Petugas kebersihan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (25/9). | PUSPA PERWITASARI/ANTARAFOTO

Kabar Utama

Indonesia Kerek PDB Dunia

Kontribusi ekonomi Indonesia terhadap PDB global tahun depan diperkirakan di atas Prancis dan Inggris.

JAKARTA – Laporan terkini Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi akan terjadi perubahan perimbangan perekonomian dunia jangka panjang. Republik Rakyat Cina (RRC) diperkirakan bakal memuncaki perekonomian global, sementara Indonesia bakal jadi penyumbang signifikan bagi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dunia.

Kontribusi ekonomi Indonesia terhadap PDB global tahun depan diperkirakan sebesar 2,9 persen, di atas Prancis dan Inggris yang masing-masing di level 2,6 persen. Perkiraan tersebut disampaikan Bloomberg berdasarkan analisis atas World Economic Outlook yang diluncurkan IMF untuk periode Oktober ini. Analisis menggunakan metode Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas daya beli.

Dengan metode ini, IMF menghilangkan perbedaan tingkat harga antarekonomi. Ini dianggap lebih apple to apple dibandingkan metode sebelumnya, Market Exchange Rates (MER).

Bahkan, pada 2025, Indonesia akan menjadi kontributor terbesar keempat ekonomi global, melampaui Jerman yang semula berada di posisi keempat. Seperti dilansir dari Bloomberg Quint, Jumat (16/10), kontribusi ekonomi Indonesia diproyeksikan capai 3,5 persen terhadap PDB global.

World Economic Outlook yang diluncurkan IMF juga menunjukkan bahwa kontribusi Cina pada pertumbuhan PDB dunia akan melonjak menjadi 26,8 persen pada 2021 dan 27,7 persen pada 2025. Menurut hitungan Bloomberg, kontribusi tersebut lebih tinggi 15-17 persen dari sumbangan Amerika Serikat (AS) yang selama ini jadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Dengan hitungan berdasarkan PPP, perekomian RRC juga tercatat senilai 24,2 triliun dolar AS. Angka itu menempatkan RRC di atas AS yang nilainya 20,8 triliun dolar AS.

Tahun depan, IMF memperkirakan pertumbuhan PDB global senilai 5,2 persen setelah mengalami kontraksi pada 2020. Cina dan India diperkirakan mengalami lonjakan pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen. Sedangkan, Indonesia diperkirakan tumbuh 6,2 persen setelah susut 1,5 persen tahun ini.

"Sementara ekonomi global mulai pulih, peningkatannya kemungkinan akan lama, tidak merata, dan tidak pasti," tulis Direktur Penelitian IMF Gita Gopinath, dalam laporan yang keluar akhir pekan lalu itu.

IMF juga memperkirakan standar hidup kemiskinan ekstrem akan menurun untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade akibat pandemi. “Orang miskin akan semakin miskin dengan hampir 90 juta orang diperkirakan jatuh ke dalam kekurangan ekstrem tahun ini,” kata Gopinath.

photo
Seorang pengunjung menaiki eskalator di Pasar Mayestik, Jakarta, Sabtu (17/10). Pasar yang merupakan salah satu penunjang perekonomian negara pada masa krisis akibat wabah virus Covid-19 diharapkan menerapkan protokol kesehatan lebih ketat kepada pedagang, pengunjung maupun pengelola untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan pasar. - (Republika/Putra M. Akbar)

Peneliti ekonomi senior dari Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi menyebutkan, proyeksi IMF soal kontribusi Indonesia dapat saja direalisasikan dengan memanfaatkan amunisi utama Indonesia. "Bisa saja (terjadi), jika ekonomi Indonesia pulih, pemulihannya terbantu oleh konsumsi dari populasi kita yang besar," katanya, saat dihubungi Republika, Senin (19/10).

Melihat ekonomi yang bertumpu pada konsumsi, Eric menyebutkan, pemerintah harus fokus pada pemulihan sisi permintaan dari ekonomi. Daya beli masyarakat yang sudah lemah sejak kenaikan harga administered price dalam lima tahun terakhir, semakin diperburuk dengan pandemi. "Covid-19 memperparah pelemahan daya beli masyarakat," ujarnya.

Salah satu hal yang bisa dilakukan, mengakselerasi penyaluran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) agar dampak kebijakan fiskalnya ke masyarakat bisa lebih optimal.

Sementara, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut ekonomi Indonesia sudah menunjukkan tren pemulihan pada kuartal ketiga tahun ini. "Kalau kita lihat mobilitas masyarakat kelihatan bahwa sudah terjadi tren perbaikan pada bulan antara Juli sampai dengan Agustus dan bertahan pada September," kata Sri dalam acara Capital Market Summit Expo (CMSE), Senin (19/10).

Dalam situasi saat ini, Sri mengatakan, kondisi perekonomian di Indonesia masih relatif cukup baik. Di deretan negara tetangga, misalnya, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi yang lebih dalam dari Indonesia. Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina mengalami kontraksi di atas 10 persen. Untuk kuartal ketiga, negara-negara tersebut masih menghadapi kontraksi yang sangat dalam di atas 4 persen.

Menkeu optimistis ke depannya tren perbaikan di Indonesia akan terus berlanjut. Ia memproyeksikan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga masih akan terkoreksi dalam di kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen. Meski demikian, pertumbuhan tersebut akan lebih baik dibandingkan kuartal kedua yang kontraksi 5,3 persen.

"Kita relatif dalam situasi yang cukup baik meskipun ini tentu tidak membuat kita terlena. Kita tetap berusaha untuk mengembalikan perekonomian kita kepada zona positif," tutur Sri. 

photo
Pedagang merapikan barang dagangannya di Pasar Mayestik, Jakarta, Sabtu (17/10).  - (Republika/Putra M. Akbar)

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, prediksi IMF terkait juga dengan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia. Kondisi itu membuat permintaan domestik Indonesia tergolong besar. 

Selain itu, Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah untuk menjadi negara maju. "Kuncinya adalah membangun industri dari hulu ke hilir untuk substitusi barang impor dan ekspor bernilai tambah tinggi," ujar Iskandar, kemarin. 

Hal itu menurutnya bisa dilakukan dengan mendorong investasi dengan memperbaiki iklim usaha dan memperpendek birokrasi dan menyederhanakan perizinan. "IMF yakin dengan RUU Cipta Kerja, izin usaha akan cepat dan sederhana serta murah. Implikasinya investasi akan meningkat dari industri hulu ke hilir," kata dia.

Menurutnya, analisis pemerintah tidak berbeda dengan IMF. Terlebih, industri kesehatan juga akan berkembang pasca Covid-19.

Asumsi

Sedangkan ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyebutkan, prediksi Bloomberg didasari dengan asumsi yang sangat besar. Asumsi itu adalah bagaimana penanganan krisis kesehatan dari pandemi itu sendiri.

Riefky mengatakan, ekonomi Indonesia tidak akan pulih tanpa menyelesaikan atau menangani dengan baik krisis kesehatan. "Ini tidak hanya berlaku untuk Indonesia, juga semua negara yang mengalami Covid-19," katanya saat dihubungi Republika, Senin (19/10).

Riefky mengatakan, prediksi itu sudah disampaikan banyak institusi internasional. Mereka memproyeksikan, Indonesia menjadi ekonomi keempat terbesar dunia. Potensi ini dimiliki Indonesia akibat beberapa hal, terutama jumlah populasi yang besar dan bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada sekitar tahun 2030.

Selain penanganan kesehatan, Riefky menambahkan, kunci lain untuk mengakselerasi ekonomi Indonesia adalah persiapan untuk proses pemulihan. "Ketika pandemi sudah berakhir, Indonesia harus mampu melakukan pemulihan secara optimal," ujarnya.

Untuk memastikan hal tersebut terjadi, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan. Di antaranya, Riefky menyebutkan, kesiapan untuk menarik investasi, revitalisasi sektor manufaktur hingga alih teknologi agar struktur ekonomi Indonesia naik kelas.

Tanpa adanya berbagai persiapan itu, Riefky menyebutkan, Indonesia tidak akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkualitas. "Justru, kita semakin terancam masuk ke middle income trap (jebakan kelas menengah)," tuturnya.

Kuncinya adalah, ujar Riefky, menyiapkan kondisi berbisnis di Indonesia untuk lebih mendorong pertumbuhan dan menarik investasi global. Dengan kata lain, membuat iklim investasi yang atraktif di Indonesia.

Poin ini diperlukan agar ketika Indonesia sudah masuk masa pemulihan ekonomi, investasi bisa segera masuk. Pembukaan pabrik akan berlangsung dan barang-barang dalam negeri bisa memiliki daya saing global yang lebih baik, sehingga proses pemulihan berjalan optimal.

Tanpa adanya persiapan, pemulihan akan terhambat dan investasi global justru lari ke negara-negara berkembang lain seperti Vietnam dan Thailand. "Kesempatan ini yang tidak boleh terlewatkan dan harus disiapkan dari sekarang. Tidak hanya bisnis, juga tenaga kerja dan makroekonomi akan mendapatkan optimum benefit pasca pandemi," kata Riefky.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat