Menristeki Bambang Brodjonegoro dan Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir memeriksa kesiapan produksi Vaksin Merah Putih. | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Tajuk

Ketahanan Vaksin

Vaksin Merah Putih harus aman dan tanpa efek samping membahayakan.

Banyak negara berupaya memproduksi vaksin Covid-19. Negara maju, misal AS, Rusia, Cina, dan sejumlah negara di Eropa berikhtiar meneliti hingga nantinya sampai pada tahap produksi massal vaksin Covid-19.

Namun, tak mudah menciptakan vaksin antivirus Covid-19 ini. Selain butuh waktu riset yang tak bisa cepat, kendala lainnya uji praklinis dan klinis pada makhluk hidup harus dilalui. Uji coba vaksin pada hewan, lalu manusia. Proses yang bisa berhasil, bisa pula gagal.

Sementara itu, keganasan virus Covid-19 makin tak terbendung. Selain faktor ada potensi mutasi, mengganasnya virus dipicu abainya masyarakat. Masih banyak warga tak memperhatikan protokol kesehatan.

Gelaran pilkada bisa menjadi contoh. Baru pada tahap pendaftaran bakal pasangan calon saja, sudah berpeluang terjadinya penularan virus. Kerumunan massa ketika tim calon pasangan datang ke kantor KPU, memunculkan kekhawatiran sebagai ground breeding virus.

 
Bekerja cepat dan tetap mengikuti segala prosedur karena vaksin Merah Putih harus aman dan tanpa efek samping membahayakan.
 
 

Belum lagi nanti pada akhir September saat kampanye dimulai. Bisa dibayangkan perpaduan abai dengan keganasan virus! Menunggu vaksin diproduksi baru beraktivitas, jelas tak mungkin. Selama vaksin belum ada, kita ngumpet, adalah pilihan muskil.

Pilihannya, memadukan keduanya. Ikhtiar memproduksi vaksin bisa dipercepat, tapi tetap dengan memperhatikan standar prosedur penelitian. Jangan sampai vaksin cepat diproduksi, tetapi dari segi keamanan terabaikan.

Mengacu pada kasus AstraZeneca, produsen vaksin Covid-19. Salah satu relawan asal Inggris mendadak sakit aneh setelah disuntik vaksin. Demi keamanan, perusahaan menghentikan sementara uji coba ke relawan.

Perintah Presiden Joko Widodo agar pembuatan vaksin Merah Putih dipercepat, harus tetap dalam koridor penelitian ilmiah.

Bekerja cepat dan tetap mengikuti segala prosedur karena vaksin Merah Putih harus aman dan tanpa efek samping membahayakan.

Ikhtiar pemerintah melalui dua jalur untuk mendapatkan vaksin Covid-19 layak diapresiasi. Opsi jangka pendek, berkolaborasi dengan asing agar vaksin bisa diproduksi segera. Opsi lainnya, penelitian mandiri untuk menghasilkan vaksin 100 persen dibuat peneliti lokal.

Opsi kolaborasi dilakukan antara BUMN farmasi PT Bio Farma dan perusahaan pembuat vaksin Sinovac asal Cina. Pemerintah juga menyepakati kerja sama dengan perusahaan G42 dari Uni Emirat Arab, juga dengan Korea Selatan.

Kolaborasi ini untuk mengamankan pasokan vaksin jika sukses diproduksi massal bagi 270 juta rakyat Indonesia. Namun, penelitian mandiri tetap berjalan kendati membutuhkan proses yang lebih lama.

Kalau uji klinis tahap III calon vaksin yang diproduksi Bio Farma-Sinovac ditargetkan bisa berproduksi pada Januari 2021, vaksin Merah Putih ditargetkan bisa diproduksi massal pada kuartal IV 2021.

 
Karena vaksin Merah Putih ini menggunakan isolat virus yang beredar di Indonesia, diharapkan pula sesuai dengan daya tahan tubuh rakyat Indonesia.
 
 

Vaksin Merah Putih ini sedang disiapkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang dibantu Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Vaksin produksi Eijkman diperkirakan lebih rumit karena hanya menyasar protein tertentu dari virus Covid-19. Konsekuensinya, proses penelitian memakan waktu lebih lama. Saat ini, proses pengembangan bibit vaksin Merah Putih sudah mencapai 50 persen.

Diharapkan, sudah bisa diuji ke hewan dan uji klinis pada awal 2021. Karena vaksin Merah Putih ini menggunakan isolat virus yang beredar di Indonesia, diharapkan pula sesuai dengan daya tahan tubuh rakyat Indonesia.

Tentu kita berharap, vaksin yang berkesesuaian dengan profil rakyat Indonesia bisa lebih manjur. Lebih dari itu, pembuatan vaksin Merah Putih ini terkait kemandirian penyediaan dan pengembangan vaksin Covid-19 dan ketahanan dalam negeri.

Ketahanan nasional tak hanya berkaitan dengan alat utama persenjataan. Namun, pertahanan dan keamanan nasional juga berbicara mengenai ancaman dari serangan senjata biologis.

Bertahan dari serangan virus Covid-19 dengan menciptakan vaksin Merah Putih yang lebih mujarab dan cocok dengan rakyat Indonesia merupakan bagian dari benteng pertahanan dan keamanan nasional.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat