Jamaah umrah mengenakan masker dan menjaga jarak saat melaksanakan umrah di Masjidil Haram, Makkah, 3 Oktober 2020. | EPA-EFE/SAUDI MINISTRY OF HAJJ

Opini

Umrah dan Covid-19

Dalam umrah, kesehatan selalu menjadi aspek penting, apalagi di masa pandemi Covid-19

TJANDRA YOGA ADITAMA, Guru Besar Paru FKUI dan mantan direktur WHO SEARO

Umat Islam bergembira melihat kesempatan ibadah umrah sudah mulai dibuka Pemerintah Arab Saudi. Walaupun begitu, hari-hari ini masih bagi penduduk setempat dengan menggunakan aplikasi Eatmarna untuk mendaftar.

Kita baca di media, pada waktu mendatang, dibuka pula bagi jamaah internasional, insya Allah termasuk Indonesia. Setidaknya, ada empat aspek yang perlu diantisipasi sebelum seseorang berangkat umrah nanti.

Pertama, sosio budaya yang biasa dilakukan sebelum orang berangkat umrah. Pada masa Covid-19, kerumunan harus dihindari, misalnya acara khusus di kampung halaman perlu adaptasi khusus. Kita, tak ingin terjadi klaster pada mereka yang akan berumrah.

 
Karena itu, sebelum berangkat, calon jamaah umrah wajib memeriksakan dirinya atas berbagai komorbid yang mungkin ada dan harus ditangani jauh hari sebelum berangkat. 
 
 

Kedua, daya tahan tubuh. Walaupun tak seberat haji, bagaimanapun umrah akan menguras tenaga. Daya tahan yang relatif rendah akan memudahkan seseorang kemasukan virus dan kuman, bukan tidak mungkin Covid-19.

Ketiga, kita tahu penyakit penyerta (komorbid), seperti diabetes mellitus, hipertensi, gangguan pernapasan kronik, dan gangguan ginjal merupakan faktor risiko penting terjadinya Covid-19.

Karena itu, sebelum berangkat, calon jamaah umrah wajib memeriksakan dirinya atas berbagai komorbid yang mungkin ada dan harus ditangani jauh hari sebelum berangkat. Kempat, tentang pencegahan Covid-19.

Kita menanti berhasilnya uji klinis fase III vaksin Covid-19, yang tampaknya baru diketahui beberapa bulan mendatang. Kalau memang vaksin akan ada, kita masih harus menunggu seberapa besar proteksinya untuk melindungi seseorang tidak kena Covid-19.

Tampaknya, tidak 100 persen melindungi. Karena itu, mungkin perlu booster dan lain-lain. Nah, kalau vaksin ini ada, harus diantisipasi bagaimana diberikannya kepada jamaah umrah. Ini tak mudah karena pada bulan-bulan awal, tentu jumlahnya relatif terbatas.

 
Penerbangan pergi dan pulang umrah yang masing-masing sekitar tujuh jam, punya aspek tersendiri. Antisipasi perlu dimulai dari proses berangkat ke bandara.
 
 

Sebenarnya, sekarang berjalan penelitian, apakah akan ada obat pencegahan Covid-19 atau tidak. Namun, semua masih dalam tahap uji klinik dan belum jadi rekomendasi resmi.

Untuk pencegahan sebelum terpapar, yang sedang diteliti, antara lain, Emtricitabine plus Tenofovir alafenamide atau Tenofovir disoproxil fumarate, Hydroxychloroquine, dan suplemen, seperti zinc, vitamin C, dan vitamin D.

Sementara itu, obat-obat yang sedang diteliti untuk pencegahan pascapaparan adalah Chloroquine, Hydroxychloroquine, Lopinavir/Ritonavir, Nitazoxanide, vitamin super B-complex, vitamin D, SARS-CoV-2 monoclonal antibodies, dan Plasma konvalesens.

Perjalanan

Penerbangan pergi dan pulang umrah yang masing-masing sekitar tujuh jam, punya aspek tersendiri. Antisipasi perlu dimulai dari proses berangkat ke bandara, suasana check in termasuk antrean, dan atau kalau ada keterlambatan.

Di dalam pesawat, juga ada aspek pencegahan penularan Covid-19. Pola duduk yang tak terlalu rapat perlu menjadi perhatian. Sekarang, pesawat dilengkapi filter dan pertukaran udara yang baik, kabin selalu didisinfeksi.

Secara umum, sudah diupayakan maksimal keamanannya, tetapi kita masih mendapatkan penularan Covid-19 di pesawat terbang. Di antaranya, penularan pada penerbangan London ke Vietnam pada Maret yang menulari 15 orang di dalam pesawat.

Selain itu, penerbangan sepasang suami istri dari Boston ke Hong Kong menulari dua orang awak pesawat. Artinya, kehati-hatian di pesawat udara harus jadi perhatian. Prinsip dasar penggunaan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan harus selalu dilakukan.

 
Persiapan matang perlu dilakukan sejak sekarang karena begitu pintu umrah dibuka, tentu jamaah berharap segera saja berangkat.
 
 

Di sisi lain, dijaga agar jangan “kecolongan” saat penerbangan pulang dan atau perjalanan dari bandara ke kampung halaman.

Bukan tidak mungkin akan diterapkan pula karantina sekian hari, sebagaimana biasa orang masuk Indonesia dari luar negeri, dan masa karantina ini harus dipatuhi demi keselamatan dan kesehatan bersama.

Saat di Saudi

Dari TV, kita lihat ketatnya penerapan protokol kesehatan pada ibadah haji beberapa bulan lalu, juga pada awal pelaksanaan umrah. Kita lihat, tawaf berjarak antara satu dan lainnya, juga masuk masjid dengan penjadwalan ketat.

Ini saat jumlah jamaah masih amat sedikit. Kalau nanti sudah mulai banyak, tentu Saudi membuat aturan sesuai prinsip kesehatan masyarakat. Maka itu, pengelola dan jamaah umrah kita wajib mematuhinya.  

Kalau waktu haji tahun-tahun lalu, biasanya WHO turut berperan dalam aspek kesehatannya. Penulis sebagai perwakilan WHO South East Asia Regional Office, juga pernah diundang ke Riyadh untuk evaluasi kesehatan ibadah haji.

Penulis tidak tahu, bagaimana dengan umrah pada masa pandemi ini. Namun, secara umum, WHO sudah mengeluarkan pedoman pelaksanaan ibadah keagamaan pada masa pandemi Covid-19.

Pedoman ini membahas pengaturan orang yang harus berkerumun dalam hal kepatuhan menjaga jarak, jangan saling menyentuh, bagaimana kalau ada ritual yang katakanlah mengusap dan atau mencium benda, dan jaminan kebersihan daerah tempat beribadah.

Sebagian dari pedoman WHO, yang diterbitkan pada April 2020 ini mungkin dapat dipakai sebagai antisipasi jamaah Indonesia, yang mulai berumrah. Dalam umrah apalagi haji, kesehatan selalu menjadi aspek penting, apalagi pada masa pandemi Covid-19 ini.

Persiapan matang perlu dilakukan sejak sekarang karena begitu pintu umrah dibuka, tentu jamaah berharap segera saja berangkat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat