Pendakwah Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf (tengah) didampingi Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar (kiri) memimpin sholawat di stadion Brawijaya, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (23/7/2019) malam. Sholawat yang dihadiri ribuan warga tersebut guna mempe | ANTARA FOTO

Khazanah

Di Tengah Pandemi, Pendakwah Giatkan Aktivitas Sosial

Pendakwah menginspirasi masyarakat pedalaman untuk bangkit dari keterpurukan.

JAKARTA – Di tengah pandemi Covid-19, aktivitas dakwah di daerah-daerah pedalaman terus berjalan. Para dai yang dikirim Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sejumlah ormas Islam pun masih giat berdakwah di berbagai pelosok Tanah Air. 

Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ahmad Zubaidi menuturkan, aktivitas dakwah di daerah pedalaman terus berjalan di tengah pandemi Covid-19. Namun, di tengah pandemi ini, selain mengajarkan ilmu agama, para pendakwah juga menggiatkan aktivitas sosial.

"Memang ada kendala karena tidak bisa bebas seperti biasanya. Tetapi, saya menginstruksikan agar tetap beraktivitas, paling tidak beralih ke aktivitas sosial, misalnya membantu Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) mendistribusikan sembako," kata Kiai Zubaidi kepada Republika, Selasa (8/9).

Selain membantu mendistribusikan sembako, para pendakwah juga melaksanakan khitanan massal, terutama bagi mereka yang baru menjadi mualaf. Berkat dakwah para dai di pedalaman, beberapa warga setempat memutuskan masuk Islam. 

Kiai Zubaidi menjelaskan, Komisi Dakwah MUI telah mengirim lima pendakwah ke lima kabupaten di Papua Barat sejak September 2019. Lima hari lagi mereka akan kembali ke Jakarta setelah menyelesaikan masa khidmatnya selama satu tahun. Lima kabupaten itu ialah Sorong Selatan, Kaimana, Manokwari Selatan, Raja Ampat, dan Teluk Bintuni.

Para pendakwah tersebut mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kepada kaum Muslimin di daerah pedalaman, misalnya menjadi imam, khatib, dan membantu pemakaman jenazah sesuai syariat. Mereka juga mengajarkan ilmu-ilmu agama, seperti tauhid, fikih, dan tajwid. 

Selain MUI, pengiriman dai ke wilayah pedalaman juga dilakukan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Namun, menurut Sekretaris Umum DDII Amir Syaifa Yasin, wilayah-wilayah yang menjadi tujuan dakwah para dai merupakan wilayah yang relatif aman dan terhindar dari risiko penyebaran Covid-19. 

“Dakwah berjalan seperti biasa. Mereka mengimami shalat berjamaah lima waktu, mengadakan taklim, mengajar anak-anak baca Alquran, membimbing mereka yang baru masuk Islam, dan mengadakan kegiatan keagamaan,” kata Amir kepada Republika, Selasa.  

Namun, ia mengakui, ada sejumlah kendala yang dihadapi. Salah satunya ialah kesulitan mengajak warga datang ke masjid. “Karena kesibukan mereka (warga—Red) bekerja di ladang, kebun, dan sawah, dan sudah kelelahan saat tiba di rumah,” kata dia.

Menghadapi masalah itu, lanjut Amir, DDII menawarkan solusi dengan  memberikan  bantuan kepada warga agar kebutuhan sehari-hari mereka dapat terpenuhi. “Solusinya, kita ganti pendapatan mereka supaya mereka bisa mengaji,’’ ujar dia. 

Mengenai kesejahteraan para dai di pedalaman, Amir mengakui, honor yang diberikan DDII kepada mereka sangat kecil. Dalam hal ini, DDII berharap para dai dapat berbaur dengan masyarakat dan bekerja tulus demi kesejahteraan umat. “Dai kita cuma dikasih honor 1 juta rupiah per bulan, selebihnya bagaimana dia bisa berintegrasi dengan masyarakat,” ujar Amir. 

Upaya menggencarkan dakwah di pedalaman juga terus dilakukan ormas Hidayatullah. "Aktivitas dakwah di pedalaman masih terus berlangsung. Jaringan Posdai (Persaudaraan Dai Indonesia) sudah terbentuk di setiap provinsi dengan program Sahabat Muallaf Pedalaman, jaringan kita terus melakukan pembinaan," ujar Sekjen DPP Hidayatullah Candra Kurnianto.

Posdai merupakan salah satu pelaksana program dakwah Hidayatullah, khususnya dakwah di wilayah pedalaman. Tak hanya mengajarkan ilmu agama, dai-dai Hidayatullah pada masa pandemi ini juga aktif berkegiatan sosial, misalnya menyalurkan bantuan sembako. "Justru di tengah pandemi, dakwah turut memberi solusi problem masyarakat, pembagian sembako, dan lain-lain," ucap Candra.

Candra juga menyampaikan, dakwah di pedalaman tidak mudah. Berdasarkan video yang dikirim tim Posdai, mereka berdakwah hingga ke daerah terpencil, bahkan untuk mencapai rumah penduduk tidak mudah. 

‘’Tim Posdai terkadang menggunakan perahu kecil, berjalan kaki, dan lainnya. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus menyebarkan ilmu agama Islam.’’

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat