Aplikasi Dana | Dok DANA Indonesia

Inovasi

Pembayaran dalam Genggaman Kini kian Mudah

Faktor keamanan merupakan aspek penting untuk meningkatkan kepercayan masyarakat.

Sistem pembayaran non-tunai, kian digemari saat ini. Terlebih saat pandemi bergulir. 

Sistem pembayaran tunai, kerap dinilai menyimpan potensi besar penularan Covid-19. Masyarakat pun kini makin akrab dengan sistem pembayaran non tunai untuk mengurangi risiko kesehatan. 

Salah satunya, dompet digital atau e-wallet yang mengalami perkembangan pesat selama pandemi, adalah Dana. Dengan menggunakan Dana, konsumen bisa melakukan berbagai macam transaksi elektronik melalui layanan yang tersedia, seperti Saldo Dana, Transfer Bank, Kartu Kredit dan juga Setor Tunai ke minimarket. 

Vice President Corporate Communications Dana Indonesia, Steve Saerang mengungkapkan, Dana memiliki tiga nilai. Pertama, Dana memiliki garansi 100 persen dalam transaksi user dan juga memanfaatkan keamanan dalam teknologi dengan baik. 

Jika pengguna memiliki keluhan, misal saldo uang berkurang, maka Dana berkomitmen untuk menggantinya 100 persen. Meski sampai saat ini belum pernah ada kejadian seperti itu.

Kedua, ramah pengguna. “Pengguna kita tidak cuma milenial, bahkan mereka yang ada di luar Pulau Jawa, yang sudah kakek-kakek, nenek-nenek, lansia pun masih bisa pakai Dana. Jadi sebenarnya bisa digunakan dan gampang dicari fitur yang disukainya. Mereka juga bisa memfavoritkan fitur-fitur yang mereka suka pakai,” ujar Steve dalam acara kunjungan virtual antara Dana dan Republika, Kamis (24/9).

Ia melanjutkan, seperti membayar PLN. Apabila kita sudah pernah bayar satu kali PLN, bulan berikutnya tidak perlu lagi karena dia sudah terdaftar atau subscribe. “Bisa juga taruh di tombol favorit. Itu bisa digunakan lagi,” ujar Steve. 

Ketiga, mudah diakses. Saat ini, Dana bisa digunakan  di e-commerce Bukalapak, Blibli dan Lazada.

Dalam perkembangannya sejak diluncurkan 5 Desember 2018 hingga April 2020, DANA sudah mencapai 40 juta pengguna. Dalam aplikasi ini, kita bisa menemui berbagai layanan, seperti pembelian pulsa, Dana Deals, eMas, Dana Siaga, hingga Bayar Patungan. Senior product specialist Dana, Handy Putranto menjelaskan, salah satu fitur favorit di Dana adalah Dana kaget. 

Handy menyebutkan banyak konsumen menggunakan fitur layanan ini saat lebaran di tengah pandemi Covid-19. Konsumen tersebut membagikan THR ke keluarga, saudara, orang tua menggunakan fitur ini. “Fitur ini ada randomnya, misalnya saya taruh uang Rp 100.000,-  terus saya bagikan ke semua orang dan jumlahnya random. Jadi ada kesan fun-nya juga antar saudara rebutan cepat-cepatan,” katanya.

Fokus UMKM

Keterbatasan ruang gerak bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) selama masa pandemi, menjadi perhatian tersendiri bagi Dana. Melalui Dana Bisnis, para pemilik UMKM bisa mendaftarkan usahanya, lalu mendapatkan kode QRIS. 

Dengan kode tersebut, user Dana bisa langsung berbelanja produk UMKM tersebut melalui aplikasi pesan atau Facebook. Pengguna pun bisa mendeteksi UMKM-UMKM lainnya yang dekat dengan lokasi mereka dengan layanan berbasis geo location.

Menurut Steve, untuk layanan kepada para UMKM ini, Dana tidak ada biaya potongan sama sekali. “Jual Rp 5.000, dapat Rp 5.000. Mendaftar pun tidak ada biaya berlangganan, dan uang hasil transaksi diterima hari itu juga,” ujarnya. 

Menurut Steve, Dana terus berupaya untuk memberikan layanan yang lebih dari sekadar pembayaran. Terasuk juga membantu menjembatani masyarakat untuk makin mewujudkan cashless society di Tanah Air. 

 
Jika pengguna memiliki keluhan, misal saldo uang berkurang, maka Dana berkomitmen untuk menggantinya 100 persen.
 
 

Tantangan Perlindungan Data

photo
Pembayaran melalui Xendit - (Dok Xendit)

Perlindungan data dan keamanan teknologi dalam industri pembayaran digital, merupakan isu yang penting saat ini. Masyarakat, khususnya para pedagang dan konsumen, perlu untuk makin memperhatikan aspek ini agar semua transaksi aman dan terlindungi. 

Dengan sistem pembayaran yang terjamin keamanannya, hal ini akan memberikan kepercayaan publik untuk bertransaksi secara digital.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengungkapkan, Indonesia saat ini sangat serius mendorong perkembangan ekonomi digital. 

Bahkan Presiden Joko Widodo telah mempercepat transformasi digital, mengingat dampak dari pandemi yang terjadi saat ini menimbulkan urgensi untuk melakukan transformasi digital lebih cepat dilakukan. 

Menurutnya, saat ini penting untuk mengelola dan memanfaatkan data pribadi sesuai peruntukannya. “Dalam RUU Perlindungan Data Pribadi yang saat ini dibahas di DPR, data saya di tempat Anda bukan berarti dapat digunakan seenaknya tapi sesuai peruntukannya,” ujarnya dalam Webinar "Tantangan Perlindungan Data dan Keamanan Teknologi Dalam Industri Pembayaran Digital" yang digelar Xendit di Jakarta, Kamis (24/9). 

Contohnya, Semuel melanjutkan, di marketplace, data milik pengguna bisa berada di tangan empat pihak hanya dalam satu transaksi. Mulai dari. aplikasi, merchant, pengiriman, sampai sistem pembayaran. Sehingga, untuk pihak logistik, penggunaannya hanya terbatas untuk mengantar barang hingga tujuan dan tidak boleh dipakai untuk kepentingan yang lain. 

Senada, pakar Cybersecurity & Co-Founder Indonesia Cyber Security Forum (ISCF) Ardi Sutedja, menyebut pentingnya membangun budaya perlindungan data pribadi dengan melibatkan semua pihak secara bersama sama. Bagi penyelenggara aplikasi dan platform, menurutnya,  penting menyadari perlindungan data pribadi akan berimbas pada kepercayaan publik dan juga berdampak keuangan juga.  

Sementara masyarakat juga jangan begitu mudah untuk memberikan data. “Data memiliki nilai. Kenapa peretasan marak sekali karena yang diretas itu punya nilai ekonomi bisa diperjual belikan,” ia menjelaskan. 

Saat ini, hampir semua platform digital menghimpun data pribadi. “Dan dari pengalaman semua kebocoran data, justru 90 persen ada pada orang, dan 10 persen dari teknologi,” Ardi mengungkapkan. 

Di sisi lain, masyarakat juga diminta tidak mudah membongkar data pribadinya. Kesadaran ini, harus dibangung mengingat sampai saat ini, masyarakat terkadang tanpa sadar kita pun memberikan data pribadi secara sukarela. 

Hal ini terlihat dari banyaknya KTP yang bertebaran di Google, termasuk data kesehatan atau lokasi tempat tinggal. Hal ini, justru kemudian akan dimanfaatkan pihak lain. 

Mulai Menjadi Perhatian

Hadirnya pandemi, membuat kian banyak masyarakat yang mulai melirik bisnis untuk tetap mempertahankan kondisi perekonomiannya. 

Engineering Manager Infrastructure and Security Xendit Theo Mitsutama mengakui para pedagang saat ini memiliki perhatian besar pada keamanan sistem pembayaran. Namun, mereka selalu bingung untuk memilih mana payment gateway yang benar benar aman.

“Hal pertama, silakan dicek apakah payment gateway tersebut sesuai dengan peraturan internasional dan lokal, seperti terdaftar di Kemenkominfo sebagai penyelenggara sistem elektronik (PSE), memiliki izin, terdaftar dan diotorisasi oleh Bank Indonesia sebagai Penyelenggara Payment Gateway, lalu mencapai PCI DSS Level 1 atau level tertinggi,” kata Theo.

Menurutnya,  standar keamanan dari regulator ini harus dipatuhi. Xendit pun bahkan telah melampaui standar keamanan dasar regulator. “Xendit mengamankan koneksi jaringan untuk semua layanan menggunakan TLS (SSL), termasuk situs web publik kami dan Dasbor. Kemudian untuk melindungi data rahasia, Xrndit melakukan enkripsi terhadap data sensitive,” Theo menjelaskan. 

Semua data sensitif seperti nomor kartu pun dienkripsi dengan AES-256. Sementara kunci dekripsi pun disimpan di mesin terpisah. Pada bagian lain, Xendit juga menjaga kebijakan keamanan informasi. 

Kebijakan keamanan yang kuat ini. menetapkan standar untuk keamanan yang mempengaruhi seluruh organisasi perusahaan, dan menginformasikan karyawan tentang tugas yang diharapkan terkait dengan keamanan. “Semua karyawan kami diwajibkan menyadari pentingnya keamanan dan patuh terhadap aturan perusahaan mengenai keamanan informasi,” kata Theo. 

Untuk menghindari penipuan, Xendit memiliki sistem deteksi penipuan yang dapat digunakan untuk mencegah kasus penipuan transaksi kartu. Hal ini mencakup alamat IP daftar hitam, alamat email daftar hitam, kartu daftar hitam.  Theo pun mengajak semua orang untuk selalu menjaga keamanan data yang dimiliki melalui beberapa cara seperti menggunakan gamifikasi untuk menarik lebih banyak partisipasi dalam pelatihan keamanan, membangun  otomatisasi seputar pengujian keamanan, dan menggunakan SSO dan pengelola kata sandi untuk membantu kita mengelola banyak kata sandi. 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat