Perajin mengerjakan pesanan batik tulis di Taman Lumbini, Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Jumat (2/10). | Wihdan Hidayat / Republika

Kisah Dalam Negeri

Optimisme Pembatik di Tengah Pandemi

Produk batik diharapkan bisa membantu ekonomi masyarakat desa di tengah pandemi.

OLEH SHABRINA ZAKARIA, AMRI AMRULLAH

Hari Batik Nasional tahun ini terasa berbeda bagi Sri Ratna Handayani Budhie, salah satu pengrajin batik khas Bogor, Batik Handayani Geulis. Tidak ada peragaan busana, acara mencanting batik di mal, serta tak ada kunjungan sekolah ke galerinya di Jalan Bogor Baru, Tegal Gundil, Bogor Utara.

Padahal, rangkaian kegiatan tersebut telah dilaksanakannya selama tiga hingga empat tahun terakhir. Sama seperti sektor usaha yang lain, Batik Handayani Geulis juga terkena dampak ekonomi terutama pada bagian penjualan.

Sri Ratna mengungkapkan, dampak ini terasa selama empat bulan awal pandemi Covid-19. “Maret, April, Mei, Juni, hampir nggak ada penjualan. Hanya satu digit persentase. Juli dan Agustus naik lagi, September turun lagi,” ujar Sri Ratna sambil mengusap air matanya. Sedih mengingat kondisi usaha yang telah dibangunnya sejak 2012 ini.

Meski demikian, Sri Ratna masih optimistis menjalankan usaha batiknya. Optimisme tersebut muncul karena dirinya sangat menyenangi batik. “Batik saya kerjakan karena hobi. Saya senang batik dan mempelajari batik,” tutur Sri Ratna di galeri batiknya.

photo
Karyawan mengerjakan batik di Galeri Batik Handayani Geulis, Bogor Utara, Kota Bogor, Jumat (2/10). - (Shabrina Zakaria/Republika)

Bahkan dirinya tidak pernah membayangkan bisa memiliki galeri batik dan pabrik pembuatan batik sendiri. Saat ini, Batik Handayani Geulis memiliki 15 pekerja. Salah satu hal yang bisa disyukuri Sri Ratna di tengah pandemi ini adalah dirinya masih mampu menggaji para pekerjanya. Meski diakuinya tidak seperti kondisi normal seperti sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Batik Handayani Geulis memiliki 65 motif yang terdiri dari batik cap, batik tulis, serta batik cap kombinasi tulis. Sejumlah 13 motif di antaranya telah memiliki sertifikat hak paten. Setiap motif di Batik Handayani Geulis memiliki keterangan motifnya masing-masing. Sebagian besar motif mengangkat ikon daerah, yakni Kota Bogor. Motif khas yang dimiliki Batik Handayani Geulis adalah Patepung Lawung dan Angkot.

Sri Ratna mengatakan, setiap motif yang dibuatnya terselip doa dan memiliki nilai kultur masing-masing. Oleh karena itu, dia selalu membuat motif dengan kisah yang baik di belakangnya. Hal tersebut juga berpengaruh pada pengajuan sertifikasi.

“Sertifikasi itu berguna sebagai identitas. Selain itu, juga berpengaruh ke nilai penjualan,” kata dia.

Dalam waktu dekat, Sri Ratna akan mengeluarkan motif baru dari Batik Handayani Geulis yang dinamakan Askara. Motif tersebut akan menjadi koleksi terbaru pada 2020, yang pada awal tahun terkendala launching-nya karena pandemi Covid-19.

photo
Pekerja menyelesaikan pembuatan masker berbahan kain batik di Butik Elemwe, Rawamangun, Jakarta, Jumat (2/10). Dalam sehari industri rumahan tersebut mampu membuat 300 masker kain batik dengan harga jual Rp 28 ribu per lembar. - (Republika/Putra M. Akbar)

Selama sebulan, Batik Handayani Geulis dapat memproduksi 300 hingga 400 lembar batik. Saat Republika mengunjungi Galeri Batik Handayani Geulis, terdapat tiga pekerja yang tengah mengaplikasikan malam dengan canting ke selembar kain mori. Para pekerja tersebut bekerja di bagian belakang galeri dengan mengenakan seragam batik dan jilbab.

Warga Bogor maupun wisatawan dari luar Kota Bogor bisa mendapatkan koleksi batik ini hanya di Galeri Batik Handayani Geulis, di Dekranasda, atau di beberapa hotel di Kota Bogor. Tidak hanya kain batik yang ditawarkan, tapi juga souvenir dengan motif kain batik seperti tas dan masker.

Tidak hanya menekuni batik pada dirinya sendiri, Sri Ratna juga berharap anak-anak muda juga turut mencintai batik sebagai identitas warga Indonesia. Oleh karena itu, Sri Ratna selalu senang jika mendapat kunjungan dari anak-anak sekolah atau diminta datang ke sekolah untuk mengedukasi siswa mengenai batik. Tak hanya diberi teori, Sri Ratna juga mengajarkan mereka untuk membatik menggunakan malam dan canting.

“Anak-anak itu harus ditanamkan rasa bangga dan rasa memiliki. Misalnya tentang batik. Kalau hal tersebut dipegang dengan kuat, otomatis akan jadi jati diri si anak,” tuturnya.

Secara terpisah, istri Wali Kota Bogor Bima Arya, Yane Ardian Rachman mengungkapkan, saat ini di Kota Bogor sudah bertumbuh dan bermunculan para pengrajin batik. Motif serta filosofi batik yang telah dibuat sangat luar biasa dan membuat Yane bangga untuk membina mereka.

photo
Perajin mengerjakan pesanan batik tulis di Taman Lumbini, Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Jumat (2/10). - (Wihdan Hidayat / Republika)

“Di Bogor ini sekarang sudah kurang lebih ada sekitar 12 pembatik dan sudah ada juga Kampung Batik di Cibuluh, Bogor Utara,” ujar Yane.

Terkait dengan Hari Batik pada 2 Oktober, Yane mengungkapkan, Hari Batik merupakan ajang dan kesempatan untuk terus bangga kepada karya anak bangsa yang luar biasa. Tak hanya itu, batik juga merupakan warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan.

“Jadi mudah-mudahan masyarakat Kota Bogor juga sudah mulai menggunakan batik Bogor untuk kesehariannya. Serta menjadikan Kampung Batik Bogor di Cibuluh itu menjadi destinasi wisata di Kota Bogor,” pungkasnya.

Bantu ekonomi

Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Abdul Halim Iskandar berharap produk batik bisa membantu ekonomi masyarakat desa. Dalam puncak peringatan Hari Batik Nasional (HBN) 2020 pada Jumat (2/10), ia berpesan khusus agar masyakat Indonesia mencintai produk dalam negeri, utamanya batik produksi pedesaan. 

"Gerakan ini untuk membangun kecintaan masyarakat Indonesia, terutama generasi milenial untuk bangga menggunakan produk Indonesia seperti batik," kata Abdul Halim dalam acara tersebut.  

photo
Perajin mengerjakan pesanan batik tulis di Taman Lumbini, Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Jumat (2/10). Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2020 ini menjadi tantangan produsen batik di tengah pandemi. - (Wihdan Hidayat/Republika)

HBN setiap 2 Oktober berdasarkan penetapan UNESCO terhadap Batik” sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi. Puncak peringatan HBN 2020 merupakan rangkaian kampanye "Yang terbaik Yang Terbatik" dalam Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (GNBBI). Gerakan ini dikoordinatori oleh Kementerian Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves). Kegiatan utamanya adalah pencanangan 'gerakan belanja batik secara online' dengan menggandeng sejumlah platform pasar daring.

Abdul Halim mengatakan, pencanangan gerakan belanja ini guna meningkatkan produktivitas dalam negeri, rasa kepemilikan terhadap produk Indonesia, serta mengupayakan rebound ekonomi pasca-pandemi Covid-19. Kemarin, Abdul Halim juga menandatangani nota kesepahaman dengan Menteri BUMN, Badan Standardisasi Nasional, dan Yayasan Batik Indonesia. 

Doktor honoris causa dari UNY ini mengatakan, pihaknya bakal mendorong kegiatan memborong batik desa. Jaringan Kemendes PDTT diwajibkan untuk memborong batik karena nantinya ada hari-hari yang harus mengenakan batik.

"Langkah ini untuk semakin meningkatkan kecintaan kita terhadap produk-produk Indonesia, utamanya hasil budaya warisan nenek moyang. Nantinya juga akan diperbanyak kewajiban memakai batik selain baju putih," kata dia.

Selain itu, juga bakal digelar pagelaran busana batik yang melibatkan ibu-ibu pejabat Eselon I, istri pejabat Kemendes PDTT, dan kalangan profesional. 

photo
Seorang perajin menyelesaikan pembuatan batik Riau di Galeri Semat Tembaga, di Kota Pekanbaru, Jumat (02/10). Kerajinan batik khas Riau kini kekurangan penerus karena perajin yang masih aktif di Kota Pekanbaru hanya dua orang, sedangkan minat generasi muda untuk mempelajari tradisi ini sangat rendah. - (FB Anggoro/ANTARA FOTO)

Wakil Menteri Desa PDTT Budi Arie Setiadi ikut mengajak seluruh masyarakat Indonesia selalu bersemangat menggunakan batik. Menurutnya, berbatik merupakan tanda sederhana kecintaan masyarakat Indonesia pada produk buatan dalam negeri sendiri. "Kita sebagai warga negara Indonesia harus bangga buatan Indonesia," ujarnya.

Budi Arie mengatakan, selain identitas budaya bangsa yang harus dilestarikan, batik merupakan salah satu produk unggulan Indonesia. "Yang terbaik yang terbatik, bangga buatan Indonesia, desa maju Indonesia maju," kata Budi.

Kampnye batiik juga dilakukan dengan unik oleh Pemerinta Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Branding batik tulis dipasang di semua kendaraan dinas. Menurut Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Pamekasan, Halifaturrahman, branding itu bahkan telah menginspirasi pemerintah pusat, yakni Kementerian Desa PDTT untuk ikut mengaplikasikannya.

photo
Sejumlah peserta dari Persatuan Istri TNI (Persit) menyelesaikan pembuatan batik motif Aceh saat Festival Membatik di Lhokseumawe, Aceh, Jumat (2/10). Festival membatik yang diikuti 200 peserta istri prajurit Tiga Matra (TNI AD, AU dan AL) itu dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional. - (RAHMAD/ANTARA FOTO)

"Saat ini kendaraan dinas di Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi juga dibranding dengan motif batik, sebagaimana pada kendaraan dinas di lingkungan Pemkab Pamekasan," kata Halifaturrahman, kemarin.

Menurut dia, branding batik di kendaraan dinas ini merupakan satu dari lima poin kebijakan Kementerian Desa PDTT dalam kampanye batik sejak 25 Septmber lalu. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat