik, Firdaus mengatakan, bawang putih masih potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hanya saja, membutuhkan keberpihakan dari industri olahan makanan maupun hotel, restoran, dan katering untuk menggunakannya.

Sementara, untuk pasar konsumen rumah tangga, masih cukup sulit karena masyarakat saat ini menilai komoditas bawang putih dari ukuran. "Rumah tangga kita melihat bawang putih lebih ke penampakannya, kalau harga sebetulnya tidak beda jauh," ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat