Petugas medis mengambil spesimen seorang perempuan warga binaan di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Dumai di Dumai, Riau, Rabu (30/9). | Aswaddy Hamid/ANTARA FOTO

Opini

Surveilans Covid-19

Surveilans yang baik dan ketat merupakan kunci penting penurunan angka kesakitan dan kematian.

TJANDRA YOGA ADITAMA, Guru Besar Paru FKUI dan Mantan Direktur WHO SEARO

Salah satu pilar utama penanggulangan pandemi Covid-19 adalah surveilans yang baik. Surveilans bukan hanya pengumpulan data, melainkan proses sistematik yang terus berjalan, mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, lalu disampaikan untuk bahan pengambilan keputusan.

Jadi, ini rangkaian panjang yang lengkap, mulai dari pengumpulan data di lapangan sampai penentuan ke kebijakan publik. Tujuan akhir surveilans Covid-19 adalah pemutusan rantai penularan serta mengatasi kesakitan dan kematian.  

Artinya, surveilans yang baik dan ketat merupakan kunci penting penurunan angka kesakitan dan kematian, yang sampai saat ini masih tinggi dan mengkhawatirkan.

 
Artinya, surveilans yang baik dan ketat merupakan kunci penting penurunan angka kesakitan dan kematian, yang sampai saat ini masih tinggi dan mengkhawatirkan.
 
 

Kesakitan dan kematian

Sesuai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya ada delapan kegiatan surveilans Covid-19. Sekali lagi, sebagai satu kesatuan dari pengumpulan dan analisis data sampai penentuan kebijakan, dan tentu disesuaikan dengan konteks Indonesia.

Pertama, deteksi kasus secara cepat dan dini dengan tes yang tepat, lalu pasien diisolasi dan diobati. Ini akan menentukan kebijakan publik tentang tes di masyarakat, bagaimana isolasi dilakukan, serta apakah fasilitas kesehatan mampu menangani pasien dengan baik.

Sudah banyak dibahas peran besar tes sebagai lokomotif penanggulangan Covid-19 karena hanya dengan tes memadai pada penduduk, kita dapat melihat bagaimana besarnya masalah secara angka yang nyata.

Juga penting dalam hal ini, bagaimana algoritma pelayanan bagi kasus dan kontaknya. Baik di komunitas maupun di fasilitas pelayanan kesehatan, yang harus ditunjang sarana dan prasarana memadai.

 
Tanpa upaya pada kontak, penyebaran penyakit tak bisa dikendalikan. 
 
 

Kedua, sesudah menemukan kasus maka surveilans berikutnya menelusuri dan mengidentifikasi kontak, melakukan analisis pada kontak, dan mengarantinanya. Pada prinsipnya, semua yang pernah kontak dengan kasus harus ditemukan dan ditangani.

Tanpa upaya pada kontak, penyebaran penyakit tak bisa dikendalikan. Ketiga, memonitor angka kematian lengkap dengan variabelnya, seperti kelompok umur, ada tidaknya penyakit lain, lokasi meninggal, dan kajian klinis mendalam sebab kematian.

Analisis berbasis bukti dan kebijakan yang tepat, akan menurunkan angka kematian. Keempat, mendeteksi klaster, sekelompok orang mengalami gejala sama dan atau terdiagnosis sebagai Covid-19. Perhatian diberikan pada kelompok rentan.

Dalam hal ini, perlu pula dianalisis kejadian penyakit sesudah terjadi kerumunan dengan berbagai alasannya, seperti pesta, pentas musik, kegiatan politik, dan lain-lain.

Kelima, memonitor dan menentukan kebijakan tentang dampak Covid-19 pada sistem pelayanan kesehatan, termasuk yang banyak kita dengar tentang kewalahannya petugas kesehatan.

Harus diingat, sistem kesehatan tak mungkin hanya bertumpu pada RS, tetapi harus bermula dari masyarakat/komunitas, pelayanan kesehatan primer, yakni puskesmas dan klinik, lalu sekunder, dan akhirnya tersier di RS rujukan.

 
Dalam hal ini, perlu pula dianalisis kejadian penyakit sesudah terjadi kerumunan dengan berbagai alasannya, seperti pesta, pentas musik, kegiatan politik, dan lain-lain.
 
 

Ini bisa sebagai masukan penting dalam mereformasi sistem kesehatan kita, yang kini banyak dibicarakan sehubungan dampak pandemi.

Tujuan surveilans keenam tentang kosirkulasi virus SARS-CoV-2, virus influenza, dan virus penyebab gangguan pernapasan lainnya, serta patogen lain. Surveilans virologi diperlukan agar diperoleh gambaran utuh tentang situasi yang ada dan bagaimana mengatasinya.

Kita tahu, penyakit, wabah, dan bahkan pandemi terjadi kalau ada ketidakseimbangan antara tiga faktor, manusianya (host), penyebabnya (agent) dalam hal ini virus penyebab Covid-19, dan lingkungan (environment) yang memengaruhinya.

Artinya, tanpa surveilans virologi yang baik, sulit atau nyaris tak mungkin pandemi bisa dikendalikan. Ketujuh, memantau kecenderungan pola epidemiologi penyakit, hasilnya bisa dipercaya jika yang dites sudah memadai untuk jumlah populasi yang ada.

Pemantauan ini dapat menunjukkan, apakah kurva sudah melandai atau bahkan menurun, seperti yang sudah berhasil terjadi di beberapa negara tetangga kita di ASEAN.

Selain itu, perlu dilakukan surveilans tentang perubahan, mutasi, dan evolusi virusnya sendiri, dikaitkan dengan upaya penanggulangan, termasuk kemungkinan kandidat vaksin yang ada.

 
Surveilans merupakan tulang punggung pengendalian penyakit di lapangan kesehatan masyarakat.
 
 

Ekonomi dan sosial

Sudah banyak dibahas, bagaimanapun aspek ekonomi dan sosial tak bisa terus berhenti karena pandemi. Surveilans kedelapan, menilai bagaimana program penanggulangan dilakukan terukur baik dengan memperhatikan aspek pemulihan ekonomi dan kehidupan sosial.

Kalau dari kacamata kesehatan masyarakat, ada tiga domain utama agar roda ekonomi dan kehidupan sosial menggeliat. Pertama, aspek epidemiologi, yaitu ada indikasi kuat situasi epidemi sudah terkendali.

Kedua, jaminan kesiapan pelayanan kesehatan, termasuk alat, obat, dan tenaga kesehatannya dalam menangani lonjakan jumlah kasus karena pelonggaran pergerakan. Ketiga, kembali lagi sesuai judul tulisan ini, yaitu kuatnya sistem surveilans.

Surveilans merupakan tulang punggung pengendalian penyakit di lapangan kesehatan masyarakat. Pelaksanaan, penguatan, kepercayaan, dan pemanfaatan surveilans amat diperlukan dalam pengendalian pandemi Covid-19 di negara kita!

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat