Petugas medis menscreening warga saat proses simulasi uji coba vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Tapos, Depok, Jawa Barat, Kamis (23/10). Pemerintah Kota Depok menggelar simulasi vaksinasi Covid-19 yang dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur ( | Prayogi/Republika

Opini

Vaksinasi dan Ekonomi  

Vaksinasi Covid-19 diharapkan, tidak hanya meredakan pandemi, tetapi juga memulihkan ekonomi.

ZAKI MANSOER, Alumnus SAIS-Johns Hopkins University, Tinggal di Jeddah, Arab Saudi

Pandemi Covid-19 belum mereda dan kita tengah menunggu kapan vaksin siap digunakan. 

Vaksin Sinovac sudah selesai uji klinis tahap ketiganya dan sekarang berlangsung vaksinasi kedua terhadap 1.074 relawan. Setelah ini, Bio Farma mengajukan Emergency Use Authorization (EUA) ke Badan POM.

Biofarma menjanjikan, sekitar 340 juta dosis vaksin ini bisa digunakan pada 2021. Sementara itu, vaksin Merah Putih yang diriset Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, ditargetkan pada awal tahun depan bibitnya bisa diserahkan ke Biofarma untuk diproduksi dan diuji klinis.

 

 
Sampai Oktober ini, belum ada satu pun vaksin mendapatkan izin edar dari otoritas kesehatan.
 
 

 

Vaksin Sinovac memang lebih siap karena risetnya lebih awal daripada vaksin Merah Putih. Menurut Chussodovsky (2020), vaksinasi merupakan tahap lanjutan dari lockdown untuk mencegah meluasnya pandemi.

Vaksin sangat diandalkan mencegah penularan dan banyak negara yang berlomba merisetnya. Sampai Oktober ini, belum ada satu pun vaksin mendapatkan izin edar dari otoritas kesehatan.

Di Cina, riset melibatkan beberapa perusahaan farmasi dan lembaga riset militer. Indonesia, melibatkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan beberapa universitas negeri, juga didukung Bio Farma yang dikenal sebagai produsen vaksin kelas dunia.  

Riset vaksin Covid-19 bisa diibaratkan perlombaan dan pertaruhan gengsi antarnegara. Bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengeklaim, vaksin Sputnik V bisa digunakan untuk vaksinasi massal pada Oktober mendatang.

Namun, banyak kritik dari negara Barat, Rusia terlalu dini mengeklaim dan vaksinnya belum teruji aman. Paling agresif Cina. Perusahaan CanSino mengeklaim, mematenkan vaksin Ad5-nCov pada 17 Agustus 2020 meski belum diberitakan soal izin produksi dan edarnya.

Sebelum itu, Wuhan Institute of Biological Product diberitakan, berhasil mengembangkan calon vaksin dari inactivated SARS CoV-2, tetapi belum tahap uji klinis.

 
Vaksinasi Covid-19 diharapkan, tidak hanya meredakan pandemi, tetapi juga memulihkan ekonomi.
 
 

Sinovac telah memasukkan 2.400 calon vaksin produknya untuk diuji klinis di Indonesia. Selain di Indonesia, calon vaksin Sinovac ini juga diuji klinis di Brasil.

Vaksin Merah Putih uji klinisnya baru dijadwalkan pada awal 2021, dan produksinya masih setahun kemudian. Vaksin ini masih lama siap edarnya, sementara jumlah yang terinfeksi terus melonjak. Karena itu, ditempuh kerja sama dengan berbagai pihak.

Seperti Bio Farma, mendatangkan calon vaksin Sinovac, dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan. Disusul Kimia Farma dengan Sinofarm menggandeng G42, perusahaan teknologi dari Uni Emirat Arab (UEA).

Kerja sama ini disepakati dalam kunjungan Menlu Retno Marsudi bersama Menteri BUMN Erick Thohir ke UEA. Menurut Erick, rencana pengadaan vaksin dari berbagai produsen ditargetkan, bisa melayani vaksinasi sekitar 70 persen dari 273 juta penduduk Indonesia.

Pemulihan ekonomi

Vaksinasi Covid-19 diharapkan, tidak hanya meredakan pandemi, tetapi juga memulihkan ekonomi. Fivethirtyeight melakukan survei reguler bersama Initiative on Global dari University of Chicago Booth School of Business.  

Survei ini memperkirakan, jika 25 persen penduduk dunia telah kebal terhadap Covid-19, peluang ekonomi tumbuh seperti pada kuartal keempat 2019 sebelum terjadi pandemi, hanya 30 persen. Itu juga baru bisa dicapai pada akhir Juni 2021 (fivethirtyeight.com, 25/8/2020).

Jika 75 persen, peluang mencapai pertumbuhan ekonomi, seperti sebelum pandemi adalah 56 persen dan baru bisa tercapai akhir 2021.  Kesimpulannya, kecepatan vaksinasi massal akan sangat berpengaruh pada pemulihan ekonomi.

 
Indonesia sebagai anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) bisa mendorong standar universal tentang vaksin halal berdasarkan fatwa ulama.
 
 

Kehalalan vaksin

Kehalalan vaksin merupakan hal sensitif. Calon vaksin Covid-19 saat ini belum dipastikan kehalalannya. Beberapa ulama mengizinkan vaksin Covid-19 karena pertimbangan keadaan darurat (salaamgateway.com, 13/07).

Sertifikasi halal merupakan suatu hal yang sulit didapatkan dalam industri farmasi. Beberapa pihak menganjurkan, mengubah bahan dan metode pembuatan vaksin. AJ Pharma, perusahaan farmasi dengan investor gabungan dari Arab Saudi dan Malaysia, berhasil memproduksi vaksin bebas dari bahan hewani. Namun, vaksin ini belum bersertifikat halal.

Indonesia sebagai anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) bisa mendorong standar universal tentang vaksin halal berdasarkan fatwa ulama. Selain itu, Bio Farma juga dikenal sebagai produsen vaksin terbesar di Asia Tenggara, yang memasok vaksin untuk anggota OKI.  

Ada tujuh anggota OKI yang memiliki pabrik vaksin, hanya Bio Farma dan pabrik vaksin dari Senegal yang produknya diakui WHO. Maka itu, Bio Farma berpeluang untuk bekerja sama dengan negara-negara OKI dalam membangun rantai dingin distribusi vaksin.

Perebutan vaksin Covid-19, mirip fenomena kebutuhan masker dan alat pelindung diri pada awal merebaknya Covid-19. Beberapa negara menerapkan proteksi perdagangan obat-obatan dan alat kesehatan, sehingga banyak negara kesulitan memperolehnya.

Indonesia memiliki infrastruktur dan SDM mumpuni untuk riset vaksin serta BUMN kelas dunia untuk memproduksi dan mendistribusikannya. Jadi, Indonesia sangat berpeluang membantu pemerataan vaksin Covid-19 bagi seluruh warga dunia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat