Pendeta Yeremia Zanambani | Istimewa

Nusantara

Hasil Investigasi TGPF Diumumkan Hari Ini

Investigasi yang dilakukan TGPF lebih banyak menggunakan pendekatan kultural.

JAKARTA -- Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam) akan mengumumkan hasil investigasi kasus penembakan yang terjadi di Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada September lalu. Ketua Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya, Benny Mamoto, Sabtu (17/10), mengatakan, timnya segera menyerahkan hasil investigasi kepada Menko Polhukam Mahfud MD. 

"Perlu kami sampaikan bahwa nanti menyangkut capaian tim akan disampaikan langsung oleh Bapak Menko pada hari Senin (19/10)," kata Benny saat jumpa pers secara daring, Sabtu (17/10). 

TGPF Intan Jaya dibentuk untuk mengungkap serangkaian kasus penembakan dan pembunuhan anggota militer dan warga sipil di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya. Sebanyak empat orang meninggal, yaitu dua anggota TNI, Serka Sahlan dan Pratu Dwi Akbar Utomo; Pendeta Yeremia Zanambani; dan tukang ojek bernama Badawi.

TGPF telah melakukan investigasi di lokasi penembakan, Distrik Hitadipa, Intan Jaya, Rabu (7/10) hingga Ahad (11/10). Menurut Benny, investigasi yang dilakukan lebih banyak menggunakan pendekatan kultural sehingga memerlukan kerelaan pihak yang diundang untuk bersaksi terkait insiden itu.

"Kami bukan penyidik. Kami semata-mata hanya mengumpulkan fakta lapangan sehingga teknis menggali informasi kami yang harus datang atau kerelaan sendiri ketika kami undang," kata dia.

Menurut Ketua Harian Kompolnas ini, TGPF telah mengumpulkan data, melakukan cross check informasi, serta berkomunikasi dengan tokoh agama dan masyarakat. Sebanyak 42 orang saksi telah memberikan keterangannya. 

photo
Korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dibawa menggunakan truk menuju pesawat saat evakuasi di Intan Jaya, Papua, Senin (14/9). Dua tukang ojek ditembak oleh KKB di Sugapa, Kabupaten Intan Jaya dan saat ini telah dibawa ke Timika untuk menjalani perawatan - (HUMAS POLDA PAPUA/ANTARA FOTO)

Dia menjelaskan, mereka yang diwawancara terdiri atas istri korban, keluarga, serta orang-orang yang menolong dan membawa korban sampai ke permakaman. Tim juga meminta keterangan dari penyidik, dirkrimum, dan beberapa saksi di Hitadipa yang saat itu tinggal di Sugapa. "Kalau dari sisi jumlah dengan waktu yang singkat dengan itu, kami merasa sudah maksimal dan informasi signifikan nanti Pak Menko yang sampaikan," katanya.

Tim juga melakukan dialog dengan tokoh-tokoh gereja di Jayapura, 25 orang dari pemerintah provinsi dan Polda setempat. Kemudian, meminta keterangan 16 anggota Komando Daerah Militer Cendrawasih. Pencarian fakta, kata dia, kemudian dilanjutkan di Jakarta dengan meminta keterangan pegiat hak asasi manusia (HAM), seperti Imparsial, Amnesty International, Setara Institute, dan Komnas HAM.

"Saya melihat, keterwakilan dari pihak yang mengadukan ikut dalam tim kami, itulah salah satu bentuk transparansi. Saya yang dituakan di tim memberi kesempatan seluas-luasnya perwakilan untuk bertanya mengklarifikasi. Bisa dipastikan laporan dari tim ini yang akan dipercaya karena diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menggali," katanya.

Sementara itu, kondisi anggota TGPF Bambang Purwoko yang terkena tembakan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) terus membaik. Sekretaris Menko Polhukam Tri Soewandono mengatakan, Bambang masih menjalani perawatan dan penyembuhan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

"Untuk perkembangan Pak Bambang Purwoko beliau sudah dioperasi dan proyektilnya berhasil diambil," kata Tri, Sabtu (17/10). Dosen Universitas Gajah Mada (UGM) itu kemungkinan sudah bisa berisitirahat di rumah sambil berobat jalan.

photo
Korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) ditandu menaiki pesawat saat evakuasi di Intan Jaya, Papua, Senin (14/9). Dua tukang ojek ditembak oleh KKB di Sugapa, Kabupaten Intan Jaya dan saat ini telah dibawa ke Timika untuk menjalani perawatan. - (HUMAS POLDA PAPUA/ANTARA FOTO)

Tak sendiri

Sedangkan, pihak Komnas HAM menemukan peristiwa kematian Pendeta Yeremia Zanambani di Kabupaten Intan Jaya, Papua, merupakan bagian dari rentetan peristiwa lain yang terjadi sebelumnya. "Terkait dengan peristiwa kematian Pendeta Yeremia, Komnas HAM menemukan fakta bahwa peristiwa tersebut tidak berdiri sendiri," ujar Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam konferensi pers daring, Sabtu.

Sebanyak 18 kasus yang terjadi di Intan Jaya dikatakannya melengkapi kasus kematian Pendeta Yeremia dilihat dari lokasi kejadian yang sama serta adanya persoalan serius dalam waktu cukup pendek. Dari tinjauan ke lokasi, olah tempat kejadian perkara (TKP), serta permintaan keterangan saksi-saksi dan para pihak, Komnas HAM mendapatkan berbagai keterangan, bukti, dan informasi pendukung semakin terangnya peristiwa tersebut.

Choirul Anam menuturkan, bukti yang didapat, antara lain, berupa lubang peluru berbagai ukuran yang ada di lokasi penembakan. "Komnas HAM akan mengelola seluruh data yang ada untuk menyusun kesimpulan temuan Komnas HAM yang lebih solid. Langkah tersebut juga akan diuji dengan keterangan ahli," ucap dia.

Dalam kesempatan itu, Ketua Perwakilan Komnas HAM Papua dan Papua Barat Frits Bernard Ramandey mengatakan, pola dan karakter rentetan kasus terkait kematian Pendeta Yeremia sama. "Kalau kita lihat pola dan karakter kasus sama persis karena semua itu berujung pada kekerasan dan ada korban meninggal dunia di warga sipil maupun aparat TNI-Polri," ucap Frits.

Menurutnya, kasus itu membawa harapan besar dari masyarakat agar dapat terungkap dan terang benderang, sehingga kondisi di daerah tersebut pulih kembali. Sebelumnya, dua anggota TNI, satu warga sipil, dan Pendeta Yeremia Zanambani meninggal dunia setelah ditembak oleh anggota KKSB di Hitadipa, Papua.

TNI menyebut aksi KKSB itu untuk mencari perhatian menjelang Sidang Umum PBB. Kemudian, Menko Polhukam Mahfud MD membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta untuk mengungkap peristiwa kekerasan dan penembakan yang menyebabkan empat orang tewas di Kabupaten Intan Jaya, Papua.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat