Warga penyandang disabilitas tunanetra menghafal Alquran menggunakan Alquran dengan huruf braille di Yayasan Ashaba Disabilitas Netra (YADN), Perumahan Unitex, Tajur, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/12/2019). | ARIF FIRMANSYAH/ANTARA FOTO

Fikih Muslimah

Membaca Alquran Saat Haid, Bolehkah?

Terdapat beragam pendapat ulama mazhab mengenai hukum Muslimah baca Alquran saat haid.

 

Membaca Alquran merupakan ibadah yang disunahkan bagi umat Islam. Keutamaan membaca Alquran sangatlah besar. Bahkan, kata Nabi, keutamaan membaca Alquran salah satunya dapat hadir sebagai syafaat di hari kiamat kelak bagi yang membacanya.

Karena keutamaan membaca Alquran yang besar, para ulama terdahulu pun banyak meriwayatkan hal tersebut. Mereka juga tidak melewatkan hari-hari mereka dari membaca Alquran. Contohnya Imam Syafi'i, setiap hari beliau selalu mengkhatamkan Alquran di luar bulan Ramadhan. Ketika bulan Ramadhan, Imam Syafi'i akan membaca Alqurannya sebanyak dua kali khatam dalam sehari.

Lantas bagaimana hukumnya jika seorang Muslimah sedang haid? Bolehkah baginya membaca Alquran untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan dari membaca Alquran?

Dalam buku Membaca Alquran Saat Haid, Bolehkah? karya Isnawati dijelaskan, terdapat beragam pendapat dari ulama-ulama mazhab. Ulama dari kalangan empat mazhab pun memiliki pandangan yang beragam akan hal ini.

Mazhab Hanafi, misalnya, secara umum mengharamkan bagi Muslimah haid membaca Alquran. Hanya saja dalam batasan atau tujuan tertentu mereka memberikan pengecualian.

 
Mazhab Hanafi, misalnya, secara umum mengharamkan bagi Muslimah haid membaca Alquran.
 
 

Contohnya berzikir dengan ayat-ayat Alquran atau membacakan potongan ayat atau kosakata Alquran. Salah satu ulama yang berasal dari mazhab Hanafi, yakni as-Sarakhsi. Dia mengatakan, yang artinya: "Tidaklah seseorang yang haid boleh memegang mushaf, dan tidak pula (boleh) masuk masjid, serta tidak diperbolehkan membaca satu ayat Alquran dengan sempurna."

Imam as-Sarakhsi dalam kitabnya al-Mabsuth menegaskan, haram hukumnya bagi wanita haid memegang mushaf dan membaca Alquran secara utuh. Beliau memberikan batasan keharaman membacanya adalah satu ayat secara sempurna, tapi jika hanya potongan ayat atau tidak sampai satu ayat, beliau berpendapat hal tersebut tidak dianggap membaca Alquran.

Adapun mazhab Maliki justru membolehkan Muslimah haid untuk membaca Alquran. Pendapat ulama-ulama dari kalangan mazhab ini juga sering dijadikan rujukan atau hujjah oleh berbagai pihak untuk membolehkan Muslimah haid membaca Alquran. Terutama untuk Muslimah yang sedang menjalankan program tahfiz yang dapat menyelesaikan hafalannya sesuai target.

 
Adapun mazhab Maliki justru membolehkan Muslimah haid untuk membaca Alquran.
 
 

Sedangkan Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid menjabarkan bahwa mereka (ulama Malikiyah) membolehkan Muslimah haid membaca sedikit dari Alquran dengan dalil istihsan (mengecualikan atau berpaling dari hukum umum yang ada karena suatu kemaslahatan) karena lamanya masa haid. Ibnu Rusyd menyandarkan penjabarannya berdasarkan pendapat mazhab Maliki.

Sedangkan mazhab Syafii menganut pemahaman yang sangat ketat melarang Muslimah haid membaca Alquran. Salah satu ulama mazhab ini, Imam an-Nawawi, dalam kitab al-Majmu menjelaskan, haram hukumnya bagi Muslimah haid membaca Alquran sebagaimana jumhur ulama di kalangan mazhab tersebut.

 
Sedangkan mazhab Syafii menganut pemahaman yang sangat ketat melarang Muslimah haid membaca Alquran.
 
 

Sedangkan, menurut dia, masa haid yang berlangsung beberapa hari biasanya, tidak akan sampai membuat seseorang lupa pada hafalannya. Kekhawatiran akan hilangnya hafalan Alquran dapat ditampik dengan menghafal atau bermurajaah terus-menerus di dalam hati.

Sedangkan, mayoritas ulama mazhab Hambali tidak melarang Muslimah haid untuk membaca Alquran. Alasannya, mengacu pada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib: "Tidaklah Nabi melarang seseorang membaca sesuatu pun dari Alquran selama dia tidak dalam keadaan junub."

 
Mayoritas ulama mazhab Hambali tidak melarang Muslimah haid untuk membaca Alquran.
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat