Asma Nadia | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Oase Bahagia di Tengah Wabah

Di mana mencari oase bahagia ketika kehidupan terasa kian sulit di tengah pandemi?

Oleh ASMA NADIA

OLEH ASMA NADIA

Di mana mencari oase bahagia ketika kehidupan terasa kian sulit di tengah pandemi yang seolah tak kunjung usai?

Bahagia ada di hati yang bersyukur. Sabar meski kita susah, pasti ada orang lain yang saat ini kehidupannya lebih sengsara. Alihkan keluh kesah ke untaian doa. Jaga prasangka baik kepada Allah. Pasti ada hikmah di balik setiap musibah.

Beragam nasihat kebaikan itu mengalir dari berbagai pihak. Upaya memelihara semangat agar kendala hidup, termasuk berbagai musibah yang mungkin saat ini sedang dihadapi, tak  cepat memupus harapan.  

Benar, nasihat dan semangat kebaikan ini, sejujurnya lebih mudah dikatakan daripada dilakukan, khususnya ketika tak ada apa pun untuk dimakan. Lapar perut sendiri barangkali sanggup ditahan, tapi bagaimana jika satu keluarga kita yang terpaksa menahan lapar berhari-hari?

 
Bahagia, sejatinya sebuah keahlian. Bukan keadaan hati yang sepenuhnya muncul secara alamiah. 
 
 

Terlalu banyak yang terpapar. Terlalu banyak yang terdampak. Terlalu pekat aroma kesedihan dan kehilangan di udara. Menyadarinya, maka saat ini, tak cukup hanya menjadi bahagia, tapi kita perlu juga berdaya. Berdaya untuk menyuntikkan kebahagiaan kepada orang lain.

Bahagia, sejatinya sebuah keahlian. Bukan keadaan hati yang sepenuhnya muncul secara alamiah. Ini menjawab pertanyaan mengapa banyak orang kaya-raya, hidup penuh kemudahan, tapi tak berbahagia. Sebaliknya, mereka yang dililit kesusahan tetap mampu berbahagia.

Sebagaimana sebuah keahlian, menjadi bahagia bisa dilatih, dipupuk, dan dikembangkan. Demikian juga, menularkan atau membuat orang lain mampu berbahagia. Di tengah pandemi dan krisis multidimensi, keahlian untuk menjadi bahagia dan membahagiakan lebih dibutuhkan.

Mendekat kepada Allah, memperbanyak ibadah, menguatkan iman agar apa pun skenario kehidupan yang terhidang di masa depan adalah salah satu cara menemui kebahagiaan, yang membuat manusia tak mudah menyerah dan berputus asa.

 
Alhamdulillah, tak sedikit pihak yang terus berusaha menggiatkan sedekah, menggalang bantuan bagi perorangan, keluarga, ataupun lembaga kebaikan yang tertatih untuk bertahan.
 
 

Sebagaimana firman Allah, hanya dengan mengingat-Nya, tak ada acara lain, untuk mendapatkan ketenangan jiwa. Salah satu tugas mereka yang masih berdaya, dengan berbagai skalanya  adalah menjadi oase kebahagiaan.

Alhamdulillah, tak sedikit pihak yang terus berusaha menggiatkan sedekah, menggalang bantuan bagi perorangan, keluarga, ataupun lembaga kebaikan yang tertatih untuk bertahan. 

Mereka yang menggerakkan roda kebaikan ini adalah kelompok yang tidak puas hanya berbahagia sendiri, tetapi juga ingin berkontribusi dalam membahagiakan orang lain.

Sudah tujuh bulan sejak kasus pertama korona di Tanah Air, resmi diumumkan. Berbagai bidang, termasuk dunia usaha terkena dampak. Imbasnya, jumlah pengangguran menjadi-jadi. Mereka yang kreatif berusaha membanting setir, menjajaki peluang lain. Sulit, teramat sulit.

Para siswa termasuk salah satu pihak yang banyak tercerabut sumber kebahagiaannya. Tantangan berat menanti dunia pendidikan. Kurikukum di sekolah jelas harus disesuaikan dan tidak bisa disamakan dengan kurikulum dan pola belajar sebelumnya.

Tak semua bisa sekolah daring. Mereka yang memiliki akses, masih harus kehilangan momen bermain dengan teman-teman sebaya, seperti saat di sekolah, juga hal-hal lain yang membuat kewajiban belajar teringankan.

 
Jalan yang sukar masih menanti kita barangkali hingga setahun atau dua tahun ke depan. Kalimat jangan lupa bahagia, karenanya kian sering digaungkan.
 
 

Jika dengan tatap muka saja sulit bagi murid mencerna pelajaran, apalagi pada masa korona. Sebagian guru masih perlu lebih bersiap dan adaptif. Terkait ini, target atau tuntutan kepada para siswa tidak mustahil perlu dikompromikan.  

Jika beban pelajaran sama seperti biasa, sementara suasana belajar tak semenyenangkan biasanya, lumrah bila banyak murid merasa tertekan. Video anak-anak didik menitipkan pesan kepada menteri pendidikan--terkait pekerjaan rumah, dan seabrek tugas yang membuat siswa menangis – cukup mewakili suara anak didik di Tanah Air saat ini.  

Ayah dan bunda pun memiliki amanah ekstra. Tak hanya perkara tugas rumah tangga sekaligus terpaksa menjadi pendamping belajar ananda. Padahal, dalam satu keluarga di rumah, bisa saja memiliki beberapa anak dengan jenjang pendidikan berbeda. Terbayang ekstra energi dan pemikiran yang terkuras dari para orang tua, tidak semua sanggup.

Jalan yang sukar masih menanti kita barangkali hingga setahun atau dua tahun ke depan. Kalimat jangan lupa bahagia, karenanya kian sering digaungkan.

Syukur-syukur, selain mampu menemukan cara untuk bahagia yang tidak bernilai dosa dan mengganggu kebahagiaan sekitar, kita mampu turut berkontribusi walau dengan sangat sederhana, pada kebahagiaan orang lain. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat