Warga petani mengikuti tradisi merti dusun Mantran memohon selesainya wabah Covid-19 di kawasan lereng Gunung Andhong Dusun Mantran Wetan, Giri Rejo, Ngablak, Magelang, Jateng, Rabu (23/9). | ANIS EFIZUDIN/ANTARA FOTO

Opini

Apresiasi Bagi Petani

Presiden Sukarno menekankan pentingnya memperhatikan petani dan sektor pertanian

KUNTORO BOGA ANDRI, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian

Pernahkah tebersit dalam hati dan berpikir saat dihidangkan berbagai jenis makanan di hadapan saat kita makan? Siapakah yang bekerja keras hingga pangan tersebut hadir di sini? 

Di tengah kesibukan kita dalam aktivitas atau kegiatan ekonomi apa pun, bahkan saat pandemi saat ini, ada banyak petani yang tetap bekerja di sawah dan ladang. Mereka mengolah tanah, memelihara tanaman, dan melakukan kegiatan pertanian.

Maka itu, pada Hari Tani Nasional, 24 September adalah kesempatan kita menghargai profesi ini dan memberikan apresiasi atas usaha dan kerja keras kaum tani.

Peringatan ini bermula dari ditetapkannya UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUPA 1960) oleh Presiden Sukarno. UUPA ini menjadi bentuk keberpihakan negara dan penghargaan pemerintah kepada petani sebagai ‘pahlawan pangan’.

 
Hingga detik ini, di tengah pandemi yang melanda seluruh bangsa di dunia, petani kita masih terus  bekerja memastikan ketersediaan pangan bagi lebih dari 267 juta penduduk Indonesia.
 
 

Presiden Sukarno pada 1952, menyampaikan pidatonya “Soal Hidup atau Mati”, yang menekankan pentingnya memperhatikan petani dan sektor pertanian. Kondisi inilah yang perlu dipastikan dan diperhatikan, petani berperan penting dalam kehidupan bangsa.

Hingga detik ini, di tengah pandemi yang melanda seluruh bangsa di dunia, petani kita masih terus  bekerja memastikan ketersediaan pangan bagi lebih dari 267 juta penduduk Indonesia.

Petani andalan bangsa

Menjadikan sektor pangan kita kuat, mandiri, dan berdaulat tentu membutuhkan proses dan perjuangan. Perjuangan juga perlu diikuti tekad dan optimisme kuat, tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga masyarakat.

Peringatan Hari Tani Nasional dapat dijadikan momentum masyarakat, pelaku pembangunan pertanian untuk memperkuat kolaborasi dan meletakkan persoalan pertanian sebagai kepentingan rakyat yang harus dijaga dan dibangun bersama.

Petani kita harus diperkuat dan dapat menjadi andalan bangsa. Aktivitas sektor pertanian identik dengan kolaborasi dalam ekosistem hulu hingga hilir. Bentuk kolaborasi yang selama ini sudah diciptakan, dapat mempermudah masyarakat mengakses pangan.

Upaya mengantisipasi pelemahan ekonomi akibat Covid-19 selayaknya diletakkan pada sektor, yang berpotensi besar dalam pembangunan perekonomian. Selama pandemi Covid-19, pertanian membuktikan keandalannya sebagai penopang perekonomian.

Kinerja sektor pertanian menunjukkan indikator menggembirakan. Dari sisi produksi, pada musim tanam (MT) I, luas tanam pada Oktober-Maret mencapai 5,83 juta hektare dan menghasilkan gabah kering giling (GKG) 29,01 juta ton atau beras sebanyak 16,65 juta ton.

Begitu juga pada MT-II yang target tanamnya di lahan seluas 5,6 juta hektare dari April hingga September, dengan perkiraan produksi hingga 15 juta ton beras.

 
Kinerja membuktikan, pada masa pandemi sektor pertanian menjadi pahlawan yang menyelamatkan perut rakyat dan perekonomian nasional.
 
 

Di samping itu, saat kinerja sektor lain lunglai diterpa Covid-19, PDB sektor pertanian pada triwulan II tahun ini, tetap tumbuh positif dengan peningkatan sebesar 16,24 persen, jika dibandingkan kuartal I tahun 2020.

Saat ekonomi Indonesia kontraksi minus 5,3 persen, pertanian menjadi satu-satunya sektor yang tumbuh positif 2,19 persen (year on year).

Begitu pun ekspor pertanian. Data BPS mencatat, nilai ekspor pertanian pada Januari-Agustus 2020 mencapai 2,4 miliar dolar AS, meningkat 8,6 persen dibandingkan periode sama tahun 2019.

Selaras dengan pertumbuhan PDB dan peningkatan nilai ekspor pertanian, indikator kesejahteraan petani juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPS, pada Agustus 2020, nilai tukar petani (NTP) naik cukup signifikan, 100,65 atau 0,56 persen (m to m).

Kenaikan juga terjadi pada nilai tukar usaha pertanian (NTUP) Agustus 2020 sebesar 100,84 atau naik 0,31 persen (m to m). Baik NTP maupun NTUP pada Januari-Agustus, secara keseluruhan terus membaik, yaitu berada di angka 101,21.

Regenerasi petani

Kinerja membuktikan, pada masa pandemi sektor pertanian menjadi pahlawan yang menyelamatkan perut rakyat dan perekonomian nasional. Namun, tak dapat dimungkiri, dalam jangka panjang sektor ini berada pada pergulatan zaman dan tantangan yang tak mudah.

Untuk itu, refleksi Hari Tani Nasional, hendaknya dapat dikaitkan dengan eksistensi pertanian ke depan. Eksistensi dalam arti, regenerasi memerlukan pendekatan khusus serta pemahaman bersama sebagai tantangan sebuah bangsa.

Pikiran dan keterlibatan tangan-tangan muda di sektor ini sangat dibutuhkan. Transformasi di sektor ini membutuhkan napas baru dari generasi muda.  Masalah dalam manajemen usaha tani, peningkatan jumlah, dan kualitas produksi, tak bisa menggunakan cara lama lagi.

Peranan kaum milenial membawa sektor ini menjadi modern dan maju dengan penggunaan dan penerapan teknologi baru, sangat kita tunggu.

Mengutip pernyataan presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno, "Berikan aku 10 pemuda, maka aku akan mengguncang dunia", juga sejarah mencatat, setiap kebangkitan sebuah bangsa, pemudalah pilarnya.

Generasi muda merupakan energi potensial penerus cita-cita perjuangan bangsa. Siapa yang menggerakkan pemuda, maka menguasai masa depan, termasuk sektor pertanian. Kita berharap, lahir aktor-aktor hebat dalam dunia pertanian Indonesia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat