Sejumlah peserta memasak menggunakan kompor induksi di halaman kantor PLN UP3 Kota Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. | ANTARA FOTO

Kabar Utama

PLN Konversi Sejuta Kompor Gas

Konversi sejuta kompor gas ini juga meningkatkan ketahanan energi nasional.

JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) meluncurkan Gerakan Konversi Satu Juta Kompor Elpiji ke Kompor Induksi. Konversi dari kompor elpiji ke kompor induksi tersebut diklaim akan menghemat anggaran subsidi elpiji.

Peluncuran simbolis dilakukan langsung secara daring oleh Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini, dalam rangkaian Hari Listrik Nasional yang ke-75, Selasa (27/10). Konversi itu disebut akan menghemat anggaran subsidi elpiji yang telah dianggarkan sebesar Rp 50,6 triliun pada APBN 2020.

Konversi ini juga meningkatkan ketahanan energi nasional karena mengubah penggunaan energi berbasis impor menjadi energi berbasis lokal. Sebab, untuk elpiji yang kita konsumsi sebagian besar masih impor, sementara listrik adalah energi berbasis lokal. "Kami targetkan subsidi elpiji dalam lima tahun akan turun sekitar Rp 4,8 triliun," kata Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini.

Kompor induksi adalah kompor yang menggunakan energi listrik sebagai energi panas. Artinya, tak perlu nyala api pada kompor tersebut. PLN menyatakan, penggunaan kompor induksi juga bisa mengurangi impor gas elpiji.

 

Menurut Zulkifli Zaini, konversi ke kompor induksi juga akan meningkatkan konsumsi energi listrik dan energi bersih. Pada 2019, penggunaan listrik per kapita baru mencapai 1.084 kilo watt hour (kwh) per kapita di mana PLN menargetkan konsumsi listrik per kapita meningkat menjadi 1.142 kwh.

Penggunaan kompor induksi juga dinilai lebih efisien. Hasil kajian teknis laboratorium Institut Teknologi PLN menunjukkan, untuk memasak 1 liter air dengan menggunakan kompor induksi 1.200 watt sebesar Rp 158, sementara menggunakan kompor elpiji tabung 12 kg (api maksimal) sekitar Rp 176. “Kami sudah lakukan uji coba, penggunaan kompor induksi memang lebih efisien. Selain itu, kompor induksi juga lebih ramah lingkungan, aman, dan nyaman,” ucap Zulkifli.

Untuk mendorong penggunaan kompor induksi, PLN akan menyiapkan program promo layanan PLN bagi pengguna kompor induksi, seperti tambah daya ataupun penyambungan baru. PLN juga telah bekerja sama dengan penyedia kompor induksi dan gerai-gerai penjualan untuk mendorong ketersediaan produk kompor induksi yang terjangkau di pasar.

Hemat Rp 50 ribu per bulan

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Saril, menjelaskan penggunaan kompor listrik bisa lebih hemat dibandingkan kompor gas. Penghematannya bahkan bisa mencapai Rp 50 ribu per bulan. "Dari yang kita hitung itu bisa hemat Rp 40 ribu-Rp 50 ribu sebulan," ujar Bob di Gedung PLN, Selasa (27/10).

Bob menyebut hitungan tersebut ia dapat dari hasil kajian teknis laboratorium Institut Teknologi PLN. Menurut hasil kajian teknis tersebut, misalkan, untuk memasak 1 liter air dengan menggunakan kompor induksi 1.200 watt memakan biaya hanya sebesar Rp 158, sementara menggunakan kompor elpiji tabung 12 kg (api maksimal) bisa mencapai sekitar Rp 176.

Masyarakat juga bisa menghemat biaya yang biasanya dikeluarkan untuk membeli tabung gas. Lalu, keunggulan lainnya secara jelas terlihat pada keamanan pengoperasian masing-masing kompor tersebut. Pengoperasian kompor induksi tidak ada api yang menyala sehingga lebih menghindarkan risiko. Namun, sebaliknya kompor gas ada risiko kebakaran.

 
Kompor induksi juga dilengkapi oleh sensor yang dapat otomatis mati berdasarkan setting waktu atau sensor panas ketika overheat.
 
 

Kompor induksi juga dilengkapi oleh sensor yang dapat otomatis mati berdasarkan setting waktu atau sensor panas ketika overheat. Sedangkan kompor gas harus lebih hati-hati karena koneksi tabung gas harus dijaga agar tidak bocor.

Kelebihan lainnya dapat dirasakan dari aspek kemudahan pengoperasiannya. Kompor induksi dihubungkan langsung ke stop kontak listrik, tidak perlu bongkar pasang tabung gas, dan dapat mengatur suhu atau waktu memasak. Sedangkan kompor gas kebalikannya, membutuhkan tabung gas, perlu buka pasang tabung gas dan tidak dapat diatur suhunya atau waktu memasaknya.

Terakhir, dari aspek perawatannya pun kompor induksi terbilang lebih mudah. Kompor induksi permukaannya berbahan keramik atau kaca licin sehingga mudah dibersihkan. Sedangkan kompor gas terdapat tungku kompornya yang terbilang rumit untuk dibersihkan.

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, ketahanan dalam bidang energi merupakan salah satu pilar utama selain ketahanan pangan dan kesehatan yang ingin diwujudkan Kementerian BUMN demi mendukung tercapainya sasaran pembangunan Indonesia emas 2045.

Erick menyampaikan, upaya penguatan ketahanan energi akan memperhatikan faktor ketersediaan, aksesibilitas, keterjangkauan, keberlanjutan, dan memastikan daya saing untuk Indonesia. "Untuk itu, kami dari Kementerian BUMN telah menugaskan perusahaan-perusahaan BUMN di dalam klaster energi dan minerba, seperti PLN, Pertamina, MIND ID, Bukit Asamu ntuk terus berinvestasi demi energi masa depan," ujar Erick pada Kamis (22/10).

Erick menyebut, sejumlah transformasi telah terjadi, seperti implementasi program biodiesel B30 yang sudah berjalan. Erick mengatakan, percepatan program gasifikasi batu bara juga dilakukan untuk dijadikan metanol dan DME sehingga bisa mengurangi impor LPG yang saat ini sudah mencapai sekitar 6 juta metrik.

Pertumbuhan pendapatan

Sementara itu, dalam konferensi pers Selasa (27/10), PT PLN juga melaporkan mengalami kerugian sebesar Rp 12,15 triliun pada kuartal III 2020. Kinerja tersebut berbanding terbalik dengan capaian perusahaan pada periode sama tahun lalu yang berhasil mencatat laba sebesar Rp 10,88 triliun. Faktor utama penyebabnya adalah rugi kurs mata uang asing.

Meski mengalami kerugian, PLN mampu membukukan pertumbuhan pendapatan. Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murdifi mengatakan, peningkatan pendapatan ditopang penjualan listrik yang naik.

“Secara keseluruhan hingga kuartal III 2020, perseroan mampu membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 212,24 triliun atau meningkat sebesar 1,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 209,30 triliun,” ujar Agung, Selasa (27/10).

 
Perseroan mampu membukukan pendapatan usaha Rp 212,24 triliun atau meningkat 1,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
 
 

Peningkatan penjualan tenaga listrik didorong adanya pertumbuhan jumlah pelanggan perseroan menjadi sebanyak 77,9 juta hingga 30 September 2020. Angka itu meningkat 3,4 juta pelanggan dibandingkan posisi 30 September 2019 yang sebesar 74,5 juta pelanggan.

Peningkatan penjualan listrik pada sektor rumah tangga dan industri pertanian serta sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ikut mendorong pertumbuhan penjualan yang positif. Perusahaan pun berhasil melakukan efisiensi dengan menekan beban usaha.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, jumlah beban usaha tercatat sebesar Rp 223,84 triliun. Angka itu turun dibandingkan beban usaha periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 231,91 triliun.

Kerugian PLN dipengaruhi oleh tingkat kerugian dari kurs mata uang asing. Tercatat, PLN merugi secara kurs mencapai Rp 22,87 triliun. Sementara itu, pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan setrum ini justru mencatat laba kurs Rp 4,3 triliun.

Sebelumnya, PLN juga telah menurunkan tarif listrik golongan rendah per 1 Oktober hingga Desember 2020. Hal ini sesuai dengan arahan Menteri ESDM Arifin Tasrif terkait penurunan penyesuaian tarif (tariff adjustment) untuk pelanggan golongan rendah.

Agung mengungkapkan, listrik sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Seluruh aktivitas pun ditopang oleh pasokan listrik. Dengan penurunan ini, harga tarif golongan rendah yang sebelumnya Rp 1.467 per kwh menjadi Rp 1.444,70 per kwh atau turun Rp 22,5 per kwh. Penetapan ini berlaku untuk Oktober sampai Desember 2020.

Keputusan ini diambil pemerintah dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat terdampak Covid-19. Hal ini juga sebagai wujud negara hadir untuk memberikan kemudahan dan solusi bagi pelanggan listrik.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat